Minggu, 04 Oktober 2009

Opini

Indonesia kedepan!
Oleh: Prasasti Perangin-angin S.Pd

Indonesia bisa disebut sebagai Negara gagal. Di lihat dari kemelut permasalahan yang terus-menerus dihadapi bangsa ini sepertinya sulit melihat sebuah titik terang kebangkitan cita-cita Proklamasi RI yang dinyatakan di dalam pembukaan UUD 1945. Masyarakat adil dan sejahtera, masih jauh dari harapan. Kebodohan, korupsi dan kemiskinan masih menjadi musuh utama bangsa ini. Kalau bisa disimpulkan ketiga hal inilah menjadi penyebab kehancuran bangsa ini. Meskipun Negara ini sudah berusia 64 tahun, masalah ini masih menjadi agenda hitam perjalanan Indonesia kedepan. Sehingga benar seperti yang dikemukan sang Proklamator bahwa musuh kita saat ini bukanlah kolonialisme bangsa lain melainkan penjajahan dari bangsa itu sendiri. Karena kalau dirunut kebelakang siapa yang menjadi biang keladi dari kebodohan di bangsa ini, siapa yang menumbuh suburkan korupsi di bangsa ini, dan siapa yang membuat bangsa ini miskin? Jawabannya adalah kita sendiri sebagai bangsa.
Indikasi kebodohan dengan mudah kita jumpai di bangsa ini. Perhatikan saja sarana pendidikan, maka akan dengan mudah kita jumpai gedung yang hampir roboh, fasilitas yang minim, kualitas guru yang rendah, perpustakaan yang lapuk dan sistem pendidikan yang berorientasi pasar. Dari semua itu kita melihat sebuah ketidak seriusan bangsa ini dalam memajukan pendidikan. Sekarang sepertinya ingin berkata ‘orang miskin dilarang kuliah’. Sehingga jangan heran anak bangsa ini menjadi generasi yang bodoh.
Pembodohan juga tidak hanya dampak sistem yang ada tetapi diperparah di mana realitanya segala yang terjadi di tengah bangsa ini mengajarakan banyak hal tentang kebodohan tersebut. Perhatikan dunia media yang berlomba-lomba membodohi generasi bangsa ini dengan gamblang menayangkan budaya menggossip, iklan yang tidak mendidik, sinetron yang tidak manusiawi, dunia hantu pocong, tahyul dan tanyangan sepertinya tidak ada lembaga sensor di negara ini. Dunia media kita seperti sebuah sekolah yang sedang terang-terangan mengajarkan arti hidup yang boros, konsumerisme, hedonisme, kekejaman, dunia tahyul dan unsur-unsur negative lainnya. Ini adalah gambaran dari realita bangsa yang bodoh.
Apalagi masalah Korupsi. Negeri ini menduduki peringat wahid di seluruh jagad raya ini. Instansi-instansi pemerintah memperlihatkanya kepada kita bagaimana korupsi alias uang pelicin beranak pinak disana menjadi sebuah masyarakat. Korupsi tidak lagi menjadi sebuah pelanggaran norma, tetapi menjadi budaya yang menjadikan dirinya sistem di dalamnya. DPR, Jaksa Agung, Depertemen Agama, kepala daerah, kepada dinas, kepada sekolah, kepala desa dan instansi lainya tidak terkecuali larut di dalam habit yang satu ini. Kasus suap, kasus manipulasi proyek, kasus penyelewangan adalah makanan sehari-hari hidup di negeri ini.
Menyedihakan sekali departement keuangan mengakui saat ini baru 37 kantor atau 20,7 persen dari 178 kantor pelayanan perbendaharaan negara KPPN yang diyakini bebas dari suap-menyuap (Kompas 22-08-2009). Kasus korupsi Achmad Sujudi mantan Menteri Kesehatan, di dalam kasus pengadaan alat kesehatan di departement kesehatan tahun 2003 menjadi tontonan kehidupan korupsi si negeri ini. Atau mengurus KTP harus membayar 50-100 ribu adalah realita budaya korupsi yang mengerogoti bangsa ini.
Sehingga dampaknya adalah kemiskinan. Akibat dari penganguran dan meningkatnya biaya hidup akibat inflasi, jumlah orang miskin akan terus bertambah. Bank Dunia menyatakan 107 (42,6%) juta penduduk negeri di bahwa garis kemiskinan dengan pendapatan dibawah $2 perhari. Teringat, apa yang pernah dikemukakan calon wakil Presiden Prabowo di dalam debat calon wapres beberapa waktu yang lalu. Dengan menunjukan uang 20 ribu dan mengatakan bahwa lebih dari 100 juta penduduk negeri ini tidak bisa mendapatkan uang 20 ribu perhari. Sehingga jangan heran, semakin banyak gelandangan, semakin suburnya pemukiman kumuh, semakin banyak gizi buruk, makan nasi aking menjadi potret bangsa yang sudah berusia 64 tahun ini.
Sakrang, melihat Indonesia kedepan apa yang harus kita lakukan. Sikap optimisme perlu kita bangun untuk melawan tiga musuh utama itu. Sebagai rakyat Indonesia, saatnya kita turut aktif memberikan kontribusi. Benar ini adalah tugas negara untuk memberikan rakyatnya makan, untuk memberikan rakyatnya lapangan pekerjaan, memberikan penghidupan, menyediakan sarana pendidikan dan menegakkan keadilan. Tetapi permasalahan kita bukanlah permasalah subsistansial tetapi permasalahan yang sudah mengakar melekat ditubuh bangsa ini. Sebagai rakyat harus kita akui bahwa tumbuhnya korupsi tidak terlepas dari keterlibatan kita. Atau karena kurangnya karakter bekerja keras, memaksa kita sulit menghidupi keluarga kita sehingga berdampak terhadap pendidikan dan penghidupan yang harus dijalani.
Dengan demikian penting sekali kita tumbuhkan kesadaran bersama untuk memulai perubahan itu. Komponen terkecil di dalam bangsa harus kita yakini akan memberikan harapan. Perubahan dan terwujudnya cita-cita Indonesia kedepan tahap demi tahap akan terwujud. Saatnya budaya ‘mempersalahkan’ kita ganti dengan ‘memperbaiki’. Tidak hanya menuntut apa yang akan diberikan negara ini kepada kita, tetapi mari kita tuntut diri kita apa yang sudah kita berikan untuk negara ini. Lebih bijak sebagai warga negara kita turut mengusahkan kesejateraan bangsa ini, karena jika bangsa ini sejahtera maka kita juga yang turut menikmati kesejateraan itu.
Menjalani umur 64 tahun Indoensia kedepan mari kita jalani dengan sikap berjuang dan yakin bahwa perubahan bagi Indonesia bisa terjadi. Musuh kemisikinan, kebodohan dan korupsi itu bisa kita ‘telan’ jika kita memeranginya secara bersama. Intinya adalah kita sendiri harus berubah. Begitu banyak orang ingin mengubah dunia ini tetapi hanya sedikit orang ingin mengubah dirinya sendiri. Mulailah dengan gaya hidup yang hemat, peduli, integritas, dan bekerjakeras. Jika 230 juta penduduk negara ini melihat dirinya dan mau berubah maka negara ini tidak akan menjadi negara gagal. Kemiskinan, kebodohan dan korupsi itu akan terkikis dengan semangat perubahan itu. Sehingga tidak ada yang mustahil pada akhirnya nanti, kita semua akan melihat ketercapainya cita-cita yang luruh itu. (penulis bekerja di Perkantas Medan, aktifis Campus Concren Medan dan anggota PERKAMEN Medan) dimuat di Harian Analisa tgl 29 Agustus 2009

Rabu, 08 April 2009

You Make me Feel.


Go To FES Mision Camp in Singapore.
Sebelum mengambil tiket 2th September 2008
Mungkin say orangnya sangat plinplan. Terkadang sangat percaya diri tetapi kadang saya sangat pesimis orangnya. Memang sebelum tahu paspor kami selesai dan sebelum di ambil tiketnya saya hampir tidak percaya bahwa kami akan pergi ke Singapore. Memang yang ada di dalam pikiran saya adalah masalah dana yang terbatas, paspor belum kelar dan harga tiket yang semakin mahal. Di samping itu terpikir juga jangan-jangan terlalu mubajir kami pergi untuk mengikuti kamp ini di singapura. Pikiran-pikiran ini semua terbersit di dalam tindakan yang terkadang seperti tidak ada nafsu untuk mengikuti acara ini. Padahal beberapa orang sudah bersedia menjadi donatur dan “satu kampoeng sudah tahu” We will go to Singapore.
Tetapi saya bersyukur bisa diingatkan Bang Iven dan kak Lina. Untuk tetap teguh dan komitment bahwa kami bisa pergi kenegeri singa itu. Bersyukur hari ini (2 September) saya melihat apa yang kami rencanakan akan segera terrealisai. Apalagi pada hari ini beberapa donatur yang mau mendukung kami memberikan di luar dari perkiraan kami sebelumnya. Puji Tuhanlah. Meskipun terkadang muncul di pikiran bahwa tiketnya begitu mahal, tetapi hari ini mau tidak mau I must prepare myself go to Singapore. Hari kamis ini kami akan berangkat.
Setelah selesai semua ini, kadang saya tersenyum sendiri. Seperti tidak percaya prasasti perangin-angin ini akan sampai di kualalumpur dan singapura, bisalah orang kampung. Meskipun sebenarnya zaman sekarang tidak terlalu istimewa pergi ke negera ini tetapi bagi saya hal ini tetap merupakan sebuah kesempatan berharga. Ya saya mengimani bahwa melalui kamp yang akan saya ikuti Tuhan akan berkerja dengan caranya tersendiri. Bagian saya adalah menyerahkan semuanya ini kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan bekerja. Kalaupun kepergian saya ini terkadang terlalu mubajir atau tidak terlalu urgen untuk saya ikuti biarkanlah Tuhan yang bekerja.
Titik cerah yang menguatkan saya adalah kesempatan ini harus saya gunakan untuk menambah wawasan dan rindu melihat bagaimana misi Allah di dalam dunia ini. Rindu juga melihat negara singapura yang terkenal rapi dan nyaman itu. what ever sekarang saya mau berdoa semoga nama Tuhan akan di permuliakan melalui acara ini. Karena semakin saya renungkan, saya takut kami pergi hanya untuk jalan-jalan doang. Tetapi bersyukur di tengah berbagai macam pemikiran yang muncul itu, saya mencoba berdiam diri dan melihat maksud Allah di dalam rencananya di dalam pelayanan saya. karena apa pun itu, Tuhan yang akan membuat saya bisa menikmati dan semakin bergantung kepada Dia. Doa saya: You make me feel.


Mengikuti Kamp Nasoional FES Singapore
Hari kamis pagi, kami berangkat k. Untuk menghemat biaya kami harus via Kulalumpur, karena kalau langsung ke Singapura kami harus bayar visa. Pikirku juga sekalian jalani Kualalumpur ya kan. Kami berangkat dengan semangat yang membara. Kami akan melihat Kuala Lumpur dan akan mengikuti kamp misi FES (Felowship Evangelical Student) Singapura. Kalau bisa dikatakan ini merupakan sebuah kesempatan besar di dalam hidup kami. Kesempatan untuk di isi oleh pengajaran firman yang di isi oleh Pak Vinot Ramachandra (Sekjen IFES east asia) dan kesempatan untuk menambah wawasan dengan melihat sebuah kegerakan misi yang lebih luas di dunia. Apalagi kamp ini di hadiri dari berbagai negera (Filipina, New Zeland, Vitnam, Cina, Malaysia, Nigeria, Indonesia).
Berbicara tentang apa yang di dapatkan di dalam kamp ini setiap kami mempunyai perenungannya tersendiri. Bang Iven bilang ini merupakan pengalaman yang luar biasa di mana satu hari mengalami pembentukan mental di kantor imigrasi (di introgasi, maksudnya), 3 hari mendapat pengajaran yang luar biasa dan 1 hari melihat langsung kegerakan misi dan keindahan Singapura. kak Herlina lain lagi, “pengalaman yang sangat berharga dimana Tuhan memberi kesempatan untuk belajar dari kehidupan orang-orang di Singapura dan pelayanan teman-taman dari berbagai negara. Hidup yang efisien dan disiplin itulah yang saya pelajari dari orang-orang Singapura. Hidup yang membagikan kasih Kristus kepada sekeliling kita itulah yang saya pelajari dan saya lihat dari pelayanan mahasiswa dari berbagai negara. Dan Hidup yang mengorbankan kenyamanan diri itulah yang saya pelajari dari dr.Tan (misionaris dan pembicara). Kalau saya, pengalaman ini tak pernah terpikirkan terjadi di dalam hidup saya, tetapi Puji Tuhan ini benar terjadi. Kalau boleh saya gambarkan pengalaman ini luar biasa, satu hal yang saya pelajari adalah belajar bagaimana Allah memilih Yunus untuk mengerjakan misiNya. Ketika Yunus mau lari dari misi itu Tuhan punya cara tersendiri untuk membawa Yunus kembali kepada rencana Allah tersebut. Saya merunungkan bahwa kegerakan misi dimulai oleh Tuhan dan Tuhan juga yang punya cara tersendiri untuk membangkitkan atau mengerakan orang-orang untuk mengerjakan misi tersebut. Tugas kita adalah taat dan setia mendengar dan melaksanakan apa yang Tuhan rindukan tersebut. Sangat berkesan ketika alumni pelayanan mahasiswa Singapura bermisi untuk menjangkau TKW Indonesia yang ada di sana. Dan Kegerakan misi untuk mengerakan dan mendorang mahasiswa/i Indonesia untuk kembali membangun Indoensia. Saya bersyukur bahwa mereka masih mengingat bangsa mereka bahkan terpikir untuk membangun bangsa ini. Dan ini sangat menguatkan saya untuk semakin serius untuk mendorong mahasiswa di Medan untuk concern terhadap permasalah bangsa dan membangun bangsa ini. Jika disimpulkan maka semua ini a great experience for me to men of mission. I pray, God show me what to do, and I will Follow You.
Tetapi di atas semua itu, kami menysukuri bahwa Tuhanlah yang membuat kami bisa berangkat dengan menyediakan dana melalui para donatur, Tuhanlah yang membuat kami bisa menikmati, dan semuanya ini biarlah hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. That’s all. Prasasti Perangin-angin

Orientasi Staff Perkantas Nasional 2008


Dear...
Pada bulan ini saya mau sharing tentang renungan selama saya mengikuti orientasi staff di jawa. Setelah beberapa lama waktu itu terlewat dan ketika saya merenungkan kembali saat-saat itu ada kerinduan untuk berbagi. semoga sharing refeleksi ini berguna untuk setiap pengunjung.
Segala kemuliaan untuk Allah Teritunggal.

Di karang Anyer

Orientasi Staff Perkantas 2008
(Merefleksikan hidup seorang Hamba Tuhan)
Oleh: Prasasti Perangin-angin.

Apa yang menjadi tujuan saya mengikuti Orientasi Staff ini. Mulai hari pertama tiba disini pertanyaan ini terus terngiang di dalam hati dan pikiran saya. Saat mulai mengikuti sesi saya mencoba untuk menjawab pertanyaan ini. Begitu tiba, karena terlambat datang maka saya kecapekan dan kurang menikmatinya. Pointnya memang jelas menjadi seorang murid yang bertumbuh. Pesan menjadi seorang murid yang bertumbuh ini saya hubungkan dengan tujuan yang masih digumulkan itu sehingga menjadi suatu perpaduan. Sehingga hari kedua saya menemukan tujuan itu. Ya… saya harus dengan rendah hati diisi oleh firman Tuhan sehingga akan menjadi murid yang terus bertumbuh dengan membiarkan Tuhan berbicara kepada saya selama dua bulan mengikuti orientasi staff ini. Sehingga apa arti saya menjadi seorang staff/hamba Tuhan akan terjawab. Yakni menjadi seorang hamba Tuhan yang hidup di dalam sebuah proses pembentukan murid yang terus bertumbuh.
Belajar menjadi murid yang terus bertumbuh dan hidup di dalam sebuah ketaatan untuk panggilan yang Tuhan adalah perenungan yang saya dapatkan memulai orientasi ini. Tuhan membukakan isi hatinya kepada saya di dalam pelayanan mahasiswa, di dalam pelayanan inilah saya akan berjalan bersama Tuhan untuk melayani Dia dan bertumbuh bersama dengan Dia.
Di samping itu Saya juga sangat bersyukur kepada Tuhan dapat hidup bersama dengan teman-teman staff dari berbagai daerah. Bisa belajar bersama, bertumbuh bersama, rendah hati untuk dikiritik menjadi sebuah sahabat di dalam panggilan yang sedang kami kerjakan ini. (kerendahan hati, sabar, lembahlembut dan kasih menjadi karakter yang harus prasasti bangun di dalam orientasi ini agar bisa menjadi satu dengan seluruh teman-teman staff)
Bersyukur buat bang Tri yang membawakan sesi untuk mengajak saya merenungakan apa arti panggilan menjadi seorang staff. Mencoba merenungkan bagaimana saya menjalani panggilan menjadi serorang staf dengan bertanya mengapa saya mau menjadi seorang staf perkantas? Visi pelayanan mahasiswa yang menjadi kerinduan yang Tuhan perlihatkan adalah alasan dan jawaban dari pertanyaan ini. Melihat bangsa yang semakin terpuruk, gereja yang semakin tidak seperti gereja apa yang menjadi bagian saya untuk menghadirkan kerjaan Allah di dalam kondisi itu. Ya…membina mahasiswa dan siswa yang akan menjadi pengubah, garam dan terang untuk setiap aspek di dalam kehidupan bangsa ini. Sebagai staff itu adalah bagian daripada menjawab panggilan ini. Ada tiga point yang harus saya pelajari sebagai seorang staff di dalam menggumuli panggilan ini.
1. Tidak mempedulikan ‘hak’ di dalam mengerjakan pelayanan ini, tetapi melihat bahwa ini merupakan sebuah panggilan Tuhan yang harus saya kerjakan, panggilan Tuhan yang Tuhan sendiri menyuruh saya untuk mengerjakan-Nya.
2. Belajar dari Nehemia demi panggilan itu malahan ia meninggalkan sebuah kenyamanan, berarti jika mencari kenyamanan tentunya saya harus tanamkan di dalam hati bahwa bukan dengan menjadi seorang staff. Menjadi seorang staff berarti rela menderita untuk beban pelayanan mahasiswa.
3. Beranjak ke pertanyaan apa yang mungkin membuat saya berhenti menjadi seorang staff, kemungkinananya adalah karena Perkantasnya sendiri, keluarga dan pelayanan yang lain. Dari jawaban ini saya merenungkan biarlah kecintaan saya kepada Tuhan jauh lebih besar daripada semua kecintaaan termasuk keluarga yang adalah yang paling saya cintai. Sehingga tidak ada alasan untuk berhenti menjadi seorang staff kecuali Tuhan memimpin kepada maksudNya yang lain.
Hari ke hari saya semakin menikmati orientasi ini. Merenungkan kembali sudah lama saya tidak bersama dengan Tuhan, diisi, diajari dan dipuaskan oleh firman Tuhan seperti saat ini. Sehingga penajaman tentang personal walk yang dibawakan oleh kakak Yudit sangat kerasa. Perenungan saya adalah apakah selama ini saya semakin dekat dengan Tuhan. Apakah Allah yang selama ini saya layani bisa saya rasakan kedekatan dengan Dia. Ini menjadi pertanyaan yang mencambuk saya karena jika Dia jauh apa artinya saya terus melayani Dia bahkan memberikan hidup untuk Dia. Ya… saya harus semakin dekat dengan Dia melalui sebuah persekutuan yang indah dengan Dia.
Doa saya: Mampukan saya Tuhan untuk bisa berubah hari ke hari kepada kesempurnaan yang Engkau kehendaki di dalam seluruh hidupku. Secara khusus sebagai seorang pelayanMu, mampukan hambaMu ini menjadi seorang yang mencintaiMu dan menjadi teladan di dalam perjalan Hidup sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki. Amin
Pertanyaan tentang berapa lama komitmen saya menjadi staff, saya menjawab 11 Tahun. Sampai saat ini saya berkomitmen memberi hidup untuk Tuhan selama 11 Tahun kedepan dengan mengerjakan pelayanan mahasiswa. Hanya satu kerinduan di dalam komitment ini, Tuhan yang mampukan saya untuk mengerjakan panggilan ini dengan ketaatan dan kesetiaan sebagai seorang hamba. Mengerjakan pelayanan mahasiswa secara khusus saya rindu mengembangkan Misi dari pelayanan mahasiswa yakni menjadi leader dan pengubah bangsa di dalam setiap aspek hidup ini.
Di dalam sesi propil dan kepemimpinan seorang staff, b’daniel mengawali dengan pertanyaan Siapakah seorang staff dan bagaiaman karakteristik hidup seorang staff. Dari banyak hal yang di diskusikan saya menyimpulkan seorang staff adalah seorang yang memiliki kasih. Biarlah pelayanan atau orang lain akan mengenal staff melalui kasih. Kasih yang terfokus kepada satu tujuan dan itulah yang menjadi penggerak saya untuk mengatur hidup secara khusus mengingat sering sekali hidup seorang staff itu tidak teratur, tutur mas Tri. Tetapi kalau saya memililiki focus di dalam mengerjakan pelayanan ini maka saya yakin hidup saya akan semakin teratur dan seimbang di dalam mengerjakan tanggungjawab yang dipercayakan kepada saya.
Mengenal diri melalui SWOT saya bersyukur kekuatan, kelemahan, tantangan dan kesempatan saya bisa tergembarkan. Sebagai seorang staff banyak kelemahan yang saya miliki salah satu perenungan yang paling banyak kepada sikap saya yang sering cuex dan kurang ramah dengan orang lain. Tentunya di dalam rangka menggumuli hidup sebagai seorang staff kelemahan ini harus saya bangun kembali. Langkah nyata dari perenungan ini adalah mulai menyediakan waktu untuk mendengar orang lain, dan berusaha untuk menyapa orang lain lebih dulu jangan malu-malu he..he...
Di akhir pekan konsep tentang PI saya dapatkan dengan mendalam. Bahwa hidup yang kita jalani ini adalah hidup untuk menyaksikan apa yang telah Allah lakukan di dalam hidup saya. Biarlah itu menjadi kesaksian yang hidup yang senantiasa terwujud di dalam hidup pras.
Kalau boleh disimpulkan maka satu minggu ini, saya bisa menyimpulkan bahwa menjadi seorang hamba Tuhan dibutuhkan sebuah kedekatan yang intim dengan Dia. Yang akan tercermin di dalam tanggungjawab saya sebagai seorang staff dan terimplikasi melalui hidup saya sebagai seorang pemimpin yang memiliki kasih kepada Tuhan dan visi Allah. Doa saya semoga saya selalu dapat merefleksikan apa arti hidup menjadi seorang hamba Tuhan. Amin. (Karang Anyer (jawa tengah), 2-16 Juni 2008).

Di Puncak

Lima hari di Puncak..
Oleh: Prasasti Perangin-angin
Lima hari di Puncak, mengajar saya untuk menikmati waktu bersama dengan Tuhan. Berikut ini topik dan perenungan Alone With God (AWG) selama di Puncak.

AWG 1. Bagaimana kehidupan doa/penyerahan saya?
Di dalam hidup saya kiranya Tuhan nyatakan apa yang menjadi kerinduan Tuhan untuk saya miliki, untuk saya bangun bersama dengan Tuhan. Lima hari ini akan saya gunakan waktu bersama dengan Tuhan, menyerahkan semuanya kepada Tuhan.
Ya.. pertama saya harus bisa membangun kembali kehidupan Doa saya. Tuhan kehidupan doa saya selama ini banyak mengalami kemunduran. Saat ini saya rindu kembali membangun itu bersama dengan Tuhan. Saya rindu sekali menikmati waktu-waktu bersama dengan Tuhan. Karena sebelum saya merenungkan banyak hal tentang hidup saya sebagai hamba Tuhan, tanpa kehidupan Doa, dan penyerahan hidup maka pekerjaan kepada Tuhan itu tidak akan berarti. Saya ingin bercakap-cakap kembali dengan Tuhan seperti yang saya katakan kepada mahasiswa. Ini adalah kesempatan untuk bisa berbicara tentang semua apa yang saya pikirkan dan menyerahkanya kepada Tuhan. Saya mengingat sewaktu mahasiswa saya banyak menyediakan waktu berbicara kepada Tuhan dan menangis di hadapan Tuhan, Tuhan saya merindukan saat yang seperti itu terjadi kembali di dalam hidup saya.
Tuhan saat ini saya menyadari bahwa tidak hal yang bisa saya kerjakan sebagai seorang staff jika saya tidak menyerahkannya kepada pekerjaaanMu ya Tuhan. Karena ini merupakan pekerjaanMu Tuhan KuasaMu yang nyata di dalam hidup ku. Selama ini terkadang saya mengandalkan kekuatan saya tetapi saya mau berusaha untuk membangun kembali kehidupan doa di dalam penyerahan diri kepada Allah.
Orang-orang yang saya layani juga ya Tuhan biarlah saya akan bangun kembali membawa mereka kepada tangan Tuhan. Karena Tuhanlah yang memberikan pertumbuhan, Tuhan lah yang membawa mereka kepada murid Kristus, saya ini adalah hanya alat. Tuhan pakai hambamu dengan kekuatan doa membawa mereka menjadi seorang pelayanan Tuhan yang sejati.
Komitmen saya:
- Membuat kembali jadwal Doa Rutin setiap hari. Agar aku bisa dispilin dan kembali dengan setia membawkan itu kepada Tuhan. Karena kenapa waktu mahasiswa saya begitu menikmati mereka satu persatu, bergumul akan hidup mereka dan pelayanan yang sedang saya kerjakan. Semoga Tuhan, pelajaran dari Jogja kemarin akan saya bangun kembali di dalam kehidupan staff di Medan.
Bersyukur kesempatan ini, bisa saya pakai membawa pelayanan dan orang-orang yang saya layani kepada Tuhan.

AWG 2. Bagaimana hidup saya Panggilan saya sebagai seorang hamba Tuhan?
Mencoba merenungkan siapakah saya ya Tuhan? Saat ini saya mencoba menikmati kesempatan ini menjadi bagian di dalam hidup saya. Tuhan saya rindu menjadi teladan. Biarlah saya sebagai pelayanan Tuhan akan di kenal orang lain sebagai seorang teladan. Sebagai model, untuk menginspirasi mahasiswa menjadi seorang leader di bangsa ini.
Teladan dalam hal:
- Hidup. Di dalam keseharian, di dalam sikap saya saya rindu mejawab panggilanMu dengan hidup itu Tuhan. Tahap demi tahap bisa menjadi teladan di tengah orang percaya. Sehingga itu akan menjadi khotbah sejati saya di dalam panggilanMu ini ya Tuhan.
- Tetapi Syukur buat pengurapanMu di dalam hidup saya, syukur buat Engkau telah memperkenankan saya mengerjakan pelayanan ini. Di dalam keterbatasanku ya Tuhan tolong kuatkanlah aku biarlah aku bisa belajar menjadi berkat di dalam seluruh hidup saya.
- And I will Follow, I promise. I will go, just were ever you goes. Kusambut panggilanMu dengan setia, setia dan setia.
- Menekuni panggilan dengan mengerjakanya dengan serius belajar firmanMu untuk di sampaikan kepada jemaatMu.
- Hidup saya persembahkan kepadaMu ya Tuhan.
Tugas hamba adalah mewartakan kerjaan Allah. dan taat mengerjakanya sesuai dengan kehendakMu. Biarlah hamba senantiasa teguh pada pangilan ini seturut dengan kehedakMu di dalam hidup hamba.
Sama seperti engkau mengutus muridMu pada saat itu saat ini utus jugalah hambamu keladang pelayanan kaum intelektual menjadi berkat bagi mereka. Menjadi inspirasi bagi mereka. Kalau orang ingin mengenal hamba biaralah orang akan mengenal seorang pelayanan Tuhan yang penuh penyerahan kepada Allah. Doa hamba saya bisa mengerjakanya sampai dengan selesai..
Dan semua ini bukanlah karena apa-apa ya Tuhan tetapi semuanya hanyalah karena anugrahMu.
Bukan karena kebaikanku
Bukan karena baik rupaku,
Bukan karena kelebihanku
Bila aku dapat semua hanyalah anugrahMu Tuhan. Terimakasih Tuhan telah menguatkan dan meneguhkan hamba pada malam hari ini. Biarlah semuanya akan membawa hamba menjadi seorang teladan sebagai hamba Mu. Amin

AWG 3. Bagaimana kesetiaan Allah di dalam hidup saya.
Melalui keindahan alam Puncak Bogor yang bisa saya nikmati saya bersyukur, Tuhan meneguhkan saya bertapa itu menjadi suatu bukti Tuhan memelihara hidup saya. Pergumulan menjawab panggilan Tuhan semalam cukup berat tetapi, pagi hari yang Tuhan berikan dengan udara segar dan keindahan alam yang ia tunjukan menjadi bukti bagaimana Tuhan tidak akan pernah meninggalkan saya di dalam mengerjakan panggilan itu. Kalau saya renungkan juga bagaimana Tuhan memelihara hidup saya mulai dari kecil sampai kepada saat ini ini sungguh bagaimana kebesaran Tuhan nyata di dalam hidup saya. Jika demikian mengapa saya takut, bukankah seharusnya saya bisa teguh di dalam pemeliharaan Tuhan.
Ketika mengingat itu saya menikmati sekali bahwa memang benar saya harus sujud dan taat di dalam hadirat Tuhan dan bergantung penuh kepadaNya. Menyerahkan segala sesuatunya di dalam tanganya. Masa depan akan indah ketika bersama dengan Tuhan.
Belajar juga dari Abraham bagaimana Tuhan menepati janjinya. Ia memberikan dan mengenapi janjinya kepada setiap orang yang berharap kepada Dia. Terus terang saya terkadang takut dan gentar menghadapi semua tantangan menjawab panggilan Tuhan di dalam hidup ku, tetapi pemeliharaan Tuhan ini menjadi jawaban bagaimana Ia dengan setia bersama-sama dengan saya mengerjakan panggilan ini. Bahkan di dalam sebuah masa yang tidak masuk akal Isak anak yang pernah ia janjikan di minta tetapi Tuhan melihat Abraham sungguh hanyalah taat dan berserah kepda Tuhan buat setiap hal yang Tuhan percayakan itu kepadanya. Semoga saya ya Tuhan bisa terus melihat janji penyertaanMu di dalam seluruh hidup saya.

AWG 4. Disipline dan ketekunan seorang pelayan
Jika Tuhan begitu setia, menjadi pengawal saya, gunung batu hidup saya, bagaimana dengan ketekunan saya untuk menjalaninya?
Ketaatan untuk melakukan apa yang Tuhan kenankan kepada saya. Secara khusus mengenai karakter saya di dalam disiplin.
Bersyukur sekali Tuhan berbicara melalui alam yang bisa saya nikmati pagi ini. saya bisa belajar kedisiplinan dari kumpulan burung Kucil. Saya melihat burung ini dengan gigih mencari makan dari satu pohon ke pohon yang lain, dari satu cabang ke cabang yang lain daris satu daun ke daun yang lain. Saya bisa melihat kegigihan pantang menyerah yang mereka lakukan menjalani hidup. Ini sangat kontras dengan saya yang sering saya lakukan. Masih ada waktu untuk bermalas-malasan dan membuang-buang waktu. Saya seharusnya merasa malu, burung-burung itu begitu sabar menjalani semua pohon, semua cabang dan semua daun untuk melihat apakah ada sesutau hal yang bisa mereka makan. Teringat, saya terkadang tidak sabaran menjalani satu tahap ke tahap yang lain di dalam saya mengerjakan suatu hal. Burung itu mesikipun kecil dapat menjelajahi semua pohon-pohon itu. Mulai dengan menjalani sebuah daun, sebatang cabang sampai akhirnya satu pohon. Ini mengajarakan saya untuk membangun kedisiplinan dan ketekunan dengan mulai kembali mengerjakan hal-hal yang kecil barangkali.
Belajar juga tentang kedisiplinan dari seekor tupai. Tupai itu melompat di atas pohon ke pohon yang lain. Untuk bisa seperti itu mungkin di pengaruhi oleh koradnya tupai melompot. Tetapi di samping itu kalau tupai tidak pernah mulai belajar melompat ia tidak akan pernah menjadi tupai yang bisa melompat dengan cerdas. Teringat akan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus bahwa ia harus melatih dirinya beribadah. Melihat tubuh dan batin ini seperti petinju, atelit atau seekor tupai untuk bisa melompat. Saya terkadang tidak sabaran menghadapi atau menjalani sebuah kehidupan yang teratur. Saya harus berubah dari cepat bosan menjadi sabar.
Melihat banyak hewan yang berkeliaran tidak ada yang seperitnya sedang mengerjakan sesuatu yang tidak berguna. Bagaiaman saya sebagai anak Tuhan seharusnya bisa memulai kegigihan untuk belajar, gigih melawan kedagingan yang malas ini.
Saatnya saya harus disiplin untuk menjadi dewasa, belajar bersahabat, belajar untuk mencintai belajar melalui sebuah ketekunan di dalam menjalani panggilan ini.
Di dalam baca buku saya harus bisa mencoba setia membaca satu buku ke buku yang lain. Dengan focus tekun di dalam setiap perkara dengan sebuah kedisiplinan. Disiplin dengan jadwal, disiplin dengan hidup, istirahat, makanan, perawatan, semuanyalah.
Latihan untuk membangun disiplin rohani.
1. Satu hari ini 24 jam saya harus berpuas bercanda, berbicara dari saya. Hanya menjawab apa yang di Tanya tanpa memberikan komentar di dalamnya.
2. Disiplin baca buku min 10 hal per hari
3. PAP 1 X seminggu di luar persiapan Khotbah.
4. AWG 2 Jam se minggu

AWG 5 Membangun sebuah persekutuan dengan sesama (pribadi ke pribadi)
Pada bagian ini saya banyak diingatkan bagaimana membangun kesatuan di dalam mengerjakan pelayanan secara khusus di antara staff. Saya harus membangun sebuah kedekatan yang di dalamnya bukan hanya sebagai rekan sekerja tetapi sahabat di dalam panggilan yang besar ini. Saya juga mengevaluasi banyak hal yang terjadi di antara staff, sungguh hal-hal Negative itu harus di buang dan membangun hal yang positif. Secara khusus saling menguatkan di dalam mengerjakan pelayanan.
Kesempatan ini juga saya banyak menggumuli untuk mendoakan setiap staff di dalam segala keberadaan mereka. Semoga dengan perenungan dan doa ini saya akan bisa membangun kedekatan dan hati yang saling mengasihi, hati yang rendah hati dan menerima satu dengan yang lain. Sabar dan mencoba saling memahami di dalam keterbatasan dan kelebihan setiap kami.

AWG 6-7 Kesehatan
Hari ini saya terserang flu dan batuk dan tidak bisa konsentrasi untuk merenungkan banyak hal di dalam pengerjaan pelayanan. Tetapi saya mencoba menikmati dan bersyukur atas segala yang terjadi di dalam hidup saya. Paling penting saya harus bisa menerima ini semua dan berusaha menjaga kesehatan. Berolah raga yang teratur dan menjaga stamina di dalam mengerjakan pelayanan. Saya yakin seperti Rasul Paulus bersyukur bahwa di dalam kelemahanyalah ia akan kuat. Tuhan kuatkan hambaMu menjalani semua ini, Taruhkan apa saja hanya saja dan kuatkanlah saya.

AWG 8. Karena pertolongan Tuhanlah saya mengerjakan pelayanan bukan karena manusia
(Meditasi 1 Tesalonika 2:1-12)
Merenungkan bagaimana Paulus mensharingkan apa yang ia kerjakan di dalam ia melayani jemaat di Filipi dan Tesalonika. Semua yang ia kerjakan, pengorbanan, kesungguhan dan ketuguhan hati menghadapi finahan, dan tantangan itu adalah pertolongan Tuhan itu adalah kehedak Tuhan. Ia tidak melakukan itu semuanya karena ia ingin menyenangkan manusia, tetapi karena kehendak Allah. Sehingga hal itu juga yang menjadi kerinduan Paulus kepada jemaat di tesalonika yakni hidup di dalam kehendak Tuhan bukan kehendak dan pekerjaan manusia. Dan harus di ingat bahwa pekerjaan yang di dasari oleh kehendak dan pertolongan Tuhan tidak akan pernah sia-sia.
Hal ini sangat meneguhkan saya di dalam mengerjakan pelayanan ini. biarlah saya terus berorientasi kepada kehendak Tuhan dan pertolongan Tuhan menjadi dasar saya di dalam mengerjakan pelayanan saya sebagai seorang staff. Bukan kesukaan dan pujian dari manusia yang saya harapkan. Sehingga apa pun yang terjadi saya dengan kesungguhan akan mengerjakan pelayanan ini. dan itu menjadi sukacita untuk mengerjakan pelayanan yang di dasari oleh panggilan Tuhan.

AWG 9 Membangun sebuah Integritas sebagai seorang pelayan.
Aku harus akui bahwa ada hal-hal yang sering saya lakukan berbeda dengan apa yang saya ucapkan. Integritas di dalam hal kecil, di dalam hal yang mungkin sepele menurut saya, tetapi itu seharusnya menjadi bagian hidup di dalam integritas hidup saya. Belajar dari Daniel bagaimana ia bisa mengerjakan pekerjaannya di kerajaan negeri orang Persia dan Median tidak didapati satupun kesalahan di dalam dirinya, hal itu bisa ia kerjakan karena ia memiliki Roh yang luar bisa yang diberikan Allah kepadanya. Di dalam kesetiaanya kepada Allah Israel ia bisa menjadi berkat sehingga semua bangsa harus menyembah Allah Israel. Bagaimana hal ini juga akan menguatkan saya bahwa dengan integritas atau teladan hidup akan menjadi khotbah yang berbicara kepada setiap orang yang saya layani.
Saya harus mulai dengan menepati janji sekecil apapun. Dan jangan terlalu cepat untuk berjanji. Sehingga satu hal yang saya katakan itu akan saya kerjakan. Menghargai apa yang saya ucapkan di dalam setiap hal.
Menghindari sekecil apapun kesalahan yang saya buat. Menjadi teladan
- Jangan terlalu banyak berbicara. Dan pikirkan dulu sebelum berbicara. Hidup yang berpadanan dengan apa yang kelihatan.
- Agar di dalam memberitakan injil jangan aku sendiri di tolak.

AWG 10-11 Membangun sebuah perencanaan di dalam pelayanan
1. Pelayanan Mimbar
- Kuat di dalam pengajaran dan Khotbah
- Self study must be a priority.
- Strong in reading (min 10 pages every day in the morning) I went to build a reading habit. If I go to every were I must bring a book and spent time to reading.
- Strong In Bibel study (min 1 time a week personal bible study without prepare my preaching)
• Sebelum menerima pelayanan saya harus memikirkanya terlebih dahulu.
• Maksimal tree times a week. Dan harus berani menolak pelayanan.
- Di dalam mengerjakan pelayanan menggunakan Eksposistoris preaching.
- Setelah selesai pelayanan saya harus berani di evaluasi peribadi.
- Di dalam sharing pelayanan saya harus menyediakan waktu lebih untuk membangun persekutuan dan mendoakan mereka di dalam pelayanan. Saya ingin menjadi sahabat bagi pelayanan mahasiswa di kota medan.
- Persiapan minimal seminggu sebelum pelayanan. Biarlah sedikit saya kerjakan tetapi yang sedikit itu bisa memberikan pengaruh yang besar di dalam pelayanan yang saya kerjakan..
- On time every were. And say to commite to start on the time.
2. Pelayanan Kelompok kecil
- Memperkuat perjanjian di dalam kelompok kecil.
- Komitment
- Konsisten
- Buat good planning to star small group
3. Pelayanan Pendampingan
- Campus concern
- Perkamen
- Tim misi
- TFT mision
- PMK & TPPM (pendampingan dan program)
- TFT Projek.

Di Jogja

Seminggu di Jogja.
By: Prasasti Perangin-angin (staff Mahasiswa Medan)
Seminggu di Jogja. Merupakan sebuah kesempatan yang baik untuk saya bisa banyak belajar tentang pelayanan siswa dan mahasiswa mengingat daerah yang saya kunjungi ini adalah kota pendidikan. Saya bisa menemukan puluhan bahkan ratusan kampus dan sekolah yang potensial untuk dilayani di daerah ini. Meskipun kota ini bukan daerah yang berbasis Kristen tetapi kota ini menjadi sebuah tujuan pendidikan yang terkenal di Indonesia. Sehingga orang-orang yang bisa kita layani di kota ini juga beragam dari latarbelakang budaya dan daerah yang berbeda. Jangan heran kita bisa bertemu dengan orang papua, orang cina, orang Sulawesi apalagi orang batak di sana. Dengan melihat gambaran kota ini, bisa kita simpulkan sungguh sangat diperlukanya pelayanan mahasiswa dan siswa hadir di kota ini. Karena banyak para pemimpin yang akan terlahir dari kota ini.
Seminggu di jogja. Merupakan waktu yang singkat untuk mengenal dalam pelayanan kota ini. Tetapi meskipun demikian, seminggu di Jogja sudah lebih dari cukup untuk melihat dan belajar pergerakan pelayanan di kota ini.
Seminggu di Jogja. Memang di barengi dengan sebuah ketimpangan. Kehadiran saya dengan K’Uli seminggu di jogja juga agar bisa di mentoring oleh staff senior disana. Tetapi yang terjadi adalah ternyata metor yang seharusnya menjadi teman dan pembimbing seminggu di Jogja berhalangan. Mas Didik mentor saya pergi ke Bogor ada retreat bersama dengan 3 orang staff lapangan dan selesai hari jumat malam dan Mbak Fona mentor K’Uli menderita sakit cacar air. Sehingga hari pertama saya sedikit bingung dan jujur pengen pulang dan bertanya bagaimana bisa mentoring di dalam kondisi seperti ini. Di tambah lagi staff lapangan juga sebagian ikut ke Bogor dan PMK lagi liburan semester. Terpikir apa yang akan bisa saya pelajari seminggu di Jogja.
Seminggu di Jogja. Mulai hari pertama saya langsung mulai mengatur jadwal kegiatan yang mungkin bisa saya ikuti. Akhirnya kegiatan siswa secara khusus pembinaan TPS masuk di dalam jadwal yang saya rencanakan di tambah KTB PMK. Seminggu Di Jogja menjadi kesempatan saya untuk belajar pelayanan siswa, karena sepertinya pelayanan siswa di kota ini cukup solit.
Seminggu di Jogja. Belajar bagaimana TPS di kota Jogja bisa dewasa dan bertumbuh. Fokus kepada pemuridan menjadi pelajaran penting berkembangnya pelayanan siswa di kota ini. TPS berperan untuk membina PKTB dan alumni siswa yang lain untuk menjadi pembimbing bagi siswa. Di samping itu yang menarik adalah mereka juga tidak melupakan pembinaan untuk para TPS itu sendiri. Di dalam pembinaan siswa yang menarik adalah di dalam penekanan bahwa siswa atau mahasiswa juga harus berperan di dalam pelayanan gereja. Hal ini menjadi pelajaran penting mengingat bahwa di Medan sangat sedikit orang-orang yang kita bina melayani di gereja. Hal lain yang menjadi kekuatan pelayanan siswa di kota ini adalah kekompakan atau persekutuan yang dekat, itu dapat dilihat dari mereka begitu dekat satu dengan yang lain. Sangat menikmati bersama TPS saya bisa main Futsal untuk membangun persekutuan yang dekat.
Seminggu di Jogja. Belajar pelayanan mahasiswa kalau saya boleh jujur, bahwa saya cukup prihatin dengan kondisi mereka. Sepanjang yang bisa saya rasakan sepertinya pelayanan mahasiswa mengalami kelesuan. Tidak ada gairah. Atau tidak ada visi barang kali. Beberapa tahun yang lalu mungkin kita bisa mengatakan pelayanan mahasiswa di Jogja berkembang. Tetapi kondisi itu sangat kontras sekarang. Dimulai dari tidak jelas posisi PMKY di tengah PMK kampus, sampai tidak adanya orang yang komitmen untuk memberi diri melayani.
Alumni Pelayanan mahasiswa yang bisanya tidak menetap di Jogja sehingga minim sekali orang-orang yang bisa menjadi pendamping bagi mahasiswa. Di tambah lagi alumni yang menetap di Jogja pun tidak memberi diri untuk melayani. Ini menurut saya sebuah indikasi bahwa lemahnya pemuridan di dalam PMK. Tetapi kesempatan itu bisa saya pakai untuk banyak berbagi, saya melihat perlu di reduksi ulang peran dan fungsi PMK. Dan ini harus di mulai kembali pemuridan yang kuat di dalam Kelompok kecil. Seminggu di Jogja, menjadi pelajaran penting bagi saya bahwa sebuah pelayanan bisa hilang jika tidak adanya Visi dan pemuridan yang kokoh sebagai penopang visi tersebut. Hal ini juga bisa terjadi di kota mana saja.
Seminggu di jogja. Mentoring bersama Mas Didik, hanya berlangsung beberapa waktu saja. Saya belajar bahwa di dalam pemuridan harus tetap menjadi focus pelayanan perkantas untuk menjaga visi. Dan di dalam mengerjakanya hubungan interpersonal mutlak di butuhkan untuk mengerjakanya. Melihat, kemampuan interpersonal saya yang sangat rendah itu menjadi saran yang penting bagi saya untuk menjadi seorang pelayan Tuhan. Mas Didik bilang itu bisa di pelajari jika kita mau melakukanya. Sehingga komitment saya untuk mulai meningkatkan kemapuan interpersonal saya diingatkan kembali. Untuk membangun itu, saya harus mulai dengan hal yang kecil. Langkah konkritnya adalah saya akan bangun dengan memulai lebih ramah kepada orang yang datang ke Perkantas Medan. Ini adalah langkah nyata yang bisa saya aplikasikan di Medan nanti. Saya harus bisa menjadi peribadi yang bersahabat dan care.
Seminggu di Jogja, di dalam mentoringnya kami juga membicarakan masalah keperibadian. Sebenarnya hampir sama dengan yang saya dapatkan dari K’Iis dan K’Yudit bahwa saya harus banyak belajar lebih dewasa. Dan kecemasan, cepat panic dan mudah khawatir harus saya ubah dengan lebih banyak membaca buku. Dan banyak waktu berdiam bersama dengan Tuhan.
Seminggu di Jogja, juga banyak saya isi dengan membaca buku. Keberadaan kondisi di atas tadi satu segi mendorong saya menikmati perpustakaan staff yang cukup memadai. Banyak belajar dari buku Teologi Kristen. Hal ini menuntun saya untuk mengaplikasikan komitmen saya selama OS ini bahwa saya harus memperbanyak waktu self study. Untuk memanfaatkan waktu luang, bisanya dipakai untuk baca buku itu.
Seminggu di Jogja, juga saya isi dengan menikmati kota Jogja. Beberapa Candi yang saya lihat dan keindahan kota Jogja yang bisa saya nikmati melahirkan syukur kepada Allah. Kalau boleh di simpulkan seminggu di Jogja, rasanya itu ”rame-rame”. Yang paling saya syukuri adalah saya mencoba menikmati setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk belajar menjadi seorang pelayan Tuhan ditengah situasi apapun. Maturnoun…

Renungan Orientasi Staff Perkantas


Refleksi Prasasti Perangin-angin seminggu di Bandung
Tiba di bandung, dan memulai kembali sebuah kehidupan bersama di sebuah tempat yang lebih baik dari pada sebelumnya. Tetapi belum tahu bagaimana saya apakah bisa menikmatinya seperti di Solo. Doa semoga di tempat yang baru ini saya bisa menikmatinya dan bersukacita bersama, belajar bersama dan hidup bersama. Tuhan mampukan saya dengan rendah hati kembali bersama dengan teman-teman di tempat ini, doa saya di hari pertama biarlah di dalam perbedaan Tuhan akan mengajari kami untuk bisa bersama-sama bersatu menjadi seorang pelayan Tuhan. Seorang Staff.
Dari sesi Homeletika bersama dengan bang Eric ada satu hal yang baru saya dapatkan, abang itu membukakan sebuah konsep seorang hamba Tuhan yang selama ini sering saya lupakan. Ada 4 hal yang harus di terapkan di dalam kehidupan Kristen. Yang pertama setiap hal itu harus sesuai dengan firman Tuhan. Yang kedua firman Tuhan itu harus bisa di sampaikan dengan sebuah cara yang benar agar apa yang benar itu bisa di mengerti dan masuk di dalam kehidupan orang yang kita layani. Yang ketiga, apa yang benar dan cara yang benar itu harus dibarengi dengan sebuah motivasi yang tulus dan ikhlas yakni melayani Tuhan. Yang terakhir apa yang benar, disampaikan dengan sebuah cara yang benar, dan dengan motivasi yang benar belum tentu baik jika itu tidak di barengi dengan sebuah iman penyerahan kepada Allah yang akan menyanggupkan saya untuk menyatakan apa yang benar tersebut.
Melihat dan merenungkan ke-4 hal itu, saya sangat tertegun di dalam point ke 4. Iman, ya iman yang akan menuntut kita menyerahkan dan mempercayakan semuanya kepada Allah, menyerahkan semua itu kepada Allah dengan sebuah pengharapan Allah akan memberikan sebuah pertumbuhan dan apa pun yang kita rindukan tersebut. Menjadi seorang penghotbah adalah menjadi seorang yang berharap penuh kepada Tuhan yang akan bekerja di dalam setiap kata yang kita sampaikan. Sehingga dengan mengingat hal ini pemahaman bahwa berkhotbah bukan sebuah pekerjaan tentang kemampuan saya tetapi merupakan pekerjaan tentang Kemuliaan Allah.
Dengan pemahaman prinsip ini, saya bisa merasakan sebuah kekuatan baru untuk memulai pelayanan yang akan harus saya kerjakan nantinya. Di samping itu saya juga sangat terbantu dengan metode bagaimana manggali dan menemukan sebuah ide khotbah yang baik yang bisa diterapkan di dalam menyusun kerangka khotbah, yang juga banyak di dapatkan melalui sesi Co Sutrisna. Pointnya jelas bahwa kita harus bisa akrap dengan teks khotbah yang akan kita khotbahkan dengan penggalian Induktif sebagai bahan dasar yang harus senatiasa saya lakukan. Dan tentunya melihat semua hal itu berkotbah yang baik tidak akan pernah dicapai dengan sebuah jalan pintas tetapi dibutuhkan sebuah kerja keras untuk mencapainya. Berdoa semoga saya akan tetap bisa menghidupinya.

Komitmen untuk persiapan khotbah:
1. PA dulu sebelum persiapan (usahakan teks yang lain setiap khotbah, agar sasti bisa semakin kaya akan firman)
2. Usahakan sebisa mungkin khotbah eksposistoris.
3. Persiapan minimal 1 minggu sebelumnya. Maksimal 3 khotbah seminggu.
4. Menulis teks khotbah dan persiapan dengan sebuah kerangka yang dalam.
5. Pokoknya saya harus bisa memberikan yang terbaik kepada Allah karena Dia adalah Allah yang terbaik di dalam hidup saya.
Di hari-hari terakhir banyak juga merenungkan peran ke gereja secara khusus apalagi hari minggu itu saya dapat beribadah di gereja saya GBKP Bandung Pusat. Dan saya sangat menikamti ibadah hari minggu itu dan ketika mengingat sesi tentang gereja beban itu semakin dalam. Dan berkomitmen untuk mulai akan memberikan waktu untuk membangun gereja saya suatu hari nanti.
Berbicara seminggu di Bandung saya sangat menikmati dan banyak hal yang bisa saya pelajari di kota kembang ini. Semoga hal ini akan semakin membentuk saya menjadi seorang hamba Tuhan yang berkenan kepada Dia. Kemuliaan hanya bagi Dia. Amin

Rabu, 14 Januari 2009

Gelobal Warming: Selamatken Tinepa Dibata


Isu pemanasan gelobal bukan sebuah pembicaraan baru. Mungkin hampir semua orang sudah pernah mendengar kata ini. Tetapi meskipun demikian bagaimana sikap kita ketika mendengar dan mengetahui apa itu pemanasan gelobal?
Gelobal warming/pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Peningkatan suhu dunia merupakan dampak efek rumah kaca. Beberapa jenis gas berlaku sebagai gelas rumah kaca membiarkan masuk sinar matahari dan menahan panasnya sewaktu dipancarkan balik. Semakin banyak gas-rumah-kaca (GRK) di dalam atmosfer, maka logikanya makin panaslah bumi.
Pada saat ini, Bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan dianggap disebabkan aktifitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ini menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi. Jadi dengan kata lain, intinya bumi ini memanas karena sinar matahari yang sudah masuk ke bumi tidak bisa keluar lagi karena gas-gas rumah kaca membentuk lapisan di atmosfer yang memantulkan sinar matahari kembali ke bumi.
Akibatnya, perhatikan saja cuaca semakin tidak menentu. Misalnya Berastagi atau secara umum wilayah Tanah Karo yang dulunya di kenal sebagai wilayah dingin, coba rasakan pada siang hari udara sudah menjadi panas. Bahkan sudah tidak jarang kantor dan rumah warga yang harus mengunakan AC. Atau, musim dingin tahun ini di Belanda rasanya masih seperti musim gugur. Kalau melihat perkiraan temperatur di luar ruangan, seringkali masih dua dijit, padahal mungkin seharusnya sudah minus. Di tambah lagi nyamuk demam berdarah yang berkepanjangan di Indonesia di sebabkan oleh pemanasan ini karena nyamuk suka tempat yang hangat.
Pembahasan lebih lanjut yang dilakukan oleh Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC) mempublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya sangat mengejutkan! Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 – 0,30 C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (31 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas ke seluruh bumi. Udara akan sangat panas, jutaan orang akan berebut air dan makanan.
Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002, suhu minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,17 C per tahun. Sementara, Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87 C per tahun. Tanda yang kasatmata adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia, yaitu Gunung Jayawijaya di Papua.
Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan. Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daerah-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya. Dan diperkirakan dalam 30 tahun mendatang sekitar 2.000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan orang yang tinggal di pesisir pulau kecil pun akan kehilangan tempat tinggal. Begitu pula asset-asset usaha wisata pantai.
Itulah sebabnya, kerusakan hutan di Indonesia bukan hanya menjadi masalah warga Indonesia, melainkan juga warga dunia. Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), mengatakan, Indonesia pantas malu karena telah menjadi Negara terbesar ke-3 di dunia sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan industri). Jika kita tidak bisa menyelamatkan mulai dari sekarang, 5 tahun lagi hutan di Sumatera akan habis, 10 tahun lagi hutan Kalimantan yang habis, 15 tahun lagi hutan di seluruh Indonesia tak tersisa. Di saat itu, anak-anak bangsa ini tak lagi bisa menghirup udara bersih. Akankah hal itu terjadi? Itu semua tergantung bagaimana kita meresponi masalah ini.
Jika seperti itu apa yang harus kita lakukan? Berikut ini ada ada beberapa saran sederhana untuk bisa kita lakuakan dan menjadikanya sebagai lifestyle.
1. Matikan semua alat elektronik saat tidak digunakan. Kerlip merah penanda standby menunjukkan alat tersebut masih menggunakan listrik. Artinya Anda terus berkontribusi pada pemanasan global. Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi
2. Pilihlah perlengkapan elektronik serta lampu yang hemat energy
3. Saat matahari bersinar hindari penggunaan mesin pengering, jemur dan biarkan pakaian kering secara alami
4. Matikan keran saat sedang menggosok gigi
5. Gunakan air bekas cucian sayuran dan buah untuk menyiram tanaman
6. Segera perbaiki keran yang bocor - keran bocor menumpahkan air bersih hingga 13 liter air per hari
7. Selalu gunakan kertas di kedua sisinya
8. Gunakan kembali amplop bekas
9. Jangan gunakan produk ’sekali pakai’ seperti piring dan sendok kertas atau pisau, garpu dan cangkir plastic
10. Gunakan baterai isi ulang
11. Pilih kalkulator bertenaga surya
12. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda
13. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara)
14. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
15. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka juga turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi
Sekarang bagaiamana dengan sikap kita? Jika kita sedikit merefleksikan bahwa bumi ini ditepa Dibata dengan sungguh amat baik. Akankah karena kerakusan manusia dan tidak adanya tanggujawab manusia itu semuanya menjadi rusak? Mari mencintai bumi, selamatkan bumi yang telah ditepa Dibata ini. Mulailah dengan hal yang sederhana di atas. Tetapi tahukah kita apa yang akan kita lakukan itu akan memberikan kontribusi nyata kepada misi untuk menyelamatkan tinepa Dibata dari pemanasan gelobal. Orang bijak berkata: Mulailah dari hal kecil untuk mengubah hal yang besar.

*dikumpulkan dari berbagi sumber oleh Prasasti Perangin-angin.
selamatkan tinepa Dibata, Karo red. (Selamatkan ciptaan Tuhan, ind)

Jumat, 09 Januari 2009

Mari Sukseskan Pemilu 2009

Mari Sukseskan Pemilu 2009.
Oleh: Prasasti Perangin-angin

Pelayanan mahasiswa di dalam visi dan misinya merindukan bahwa orang-orang yang dibina akan hadir memberikan peran dan pengaruh di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam menyongsong Pemilu 2009 yang menjadi penentu arah bangsa kedepan, penting kita tanyakan peran apa yang bisa ditunjukan oleh pelayanan mahasiswa? atau dengan kata lain, kontribusi nyata apa yang bisa kita berikan?
Semua kita sependapat bahwa pelayanan mahasiswa berorientasi kepada peran nyata di dalam permasalahan bangsa. Pelayanan mahasiswa menghasilkan mahasiswa yang berkarakter murid Kristus yang berkontribusi nyata dalam runut permasalahan bangsa. Ini adalah obsesi, cita-cita atau visi yang dikandung pelayanan mahasiswa. Melihat kompleksitas permasalahan bangsa, arti kehadiran pelayanan mahasiswa semakin penting. Kehadiran sebagai salah satu solusi pencegahan buruknya citra pemimpin bangsa dan dalam rangka pembentukan karakter calon pengubah bangsa. Kehadiranya juga dirindukan ikut memberi rasa terhadap carut marut permasalahan bangsa.
Sudah puluhan tahun pelayanan mahasiswa hadir di bangsa ini. Usia yang cukup matang untuk menunjukkan pengaruh. Tetapi jika kita melihat kebelakang, bisa dikatakan pengaruh itu belum menyentuh sendi-sendi multikrisis yang sedang mengerogoti bangsa saat ini. Dengan kata lain kehadiran pelayanan mahasiswa cenderung sebatas identitas bukan kerdibelitas. Sebatas warna bukan rasa.
Dalam menyongsong Pemilu 2009, kita diperhadapkan kedalam beberapa permasalahan. Yang pertama, dengan mencermati pelaksanaan Pilkada yang lalu. Sebuah pelajaran berharga bagi kita, dimana partisipasi masyarakat di dalam mengunakan hak pilihnya sangat rendah. Tempat Pemumutan Suara (TPS) sepi, hanya di dikuti oleh sekitar 58-70 % dari total pemilih. Sebagai contoh di Sumut, golputlah (58%) menjadi pemenang di pemilihan tersebut karena lebih besar dari persentasi pemenang Pemilu (28% dari jumlah pemilih). Jika ditelusuri lebih dalam, memang banyak faktor yang menjadi penyebab hal tersebut. Mulai dari tidak mendapatkan kartu pemilih dan rendahnya kinerja KPUD.
Permasalahan yang kedua adalah sikap apatis. Ini adalah sikap yang cukup menjamur di dalam kehidupan politik kita. Sikap yang acuh tak acuh atau sikap yang sepertinya sedang berkata siapapun yang akan terpilih tidak ada bedanya. Ini memang wajah demokrasi kita, dimana wakil rakyat tidak menjadi gerbong pembangunan dalam menyelesaikan permasalahan dan penderitaan rakyat. Singkatnya hanyalah janji dan kosmetik politik terhadap rakyat yang menghiasi pesta demokrasi tersebut, sehingga satu segi wajar jika rakyat merasa bosan karena dibohongi terus.
Yang ketiga adalah permasalahan politik pencitraan. Dengan kekuatan uang para caleg mencitrakan diri mereka. Kalau kita perhatikan di sepanjang jalanan maka akan terpampang balio para caleg untuk mencitrakan diri mereka. Sehingga Caleg yang terpilih nantinya adalah caleg yang bisa mencitrakan diri, bukanlah caleg yang capable, mengakar di masyarakat dan berintegritas karakter.
Di tengah runut permasalahan tersebut, seharusnyalah kita memberi peran di dalamnya. Sederhanya adalah yang pertama gunakanlah hak pilih, alias jangan golput. Ini bukan ikut-ikutan bahwa haram hukumnya jika golput. Karena memang ada perdebatan, bahwa golput juga bagian dari kehidupan demokrasi. Tetapi yang saya mau tekankan adalah bagaimana kita sebagai warga negara ikut berpartisipasi untuk turut ambil bagian bagi perubahan. Saya tetap menyakini bahwa Pemilu menjadi awal sebuah perubahan bangsa. Sungguh disayangkan di dalam moment perubahan tersebut kita tidak ikut mengambil bagian di dalamnya.
Yang kedua jangan asal pilih. Perhatikanlah calon-calon yang berdedikasi dan berpotensi untuk melakukan suatu perubahan bagi permasalah dan penderitaan rakyat saat ini. Jadilah pemilih yang cerdas. Memilih bukan semata karena satu agama, satu suku atau satu golongan menjadi alasannya. Tetapi perhatikanlah hidup mereka, perhatikanlah kinerja mereka, setidaknya dari yang ada pilihlah yang terbaik. Karena jika seperti itu, kita sedang membangun sebuah kesadaran politik. Kesadaran politik yang rasional bukan irasional.
Yang ketiga adalah melakukan penyadaran politik. Sebagai mahasiswa hal penyadaran atau pengabdian kepada masyarakat adalah bagian dari tanggungjawab kita. Mulailah dari lingkup terkecil dari diri kita yakni keluarga, tempat kost, atau lingkungan di sekitar kita. Keyakinan kita adalah proses penyadaran seperti ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap kesuksesan Pemilu 2009. Dan jika ini terjadi hal tersebut akan merupakan awal kepada sebuah perubahan bangsa yang kita cita-citakan itu. Sampai pada akhirnya nyatalah kontribusi pelayanan mahasiswa bagi permasalahan bangsa ini. Mari sukseskan Pemilu 2009.