Selasa, 29 April 2008

peduli bangsa..

Opini

Pasca Pilgubsu: Menantikan seorang pemimpin yang melayani.
Oleh: Prasasti Perangin-angin, S.Pd

Kami Siap melayani. Demikianlah moto Syampurno, pemenang Pilgubsu 2008. Melayani merupakan terjemaahan dari serve. Seorang yang sedang melayani disebut sebagai seorang pelayan (servant). Servant juga diartikan sebagai seorang abdi. Seorang yang mengabdikan dirinya kepada seseorang, atau sesuatu tugas dan tanggungjawab. Pelayan di dalam mengerjakan tugasnya dan tanggungjawabnya, bisanya akan hanya tunduk kepada tugas dan tanggungjawab tersebut. Hanya tunduk kepada ’tuan’ yang memberikan tanggungjawab atau tugas tersebut.
Di lihat dari defenisi ini maka bisa kita pastikan, itu merupakan sebuah pekerjaan atau berstatus rendah. Mengingat pada umumnya setiap orang akan mencari sesuatu pangkuan yang lebih tinggi. Sesuatu jabatan, sesuatu posisi yang dengannya ia akan menjadi seoarng atasan yang siap memerintah. Siap memberikan sebuah instruksi dan bawahanya akan mengerjakannya. Dan pada umunya seorang akan lebih suku menjadi bos daripada menjadi pelayan.
Tetapi meskipun demikian metode kepemimpinan yang melayani (servant hood leadership) banyak ditawarkan di dalam dunia kepemimpinan. Karena pemimpin yang berjiwa seorang pelayan akan diterima dan dihormati oleh pengikutnya. Sebagai contoh pada beberapa waktu yang lalu di Paraguay, seorang Uskup memenangkan pemilihan Presiden. Bisa kita simpulkan seorang Usukup bisa mengalahkan partai yang sudah selama berpuluh tahun berkuasa, tentunya sangat dipengaruhi oleh karkter dan hidupnya yang dekat dan melayani masyarakat.
Pemimpin Sumut telah terpilih, terlepas dari tingkat partisipasi pemilih yang sangat rendah dan banyak pemilih memilih jalan Golput. Tanggal 24 April 2008, KPU telah menuntukan pilihan kepada Syampurno sebagai yang terbaik dari calon yang lain. Dengan mengumpulkan 28,31% pasangan ini mengunguli pasangan Triben 21,69%, Waras 17,4%, PASS 16,58%, dan UMMA 16%. Atau bisa kita simpulkan dari seluruh pemilih yang mengunakan hak pilihnya pada tanggal 16 April yang lalu, Bang Syamsul dan Mas Gatot adalah yang terbaik di hati masyarakat Sumut dari calon yang ada. Sekedar mengingatkan sesuai dengan kesepakatan ke-5 calon pada awal kampanye maka hasil itu seharusnyalah bisa diterima oleh setiap calon yang mengumpulkan suara lebih sedikit atau kalah.
Di tetapkannya Syamsul dan Gatot menjadi Gubsu dan Wagubus 2008-2013 suka ata tidak suka, seluruh warga propinsi ini harus menyatakan berharap akan perwujudan pembangunan Sumut kedepan. Hal ini tentunya sangat penting, apalagi mengingat keberagaman di Sumut.Tanpa ada kesatuan langkah dan gerak maka para pemimpin ini tidak akan bisa mewujudkan apa yang menjadi program dan visi mereka. Menerima mereka sebagi pemimpin adalah satu sikap positif yang bisa ditunjukan seluruh penduduk Sumut.
Visi yang ditawarkan pasangan ini sewaktu kampanye cukup sederhana yakni warga bisa makan, sehat dan bersekolah. Dengan motto: kami siap melayani. Jika dilihat dari itu berarti mereka akan menunjukan jati diri sebagai seorang yang melayani. Untuk mewujudkan masyarakat Sumut yang bisa makan, bisa sekolah dan sehat sebagai seorang pelayan. Seorang pelayan yang akan mengabdikan dirinya kepada tugas dan tanggungjawab yakni membawa masyarakat Sumut bisa makan, bisa sekolah dan hidup sehat.
Mengingat pangalaman rata-rata pemimpin di republik ini, apakah Syampurno akan bisa menjalankan kepemimpinan yang melayani ini. Ataukah Sahabat semu suku ini juga akan berada dibarisan pemimpin itu. Pemimpin yang ”pikun” karena lupa akan janjinya. Janji yang selama ini di ucapakan itu hanyalah sebuah retorika berbicara layaknya sebagai calon ataukah itu memang lahir dari kerinduan untuk membangun Sumut. Atau pemimpin yang Yes ’bos’ juga.
Bagaimana menjadi pemimpin yang melayani. Memimpin dengan menunjukan komitment untuk menjadi seorang pemimpin yang rela menjadi pelayan masyarakat. Pemimpin yang bukan melayani dirinya sendiri tetapi melayani masyarakat sebagai bagian dari tanggung-jawab publik terhadap kepercayaan yang diberikan rakyat. Pemimpin yang bukan hanya duduk di ”menara gading”, tetapi yang rela bersama-sama dengan para petani yang terjepit karena mahalnya harga pupuk. Rela menjadi sahabat para pedagang yang semakin terpinggirkan karena munculnya tempat perbelanjaan yang modern. Menjadi teman bagi para guru yang mungkin hanya bergaji 500 ribuan sebulan padahal sudah sarjana.
Seorang pemimpin yang bukan hanya datang dan dikenal masyarakat sewaktu ada acara peresmian dan kegiatan-kegiatan besar saja. Tetapi pemimpin yang di dalam setiap kondisi, penduduk Sumut ini bisa merasakan kehadiranya. Seorang pemimpin yang akan menjawab kebutuhan pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang lain. Atau dengan kata lain pemimpin yang memberikan rasa nyaman dan mendatangkan kesejahteraan kepada masyarakat Sumut.
Yang tidak kalah penting adalah masyarakat menginginkan pemimpin yang menjadi musuh para koruptor. Menjadi pemimpin yang menjadi teladan bagi bawahannya. Sehingga para bawahan takut untuk berbuat sesuatu yang salah. Pemimpin yang berkomitmen memperjuangkan hak-hak yang terpinggirkan. Perubahan yang senantiasa dirindukan rakyat akan terjadi jika pak Syamsul dan Mas Gatot memiliki kepemimpianan yang melayani. Jadi jawaban apa yang akan ’kami siap melayani’ berikan?
Apakah kertas jawaban yang selama ini ditunjukan oleh para pemimpin kita juga akan menjadi kertas jawaban mereka? Kertas jawaban yang di dalamnya tertulis korupsi merajalela, para petani berkata harga pupuk naik, infrastruktur amburadul, rakyat misikin tidak bisa sekolah, rakyat misikin makan obat kadaluarsa atau kertas jawaban apa yang tertulis. Tidak usah muluk-muluk Pak, Mas, sebagai seorang pelayan masyarakat semoga rakyat akan makan, rakyat sehat dan bersekolah. (Penulis bekerja sebagai staf Pembina mahasiswa di Perkantas Medan, aktif sebagai anggota Perhimpunan Suka Menulis (Perkamen) di Medan)

Prasasti Perangin-angin, SPd


Jl.Sei Merah No.6 Medan
081361593182

Tidak ada komentar: