Selasa, 16 Desember 2008

Tulisan Tentang regenerasi

Regenerasikan Pelayananmu!
Eksposisi 2 Tim 2:2

Setiap generasi mempunyai tanggungjawabnya sendiri. Bahwa generasi sekarang akan berakhir dan digantikan dengan generasi berikutnya. Begitu seterusnya, generasi yang satu akan digantikan dengan generasi dibawahnya. Hampir semua organisasi, pelayanan atau gereja menerapkan prinsip ini. Bertujuan untuk menjaga keberlangsungan atau kontinuitas visi dari organisasi atau pelayanan tersebut.
Sehingga keberhasilan seorang pemimpin, pengajar, atau pelayan di dalam sebuah organisasi atau pelayanan tidak hanya dilihat dari bagaimana ia mengajar atau bagaimana ia memimpin atau berapa besar pelayanan yang ia kerjakan. Tetapi juga dilihat dari bagaimana ia dapat membentuk generasi dibawahnya menjadi pengantinya kelak. Meregenerasikanya. Atau dengan kata lain bagaimana ia mempersiapkan orang tertentu untuk mengerjakan apa yang selama ini ia kerjakan, atau menyampaikan apa yang selama ini ia sampaikan atau melanjutkan apa yang selama ini telah ia mulai atau mengantikan posisinya. Jadi satu hal yang penting di dalam keberlangsungan pelayanan adalah memastikan bahwa setiap generasi menangkap beban/visi dari para pendahulunya. Dan point inilah yang ingin ditularkan atau ditekankan Paulus kepada anak rohaninya Timotius.
Di latarbelakangi oleh teladan Onesiforus (1:16) dan penghianatan atau penyangkalan Filgelus dan hermogenes (1:15) Paulus membimbing/menasehati Timotius di dalam mengembalakan jemaat. Kondisi yang bertolak belakang ini menjadi sebuah pelajaran yang dapat berupa teladan tetapi juga menjadi sebuah peringatan. Teladan Onesiforus seharusnya berlanjut kepada Timotius dan para pelayanan yang akan membantu Tiomtius di dalam mengajar. Dan Kegagalan Filgelus dan Hermogenes tidak terulang dari orang-orang yang akan mengemban tanggungjawab tersebut. Tentunya ini sangat penting bagi Timotius secara pribadi sebagai seorang pengajar firman dan bagi orang yang kepadanya akan dipercayakan tanggungjawab pengajar firman.
Paulus mendorong Timotius tetap kuat (2:1). Kasih karunia di dalam Yesus Kristus yang harus menjadi sumber kekuatan Timotius di dalam mengerjakan tanggungjawabnya. Apa lagi mengingat Timotus yang masih muda yang terkadang dianggap rendah oleh orang lain (bd 1Tim 4:12). 2 Kor 1:12 Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah.
Di dasari kekuatan kasih karunia, Paulus menegaskan tugas utama Timotius. Yakni bagaimana Timotius harus mempercayakan berita injil itu dengan sepenuhnya kepada orang-orang yang dapat dipercayai, dan juga cakap mengajar orang lain. Kata Percayakanlah (paratithenia) berasal dari akar kata yang sama dengan kata harta yang indah (paratheke 1:14). Apa yang harus dipercayakan itu bukanlah merupakan seuatu tugas yang sembarangan. Pesan yang harus dipercayakan itu adalah harta yang indah. Jadi, sebagaimana Paulus telah mempercayakan injil itu kepada Timotius sebaliknya demikian jugalah tanggungjawab Timotius untuk mempercayakan tugas itu selanjutnya.
Di dalam tradisi yahudi hal ini biasa dilakukan. Seorang guru akan mempersiapkan para pengikutnya untuk mengantikanya kelak. Ini juga merupakan praktika dari filosofi Yunani. Greek philosophical schools although they usually emphasized the views of the founder more then those of immediate predecessors (Bibel Background Commentary). Sehingga hampir semua guru atau pengajar mempunyai pengikut dan guru atau pengajar akan mempersiapakan para murdinya untuk mengantikanya kelak.
Pesan Paulus adalah menyakinkan Timotius bahwa berita injil yang ia sampaikan akan disampaikan dari generasi ke generasi melalui orang-orang yang tepat. Kontinuitas injil harus terjaga. Para pengajar injil pasti akan mengalami masa transisi dan itu harus diamankan dengan regenerasi yang baik. Di mana pada masa yang akan datang mungkin sekali pemberitaan injil akan menjadi sesuatu hal yang membosankan. Mungkin saja karena pengaruh tradisi yang konservatif. Hal inilah yang menjadi perhatian Paulus sehingga regenerasi itu menjadi sangat penting.
Ada dua syarat yang ditekankan Paulus. Pertama adalah orang itu adalah orang yang dapat dipercaya dan yang kedua adalah orang itu juga harus cakap mengajar (Lihat 2Tim 2:24, 1Tim 3:2, Titus 2:3). Dua syarat ini mutlak harus terpenuhi dari orang yang akan melajutkan pemberitaan injil itu. Mengingat bahwa berita yang akan dipercayakan kepada mereka adalah berita injil. Harta yang indah.
Apalagi di tengah tantangan banyaknya nabi palsu yang menyalahgunakan atau mempersempit berita injil. Jika kita lihat pada surat yang lain Paulus harus berhadapan dengan para pengajar-pengajar yang hanya mementingkan hal-hal duniawi. Hikmat yang mereka pakai juga adalah hikmat duniawi, sehingga mereka dengan rupa-rupa tipu daya mengadakan tanda dan mujizat-mujizat palsu (2 Th 2:9-13). Para pengajar itu sibuk dengan silsilah dan dongeng yang hanya untuk menyenangkan hati pendengarnya (1 Tim 1:4, 4:7, 2 Tim 4:4).
Jika kita melihat kesejajaranya dengan zaman sekarang, saya melihat kita berada pada pergumulan dan tantangan yang sama. Perhatikanlah banyaknya para pengajar yang mempersempit berita injil. Para pengajar yang hanya menjadikan pengajaran firman sebagai sebuah entertainment. Para pengajar yang hanya berorientasi menyenangkan para pendengarnya semata. Para pengajar yang sibuk dengan hal-hal yang tidak esensial. Tentunya nasihat yang sama disampaikan pada kita melalui bagian ini. Bahwa saat ini juga dibutuhkan para pengajar yang dapat dipercaya, memiliki kekuatan dari kasih karunia Tuhan yang juga memiliki kreatifitas yang cakap di dalam mengajar berita injil yang mulia itu.
Dengan demikian jika kita renungkan nasihat ini maka setiap kita bertanggungjawab untuk memerintahkan atau meregenerasikan para pengajar firman dari generasi ke generasi. Setiap generasi saya pikir memiliki tanggungjawab yang sama di dalam meregenerasikan dan diregenerasikan. Inilah printah dan tanggungjawab yang harus kita emban. Sebagai pengajar kita harus concern mempersiapakan generasi berikutnya untuk mengantikan kita. sebagai orang yang sedang di persiapakan kita juga harus melihat visi itu bahwa kita diharapkan akan melanjutkan kontinuitas injil bagi genereasi kita.
Jadi meskipun kita berada di tengah tantangan zaman dimana kebenaran itu menjadi kabur dan pengajaran yang sehat tidak di gemari. Kita bertanggungjawab untuk terus menyatakan di mana kebenaran injil menjadi sebuah kebenaran yang revoulusioner. Kebenaran yang mengubah hidup orang banyak. Berapapun harganya, apapun yang harus kita lakukan. Dalam rangaka mewujudkan pesan injil ini, semakin dibutuhkanlah seorang pengajar yang dapat dipercaya. Tetapi teguh kepada kekuatan kasih karunia Allah dan juga seorang pengajar yang cakap di dalam mengajarkan kebenaran itu.
Sebuah kesaksian ketika saya mengumuli dan memutuskan menjadi staf dalam jangka waktu yang lebih lama. Ada kesadaran akan tanggungjawab bahwa pelayanan mahasiswa membutuhkan orang-orang yang kuat di dalam pengajaran firman. Ketika saya melihat pengaruh dari staff senior di kota saya, melalui pengajaran dan pemberitaan firman yang kuat ada sebuah pengaruh terhadap kemajuan pelayanan. Sehingga daripada itu saya melihat bahwa mereka suatu saat harus digantikan juga. Bahwa generasi berikutnya juga membutuhkan para pengajar yang baik.
Sekarang, bagaimana dengan kita? Mulailah dari hal kecil. Barangkali dengan mempercayakan tanggungjawab pelayanan kampus atau sekolah kepada adik kelas kita. Atau juga dengan menyadari tanggungjawab yang lebih besar, bahwa kemajuan pelayanan perkantas saat ini akan dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Sehingga kita rindu melalui kesadaran itu, lahir sebuah usaha serius untuk belajar memperlengkapi dan mengembangkan diri dalam rangka kontinuitias pelayanan ini. (diterbitkan di majalah DIA)

Prasasti Perangin-angin
Staf Mahasiswa Perkantas Medan

Tidak ada komentar: