Rabu, 08 April 2009

Di Jogja

Seminggu di Jogja.
By: Prasasti Perangin-angin (staff Mahasiswa Medan)
Seminggu di Jogja. Merupakan sebuah kesempatan yang baik untuk saya bisa banyak belajar tentang pelayanan siswa dan mahasiswa mengingat daerah yang saya kunjungi ini adalah kota pendidikan. Saya bisa menemukan puluhan bahkan ratusan kampus dan sekolah yang potensial untuk dilayani di daerah ini. Meskipun kota ini bukan daerah yang berbasis Kristen tetapi kota ini menjadi sebuah tujuan pendidikan yang terkenal di Indonesia. Sehingga orang-orang yang bisa kita layani di kota ini juga beragam dari latarbelakang budaya dan daerah yang berbeda. Jangan heran kita bisa bertemu dengan orang papua, orang cina, orang Sulawesi apalagi orang batak di sana. Dengan melihat gambaran kota ini, bisa kita simpulkan sungguh sangat diperlukanya pelayanan mahasiswa dan siswa hadir di kota ini. Karena banyak para pemimpin yang akan terlahir dari kota ini.
Seminggu di jogja. Merupakan waktu yang singkat untuk mengenal dalam pelayanan kota ini. Tetapi meskipun demikian, seminggu di Jogja sudah lebih dari cukup untuk melihat dan belajar pergerakan pelayanan di kota ini.
Seminggu di Jogja. Memang di barengi dengan sebuah ketimpangan. Kehadiran saya dengan K’Uli seminggu di jogja juga agar bisa di mentoring oleh staff senior disana. Tetapi yang terjadi adalah ternyata metor yang seharusnya menjadi teman dan pembimbing seminggu di Jogja berhalangan. Mas Didik mentor saya pergi ke Bogor ada retreat bersama dengan 3 orang staff lapangan dan selesai hari jumat malam dan Mbak Fona mentor K’Uli menderita sakit cacar air. Sehingga hari pertama saya sedikit bingung dan jujur pengen pulang dan bertanya bagaimana bisa mentoring di dalam kondisi seperti ini. Di tambah lagi staff lapangan juga sebagian ikut ke Bogor dan PMK lagi liburan semester. Terpikir apa yang akan bisa saya pelajari seminggu di Jogja.
Seminggu di Jogja. Mulai hari pertama saya langsung mulai mengatur jadwal kegiatan yang mungkin bisa saya ikuti. Akhirnya kegiatan siswa secara khusus pembinaan TPS masuk di dalam jadwal yang saya rencanakan di tambah KTB PMK. Seminggu Di Jogja menjadi kesempatan saya untuk belajar pelayanan siswa, karena sepertinya pelayanan siswa di kota ini cukup solit.
Seminggu di Jogja. Belajar bagaimana TPS di kota Jogja bisa dewasa dan bertumbuh. Fokus kepada pemuridan menjadi pelajaran penting berkembangnya pelayanan siswa di kota ini. TPS berperan untuk membina PKTB dan alumni siswa yang lain untuk menjadi pembimbing bagi siswa. Di samping itu yang menarik adalah mereka juga tidak melupakan pembinaan untuk para TPS itu sendiri. Di dalam pembinaan siswa yang menarik adalah di dalam penekanan bahwa siswa atau mahasiswa juga harus berperan di dalam pelayanan gereja. Hal ini menjadi pelajaran penting mengingat bahwa di Medan sangat sedikit orang-orang yang kita bina melayani di gereja. Hal lain yang menjadi kekuatan pelayanan siswa di kota ini adalah kekompakan atau persekutuan yang dekat, itu dapat dilihat dari mereka begitu dekat satu dengan yang lain. Sangat menikmati bersama TPS saya bisa main Futsal untuk membangun persekutuan yang dekat.
Seminggu di Jogja. Belajar pelayanan mahasiswa kalau saya boleh jujur, bahwa saya cukup prihatin dengan kondisi mereka. Sepanjang yang bisa saya rasakan sepertinya pelayanan mahasiswa mengalami kelesuan. Tidak ada gairah. Atau tidak ada visi barang kali. Beberapa tahun yang lalu mungkin kita bisa mengatakan pelayanan mahasiswa di Jogja berkembang. Tetapi kondisi itu sangat kontras sekarang. Dimulai dari tidak jelas posisi PMKY di tengah PMK kampus, sampai tidak adanya orang yang komitmen untuk memberi diri melayani.
Alumni Pelayanan mahasiswa yang bisanya tidak menetap di Jogja sehingga minim sekali orang-orang yang bisa menjadi pendamping bagi mahasiswa. Di tambah lagi alumni yang menetap di Jogja pun tidak memberi diri untuk melayani. Ini menurut saya sebuah indikasi bahwa lemahnya pemuridan di dalam PMK. Tetapi kesempatan itu bisa saya pakai untuk banyak berbagi, saya melihat perlu di reduksi ulang peran dan fungsi PMK. Dan ini harus di mulai kembali pemuridan yang kuat di dalam Kelompok kecil. Seminggu di Jogja, menjadi pelajaran penting bagi saya bahwa sebuah pelayanan bisa hilang jika tidak adanya Visi dan pemuridan yang kokoh sebagai penopang visi tersebut. Hal ini juga bisa terjadi di kota mana saja.
Seminggu di jogja. Mentoring bersama Mas Didik, hanya berlangsung beberapa waktu saja. Saya belajar bahwa di dalam pemuridan harus tetap menjadi focus pelayanan perkantas untuk menjaga visi. Dan di dalam mengerjakanya hubungan interpersonal mutlak di butuhkan untuk mengerjakanya. Melihat, kemampuan interpersonal saya yang sangat rendah itu menjadi saran yang penting bagi saya untuk menjadi seorang pelayan Tuhan. Mas Didik bilang itu bisa di pelajari jika kita mau melakukanya. Sehingga komitment saya untuk mulai meningkatkan kemapuan interpersonal saya diingatkan kembali. Untuk membangun itu, saya harus mulai dengan hal yang kecil. Langkah konkritnya adalah saya akan bangun dengan memulai lebih ramah kepada orang yang datang ke Perkantas Medan. Ini adalah langkah nyata yang bisa saya aplikasikan di Medan nanti. Saya harus bisa menjadi peribadi yang bersahabat dan care.
Seminggu di Jogja, di dalam mentoringnya kami juga membicarakan masalah keperibadian. Sebenarnya hampir sama dengan yang saya dapatkan dari K’Iis dan K’Yudit bahwa saya harus banyak belajar lebih dewasa. Dan kecemasan, cepat panic dan mudah khawatir harus saya ubah dengan lebih banyak membaca buku. Dan banyak waktu berdiam bersama dengan Tuhan.
Seminggu di Jogja, juga banyak saya isi dengan membaca buku. Keberadaan kondisi di atas tadi satu segi mendorong saya menikmati perpustakaan staff yang cukup memadai. Banyak belajar dari buku Teologi Kristen. Hal ini menuntun saya untuk mengaplikasikan komitmen saya selama OS ini bahwa saya harus memperbanyak waktu self study. Untuk memanfaatkan waktu luang, bisanya dipakai untuk baca buku itu.
Seminggu di Jogja, juga saya isi dengan menikmati kota Jogja. Beberapa Candi yang saya lihat dan keindahan kota Jogja yang bisa saya nikmati melahirkan syukur kepada Allah. Kalau boleh di simpulkan seminggu di Jogja, rasanya itu ”rame-rame”. Yang paling saya syukuri adalah saya mencoba menikmati setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk belajar menjadi seorang pelayan Tuhan ditengah situasi apapun. Maturnoun…

Tidak ada komentar: