Orientasi Staff Perkantas 2008
(Merefleksikan hidup seorang Hamba Tuhan)
Oleh: Prasasti Perangin-angin.
Apa yang menjadi tujuan saya mengikuti Orientasi Staff ini. Mulai hari pertama tiba disini pertanyaan ini terus terngiang di dalam hati dan pikiran saya. Saat mulai mengikuti sesi saya mencoba untuk menjawab pertanyaan ini. Begitu tiba, karena terlambat datang maka saya kecapekan dan kurang menikmatinya. Pointnya memang jelas menjadi seorang murid yang bertumbuh. Pesan menjadi seorang murid yang bertumbuh ini saya hubungkan dengan tujuan yang masih digumulkan itu sehingga menjadi suatu perpaduan. Sehingga hari kedua saya menemukan tujuan itu. Ya… saya harus dengan rendah hati diisi oleh firman Tuhan sehingga akan menjadi murid yang terus bertumbuh dengan membiarkan Tuhan berbicara kepada saya selama dua bulan mengikuti orientasi staff ini. Sehingga apa arti saya menjadi seorang staff/hamba Tuhan akan terjawab. Yakni menjadi seorang hamba Tuhan yang hidup di dalam sebuah proses pembentukan murid yang terus bertumbuh.
Belajar menjadi murid yang terus bertumbuh dan hidup di dalam sebuah ketaatan untuk panggilan yang Tuhan adalah perenungan yang saya dapatkan memulai orientasi ini. Tuhan membukakan isi hatinya kepada saya di dalam pelayanan mahasiswa, di dalam pelayanan inilah saya akan berjalan bersama Tuhan untuk melayani Dia dan bertumbuh bersama dengan Dia.
Di samping itu Saya juga sangat bersyukur kepada Tuhan dapat hidup bersama dengan teman-teman staff dari berbagai daerah. Bisa belajar bersama, bertumbuh bersama, rendah hati untuk dikiritik menjadi sebuah sahabat di dalam panggilan yang sedang kami kerjakan ini. (kerendahan hati, sabar, lembahlembut dan kasih menjadi karakter yang harus prasasti bangun di dalam orientasi ini agar bisa menjadi satu dengan seluruh teman-teman staff)
Bersyukur buat bang Tri yang membawakan sesi untuk mengajak saya merenungakan apa arti panggilan menjadi seorang staff. Mencoba merenungkan bagaimana saya menjalani panggilan menjadi serorang staf dengan bertanya mengapa saya mau menjadi seorang staf perkantas? Visi pelayanan mahasiswa yang menjadi kerinduan yang Tuhan perlihatkan adalah alasan dan jawaban dari pertanyaan ini. Melihat bangsa yang semakin terpuruk, gereja yang semakin tidak seperti gereja apa yang menjadi bagian saya untuk menghadirkan kerjaan Allah di dalam kondisi itu. Ya…membina mahasiswa dan siswa yang akan menjadi pengubah, garam dan terang untuk setiap aspek di dalam kehidupan bangsa ini. Sebagai staff itu adalah bagian daripada menjawab panggilan ini. Ada tiga point yang harus saya pelajari sebagai seorang staff di dalam menggumuli panggilan ini.
1. Tidak mempedulikan ‘hak’ di dalam mengerjakan pelayanan ini, tetapi melihat bahwa ini merupakan sebuah panggilan Tuhan yang harus saya kerjakan, panggilan Tuhan yang Tuhan sendiri menyuruh saya untuk mengerjakan-Nya.
2. Belajar dari Nehemia demi panggilan itu malahan ia meninggalkan sebuah kenyamanan, berarti jika mencari kenyamanan tentunya saya harus tanamkan di dalam hati bahwa bukan dengan menjadi seorang staff. Menjadi seorang staff berarti rela menderita untuk beban pelayanan mahasiswa.
3. Beranjak ke pertanyaan apa yang mungkin membuat saya berhenti menjadi seorang staff, kemungkinananya adalah karena Perkantasnya sendiri, keluarga dan pelayanan yang lain. Dari jawaban ini saya merenungkan biarlah kecintaan saya kepada Tuhan jauh lebih besar daripada semua kecintaaan termasuk keluarga yang adalah yang paling saya cintai. Sehingga tidak ada alasan untuk berhenti menjadi seorang staff kecuali Tuhan memimpin kepada maksudNya yang lain.
Hari ke hari saya semakin menikmati orientasi ini. Merenungkan kembali sudah lama saya tidak bersama dengan Tuhan, diisi, diajari dan dipuaskan oleh firman Tuhan seperti saat ini. Sehingga penajaman tentang personal walk yang dibawakan oleh kakak Yudit sangat kerasa. Perenungan saya adalah apakah selama ini saya semakin dekat dengan Tuhan. Apakah Allah yang selama ini saya layani bisa saya rasakan kedekatan dengan Dia. Ini menjadi pertanyaan yang mencambuk saya karena jika Dia jauh apa artinya saya terus melayani Dia bahkan memberikan hidup untuk Dia. Ya… saya harus semakin dekat dengan Dia melalui sebuah persekutuan yang indah dengan Dia.
Doa saya: Mampukan saya Tuhan untuk bisa berubah hari ke hari kepada kesempurnaan yang Engkau kehendaki di dalam seluruh hidupku. Secara khusus sebagai seorang pelayanMu, mampukan hambaMu ini menjadi seorang yang mencintaiMu dan menjadi teladan di dalam perjalan Hidup sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki. Amin
Pertanyaan tentang berapa lama komitmen saya menjadi staff, saya menjawab 11 Tahun. Sampai saat ini saya berkomitmen memberi hidup untuk Tuhan selama 11 Tahun kedepan dengan mengerjakan pelayanan mahasiswa. Hanya satu kerinduan di dalam komitment ini, Tuhan yang mampukan saya untuk mengerjakan panggilan ini dengan ketaatan dan kesetiaan sebagai seorang hamba. Mengerjakan pelayanan mahasiswa secara khusus saya rindu mengembangkan Misi dari pelayanan mahasiswa yakni menjadi leader dan pengubah bangsa di dalam setiap aspek hidup ini.
Di dalam sesi propil dan kepemimpinan seorang staff, b’daniel mengawali dengan pertanyaan Siapakah seorang staff dan bagaiaman karakteristik hidup seorang staff. Dari banyak hal yang di diskusikan saya menyimpulkan seorang staff adalah seorang yang memiliki kasih. Biarlah pelayanan atau orang lain akan mengenal staff melalui kasih. Kasih yang terfokus kepada satu tujuan dan itulah yang menjadi penggerak saya untuk mengatur hidup secara khusus mengingat sering sekali hidup seorang staff itu tidak teratur, tutur mas Tri. Tetapi kalau saya memililiki focus di dalam mengerjakan pelayanan ini maka saya yakin hidup saya akan semakin teratur dan seimbang di dalam mengerjakan tanggungjawab yang dipercayakan kepada saya.
Mengenal diri melalui SWOT saya bersyukur kekuatan, kelemahan, tantangan dan kesempatan saya bisa tergembarkan. Sebagai seorang staff banyak kelemahan yang saya miliki salah satu perenungan yang paling banyak kepada sikap saya yang sering cuex dan kurang ramah dengan orang lain. Tentunya di dalam rangka menggumuli hidup sebagai seorang staff kelemahan ini harus saya bangun kembali. Langkah nyata dari perenungan ini adalah mulai menyediakan waktu untuk mendengar orang lain, dan berusaha untuk menyapa orang lain lebih dulu jangan malu-malu he..he...
Di akhir pekan konsep tentang PI saya dapatkan dengan mendalam. Bahwa hidup yang kita jalani ini adalah hidup untuk menyaksikan apa yang telah Allah lakukan di dalam hidup saya. Biarlah itu menjadi kesaksian yang hidup yang senantiasa terwujud di dalam hidup pras.
Kalau boleh disimpulkan maka satu minggu ini, saya bisa menyimpulkan bahwa menjadi seorang hamba Tuhan dibutuhkan sebuah kedekatan yang intim dengan Dia. Yang akan tercermin di dalam tanggungjawab saya sebagai seorang staff dan terimplikasi melalui hidup saya sebagai seorang pemimpin yang memiliki kasih kepada Tuhan dan visi Allah. Doa saya semoga saya selalu dapat merefleksikan apa arti hidup menjadi seorang hamba Tuhan. Amin. (Karang Anyer (jawa tengah), 2-16 Juni 2008).
Rabu, 08 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar