Kamis, 10 Juli 2008

renungan Menyambut HUT RI

Apakah Peranmu?
Oleh: Prasasti Perangin-angin (staff Mahasiswa)
Jeremiah 29:7 Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.
Indonesia bisa disebut sebagai Negara gagal. Di lihat dari kemelut permasalahan yang terus-menerus dihadapi bangsa ini sepertinya sulit melihat sebuah titik terang kebangkitan cita-cita Proklamasi RI yang dinyatakan di dalam pembukaan UUD 1945, yakni masyarakat yang adil dan sejahtera. Kebodohan, korupsi dan kemiskinan masih menjadi musuh utama bangsa ini. Kalau bisa di katakan ketiga hal inilah penyebab kehancuran bangsa ini. Meskipun Negara ini sudah berusia 63 Tahun, masalah ini masih menjadi agenda hitam perjalanan bangsa ini. sehingga benar seperti yang dikemukan sang Proklamator bahwa musuh kita saat ini bukanlah kolonialisme bangsa lain melainkan penjajahan dari bangsa sendiri. Karena kalau dirunut kebelakang siapa yang menjadi biang keladi dari kebodohan di bangsa ini, siapa yang menumbuh suburkan korupsi di bangsa ini, dan siapa yang membuat bangsa ini meskin? Jawabannya idak lain dan bukan adalah bangsa ini sendiri.
Indikasi kebodohan dengan mudah kita jumpai di bangsa ini. Perhatikan saja sarana pendidikan, maka akan dengan mudah kita jumpai gedung yang hampir roboh, fasilitas yang minim, kualitas guru yang rendah, perpustakaan yang lapuk dan dari semua itu kita akan melihat sebuah ketidak seriusan bangsa ini dalam memajukan pendidikan. Perhatikan juga kebijakan pemerintah, yang dikeluarkan adalah kebijakan pembodohan. Pelaksanaan UN misalnya. Pembodohan ini juga terasa sekali di tingkat perguruan tinggi. Orang miskin dilarang kuliah. Sehingga jangan heran anak bangsa ini menjadi generasi yang bodoh. Apalagi ditambah dengan dunia media yang berlomba-lomba membodohi generasi bangsa ini dengan gossip, iklan, sinetron, hantu pocong, boros, konsumerisme, dengan penuh daya tarik di pangpangkan di bangsa ini. Bukankah ini semua akibat kebodohan yang sudah berakar di bangsa ini. Dan jangan-jangan kita sendiri di dalam pelayanan mahasiswa sedang tergilas di dalamnya. Ikut bodoh.
Apalagi masalah Korupsi negeri ini menduduki peringat wahid di seluruh jagad raya ini. Instansi-instansi pemerintah memperlihatkanya kepada kita bagaimana korupsi alias uang pelicin beranak pinak disana. DPR, Jaksa Agung, Depertemen Agama dan instansi lainya tidak terkecuali larut di dalam habit yang satu ini. Kasus suap, kasus manipulasi proyek, kasus potong atas adalah makanan sehari-hari hidup di negeri ini.
Di tambah lagi kemiskinan yang terus memperburuk wajah Negara ini. Penganguran dan meningkatnya biaya hidup akibat kenaikan BBM. Di prediksi kenaikan BBM akan menambah angka kemiskinan. Survei memperdiksi 17,7 % penduduk bangsa ini memiliki pendapatan perkapita dibawah 2 dolar per hari. Sehingga jangan heran, semakin banyak gelandangan, semakin suburnya pemukiman kumuh, semakin banyak gizi buruk, makan nasi aking menjadi potret bangsa yang sudah berusia 63 tahun ini.
Teman-teman ini adalah permasalahan bangsa ini . Meskipun 17 Agustus 2008 ini kita akan merayakan HUT ke 63, permasalahan diatas masih menjadi agenda utama yang harus di perangi dari agenda hitam yang sudah berakar di bangsa ini. Kita sepertinya harus berdoa puasa, agar pemerintahan kita bisa sadar dan mengambil langkah-langakah nyata untuk memerangi masalah ini.
Kita pasti sepakat, bahwa setiap kita yang dibina di dalam pelayanan mahasiswa bertanggungjawab untuk memerangi ketiga hal tersebut. Di lihat dari sejarah lahirnya pelayanan mahasiswa, kita hadir untuk menjadi berkat dan berperan mewujudkan syalom Allah di bangsa Indonesia. Tentunya pernyataan menjadi berkat dan peran bagi bangsa ini bukanlah sebuah pembicaraan yang baru bagi kita. Tetapi memang, pertanyaannya adalah peran apa yang sudah kita berikan untuk memerangi masalah-masalah yang di hadapi bangsa ini. Syalom Allah apa yang sudah kita tuliskan terhadap pergumulan bangsa ini?
Belajar dari Nehemia ketika mendengar berita bahwa orang Israel yang hidup di Yerusalem sedang di dalam keadaan tercela dan mengalami kesusahan besar (Neh 1:3) ia pun berdoa berpuasa untuk hal itu. Tidak hanya itu, Nehemia pun taat kepada apa yang Tuhan perlihatkan kepada Dia. Yakni membangun kembali tembok yang sudah runtuh itu. Secara konkrit Nehemia mengambil peran untuk membangun bangsanya. Dan dengan kekuatan Tuhan Nehemia menujukan kuasa Tuhan bekerja di dalam Dia dengan mengerjakan tanggungjawanya membangun kembali tembok yang sudah runtuh itu.
Sekarang, apa yang menjadi peran kita untuk membangun kembali bangsa ini. Dirgahayu RI yang ke 63 ini, bagaimana Pelayanan mahasiswa menujukan peranya. Saatnya kita merefleksikan kembali bagaimana perwujudan tanggungjawab yang selama ini kita kumandangkan itu. Menjadi garam dan terang bangsa. Menjadi leader bagi bangsa ini. Bagaimana kita akan mewujudnyatakan peran tersebut. Mari kita gumulkan bersama.
Mari kita banyak berdoa agar Tuhan memulihkan bangsa ini. Di sisi lain saatnya juga setiap kita bisa menjadi panutan ditengah langkanya teladan di bangsa ini. Sebagai mahasiswa saatnya kita dengan tekun belajar agar kebodohon itu bisa kita berantas. Ketekunan belajar yang akan membentuk pola pikir kita menjadi mahasiswa yang bijak dan dapat berkarya bagi bangsa ini, tidak terinfeksi virus gossip, hemat energi, hidup sederhana, kritis, disiplin, sebagai peran nyata membangun bangsa ini. Mulailah dari diri sendiri dan lihatlah masalah bangsa yang sedang di dalam keadaan tercela ini. Bangsa ini sedang menunggu generasi muda dari pelayanan mahasiswa ini. Sehingga pertanyaan peran apakah yang sudah kita berikan bagi bangsa ini akan kita jawab dengan hidup kita yang kita persembahkan bagi bangsa Indonesia. Dirgahayu RI ke 63, SELAMAT ULANG TAHUN INDONESIAKU!