Hidup yang bermisi
Abraham Kuyper mengatakan: Tak ada satu inci pun dari keseluruhan eksistensi kemanusiaan kita dimana Kristus yang tidak berdaulat atas segala sesuatu. Sehingga seharusnyalah misi Kristen berkaitan langsung dengan kedaulatan Kristus atas semesta kehidupan manusia.
Misi Kristen terjebak di dalam paham dualistik yang di wariskan dari generasi ke generasi yakni membedakan dunia secara material dan secara spiritual. Atau lebih tren dengan istilah rohani dan duniawi. Paham ini berkembang di dalam kehidupan kekeristenan dimana orang yang hidup di dalam injil tidak bisa menteranspormasi hidup di tengah masyarakat.
Sebagai contoh orang batak sangat dekat dengan kekristenan tetapi jika kita berbicara tentang orang batak maka kita akan mengingat bahwa orang batak adalah orang yang kasar dan sangat sulit untuk di pimpin. Injil yang di emban tidak “mendarat” di dalam relita kehidupan. Dan ini juga yang terjadi di kaum injili dimana sangat menekankan sisi proklamasi injil dan kurang menyentuh aspek spiritual-horizontal.
Misi secara holistik mencakup semua segi kehidupan manusia, karena semua aspek kehidupan manusia harus di taklukkan di bawah pemerintahan Kerajaan Allah. kerajaan Allah yang datang melalui Yesus Kristus adalah kerajaan Allah yang mencangkup keseluruhan hidup manusia. Dengan demikian Kerajaan Allah menjadi landasan dari misi kita. Lukas 9:60 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah kerajaan Allah di mana-mana." (ayat yang lebih nyambung dengan misi holistic)
Dari segi Perspektif teologis alkitabiah di dalam penciptaan manusia sebagai pembawa citra Allah di beri mandat untuk menguasai alam ciptaan Allah dan tentunya untuk memenuhi maksud dan tujuan sang pencipta. Yakni menaklukan dunia ini. Dunia yang tidak hanya bumi dan alam semesta atau kosmosnya saja. Tetapi dunia juga mencakup umat manusia dengan daya upayanya untuk ‘memenuhi bumi dan menaklukanya (Kej:1:28). Ini berarti umat manusia dengan kebudayaannya, dengan hidup politiknya, sosial dan ekonominya, dengan sejarahnya, dengan ideologi-ideologinya dan agama-agamnya, dengan ilmu dan teknologinya, dengan harapan-harapan dan kekhawatiran-kekhawatiranya. Inilah dunia yang di kasihi Allah (Joh 3:16). (ringkasikan)
Di dalam inkarnasi Tuhan Yesus kita juga melihat bagaimana Yesus menjelaskan tujuan-Nya datang ke dunia ini. Lukas 4:18-19 Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kita melihat bagaimana semangat misi Tuhan Yesus bukan hanya secara vertical tetapi juga menyentuh nilai-nilai sosial (spiritual-Horizontal).
Penebusan yang di lakukan Tuhan Yesus di kayu salib, juga di gambarkan untuk mengadakan perdamaian dengan dunia dengan segala keberadaanya. 2 Korintus 5:19a Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Dan pemuliaan di dalam Kristus juga berakhir kepada pemulian akan alam semesta dan tatanan kehidupan (bd.Wahyu 21).
Beranjak dari ke empat prespektif teologis di atas melahirkan sebuah pandangan tentang misi yang harus kita jalankan sebagai orang percaya. Misi yang holistik. Tetapi permasalahannya bagaimana kita mengimpelementasikan semangat misi tersebut di dalam kehidupan sebagai seorang mahasiswa yang sedang di persiapkan untuk menjadi pelaku-pelaku misi pada masa yang akan datang.
Kehidupan misi di dalam pelayanan mahasiswa bukanlah sebuah bahan pembicaraan yang baru. Kehidupan misi sebenarnya jika kita menyadarinya bahkan sangat dekat dengan pelayanan mahasiswa. Lihat saja visi dan misi pelayanan mahasiswa di dalamnya tercakup semangat misi. Mulai dari strategi pembinaan kelompok kecil yang memiliki komponen penjangkauan (misi). Melalui setiap penggalian bahan PA di harapkan lahir sebuah misi di dalamnya. Dan pelayanan mahasiswa sangat menekankan bahwa setiap komponen di dalam pelayanan ini sedang di persiapkan menjadi agen of changes. Menjadi seorang pemimpin yang berlandasakan paham-paham Kristiani melalui setiap bidang propesi.
Penjangkauan di dalam pelayanan mahasiswa harus kita pahami mencakup bagaimana kita menaktulisasikannya di dalam kehidupan kampus. Mahasiswa sebagai seorang yang akan menceritakan injil bukan sebatas secara vertikal tetapi juga menyentuh kehidupan horizontal di kampus. Menceritakan injil dengan hidup. Dimana orang akan mengenal Kristus melalui kehidupan yang ditunjukan oleh anak Tuhan. Di dalam hal kepeduliaan sosial, jiwa nasionalis, dan menentang ketidakadilan.
Kehidupan kampus merupakan sebuah gambaran kehidupan dunia ini. Di kampus mahasiswa akan berhadapan dengan kehidupan yang pluralis dan etnik yang beragam. Di kampus juga mahasiswa juga berhadapan dengan sebuah birokrasi dan sistem. Sehingga sangat potensial sekali kampus menjadi simulasi dalam rangka menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini. Di dalam pemberitaan injil mahasiswa sudah terbisa berhadapan dengan keperbedaan itu. Di sisi yang lain mahasiswa juga bisa menyuarakan suara kenabian di tengah birokrasi dan sistem kampus.
Jika pelayanan mahasiswa dapat mengaktualisasikan kehidupan misi di kampus, maka itu akan menjadi satu bekal yang kuat untuk menanggapi harapan dari pelayanan ini. dan sekaligus menjawab kondisi kehidupan misi pelayanan mahasiswa. Di mana kalau kita lihat bahwa kita masih cenderung berkutat kepada masalah-maslah yang sebenarnya tidak mendasar di dalam pelayanan. Masalah metode HPDT, masalah kebisaan-kebiasaan lama dan masalah pengkarbitan yang memanjakan orang-orang yang kita bina. Padahal ada masalah yang harus kita hadapi. Sebagai contoh kita melihat bagimana minimnya pra alumni atau alumni baru yang berpikir tentang hidup yang bermisi. Pra alumni jarang sekali merenungkan satu hal yang mau ia kerjakan untuk Tuhan. Yang kita pikirkan pada umumnya adalah di sekolah mana yang besar honornya dan dimana peluang menjadi PNS. Sehingga tidak jarang juga kita mendengar seorang alumni sampai mencoba di beberapa daerah dengan satu tujuan: menjadi PNS. Hanya itu. Kita berpikir bahwa dengan hidup baik-baik, tidak korupsi dan tidak seperti yang lain adalah hidup yang bermisi. Ya itu memang adalah hidup yang harus kita tunjukan sebagai orang percaya. Tetapi dalam hal ini pemahaman akan menghadirkan kerajaan Allah adalah bagaimana kita berpikir untuk mewujudkan satu hal yang bukan hanya untuk diri kita tetapi berpusat kepada kehendak Allah.
Menarik, kesaksian seorang alumni ketika ia memilih untuk hidup di sebuah desa dengan kehidupan yang seadanya demi sebuah pengabdian untuk pendidikan. Terpikir, kenapa ia mau melakukan hal itu? Atau seorang alumni yang meninggalkan pekerjaannya yang tergolong lumayan untuk pergi kesebuah desa melalui propesi menjadi seorang guru agar bisa menjalankan misi kepada orang yang belum mengenal Kristus. Juga terpikir, kenapa ia mau melakukan hal itu? Atau seorang alumni yang belajar sampai tinggkat yang paling tinggi untuk menjadi seorang ahli yang akan memikirkan bagaimana membawa bangsa ini untuk keluar dari multi krisis. Banyak lagi contoh orang yang meninggalkan sebuah zona aman untuk menjawab panggilan Allah di dalam misi-Nya. Sekarang pertanyaanya bagian yang mana yang akan kita ambil dalam rangka itu? God With Us. (penulis adalah alumni geografi’01, bekerja di Perkantas Medan, aktif di kelompok diskusi Campus Concren dan perhimpunan suka menulis Htpp://prasastipoenya.bolgspot.com/)
- Hubungan satu point ke point tidak jelas. Tetapi rangkaian kata sudah mulai menarik.
- Kurang kuat penenkanan kepada topik tersebut.
- Bagaimana harus bermisi di kampus? Dengan menyuarakan kebenaran. Di jelaskan dengan contoh untuk mempertajam maksud dan main point.
- Paham yang tidak cocok dengan paham dulistik.
- Benang merah yang kurang di setiap paragraph
- Satu kalimat lebih dari 14 kata.
-
Selasa, 18 Desember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar