Mari Sukseskan Pemilu 2009.
Oleh: Prasasti Perangin-angin
Pelayanan mahasiswa di dalam visi dan misinya merindukan bahwa orang-orang yang dibina akan hadir memberikan peran dan pengaruh di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam menyongsong Pemilu 2009 yang menjadi penentu arah bangsa kedepan, penting kita tanyakan peran apa yang bisa ditunjukan oleh pelayanan mahasiswa? atau dengan kata lain, kontribusi nyata apa yang bisa kita berikan?
Semua kita sependapat bahwa pelayanan mahasiswa berorientasi kepada peran nyata di dalam permasalahan bangsa. Pelayanan mahasiswa menghasilkan mahasiswa yang berkarakter murid Kristus yang berkontribusi nyata dalam runut permasalahan bangsa. Ini adalah obsesi, cita-cita atau visi yang dikandung pelayanan mahasiswa. Melihat kompleksitas permasalahan bangsa, arti kehadiran pelayanan mahasiswa semakin penting. Kehadiran sebagai salah satu solusi pencegahan buruknya citra pemimpin bangsa dan dalam rangka pembentukan karakter calon pengubah bangsa. Kehadiranya juga dirindukan ikut memberi rasa terhadap carut marut permasalahan bangsa.
Sudah puluhan tahun pelayanan mahasiswa hadir di bangsa ini. Usia yang cukup matang untuk menunjukkan pengaruh. Tetapi jika kita melihat kebelakang, bisa dikatakan pengaruh itu belum menyentuh sendi-sendi multikrisis yang sedang mengerogoti bangsa saat ini. Dengan kata lain kehadiran pelayanan mahasiswa cenderung sebatas identitas bukan kerdibelitas. Sebatas warna bukan rasa.
Dalam menyongsong Pemilu 2009, kita diperhadapkan kedalam beberapa permasalahan. Yang pertama, dengan mencermati pelaksanaan Pilkada yang lalu. Sebuah pelajaran berharga bagi kita, dimana partisipasi masyarakat di dalam mengunakan hak pilihnya sangat rendah. Tempat Pemumutan Suara (TPS) sepi, hanya di dikuti oleh sekitar 58-70 % dari total pemilih. Sebagai contoh di Sumut, golputlah (58%) menjadi pemenang di pemilihan tersebut karena lebih besar dari persentasi pemenang Pemilu (28% dari jumlah pemilih). Jika ditelusuri lebih dalam, memang banyak faktor yang menjadi penyebab hal tersebut. Mulai dari tidak mendapatkan kartu pemilih dan rendahnya kinerja KPUD.
Permasalahan yang kedua adalah sikap apatis. Ini adalah sikap yang cukup menjamur di dalam kehidupan politik kita. Sikap yang acuh tak acuh atau sikap yang sepertinya sedang berkata siapapun yang akan terpilih tidak ada bedanya. Ini memang wajah demokrasi kita, dimana wakil rakyat tidak menjadi gerbong pembangunan dalam menyelesaikan permasalahan dan penderitaan rakyat. Singkatnya hanyalah janji dan kosmetik politik terhadap rakyat yang menghiasi pesta demokrasi tersebut, sehingga satu segi wajar jika rakyat merasa bosan karena dibohongi terus.
Yang ketiga adalah permasalahan politik pencitraan. Dengan kekuatan uang para caleg mencitrakan diri mereka. Kalau kita perhatikan di sepanjang jalanan maka akan terpampang balio para caleg untuk mencitrakan diri mereka. Sehingga Caleg yang terpilih nantinya adalah caleg yang bisa mencitrakan diri, bukanlah caleg yang capable, mengakar di masyarakat dan berintegritas karakter.
Di tengah runut permasalahan tersebut, seharusnyalah kita memberi peran di dalamnya. Sederhanya adalah yang pertama gunakanlah hak pilih, alias jangan golput. Ini bukan ikut-ikutan bahwa haram hukumnya jika golput. Karena memang ada perdebatan, bahwa golput juga bagian dari kehidupan demokrasi. Tetapi yang saya mau tekankan adalah bagaimana kita sebagai warga negara ikut berpartisipasi untuk turut ambil bagian bagi perubahan. Saya tetap menyakini bahwa Pemilu menjadi awal sebuah perubahan bangsa. Sungguh disayangkan di dalam moment perubahan tersebut kita tidak ikut mengambil bagian di dalamnya.
Yang kedua jangan asal pilih. Perhatikanlah calon-calon yang berdedikasi dan berpotensi untuk melakukan suatu perubahan bagi permasalah dan penderitaan rakyat saat ini. Jadilah pemilih yang cerdas. Memilih bukan semata karena satu agama, satu suku atau satu golongan menjadi alasannya. Tetapi perhatikanlah hidup mereka, perhatikanlah kinerja mereka, setidaknya dari yang ada pilihlah yang terbaik. Karena jika seperti itu, kita sedang membangun sebuah kesadaran politik. Kesadaran politik yang rasional bukan irasional.
Yang ketiga adalah melakukan penyadaran politik. Sebagai mahasiswa hal penyadaran atau pengabdian kepada masyarakat adalah bagian dari tanggungjawab kita. Mulailah dari lingkup terkecil dari diri kita yakni keluarga, tempat kost, atau lingkungan di sekitar kita. Keyakinan kita adalah proses penyadaran seperti ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap kesuksesan Pemilu 2009. Dan jika ini terjadi hal tersebut akan merupakan awal kepada sebuah perubahan bangsa yang kita cita-citakan itu. Sampai pada akhirnya nyatalah kontribusi pelayanan mahasiswa bagi permasalahan bangsa ini. Mari sukseskan Pemilu 2009.
Jumat, 09 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar