Alumni dimanakah semangatmu??
Oleh: prasasti Perangin-angin
Dunia alumni berbeda dengan dunia mahasiswa. Ya, itu jelas berbeda. Di dunia alumni kita dituntut untuk memikirkan perut yang sejengkal ini, sedangkan di dunia mahasiswa kita dituntut memikirkan study. Di dunia alumni kita dituntut jadi super sibuk, sedangkan waktu mahasiswa masih banyak waktu untuk tidur siang, ya enggak. Sehingga tak jarang waktu untuk mimpin kelompok pun tidak “diketemukan”. Memang dunia alumni berbeda dengan dunia mahasiswa. Karena waktu mahasiswa, waktu untuk memimpin kelompok mudah ‘diketemukan’.
Perbedaan ini sangat berimbas dengan bagaimana kita melayani. Melayani di mahasiswa dan di alumni menjadi berbeda. Perhatikan sewaktu mahasiswa mengebu-gebu versus alumni yang mengelak-elak. Sewaktu mahasiswa rela berkorbanya versus alumni sudah mulai perhitungan dengan waktu memimpin kelompok kecil, menjadi pengurus atau memerhatikan pelayanan apalagi bermisi. Waktu mahasiswa integritas itu nomor siji sewaktu alumni sudah mulai berkompromi atau dengan kata lain menuju loro atau papat. Sewaktu mahasiswa terasa singkat 30 menit saat teduh versus sewaktu alumni 5 menit terasa 1 jam.
Perbedaan ini bisa kita tanggapi dan kita diskusikan. Memang saya melihat hal ini merupakan kecenderungan secara umum yang terjadi di dalam pelayanan kita saat ini. Harus kita akui juga ada beberapa alumni yang tidak berbeda sewaktu masih mahasiswa dan sesudah alumni, saya pikir itu bisa menjadi model kita berubah. Tetapi realita secara umum ini penting kita renungkan dan bertanya kepada diri kita sendiri, mengapa semangat saya sewaktu mahasiswa itu luntur? atau pertanyaan yang lebih mendasar, sekarang apa yang saya pikirkan tentang hidup bersama Tuhan?
Sewaktu mahasiswa kita sering berbicara tentang harga seorang murid di dalam melayani. Dengan semangat yang luar biasa kita sanggup mengalahkan tantangan agar kita bisa mengerjakan pelayanan yang Tuhan percayakan. Karena yang kita pahami hidup ini adalah untuk melayani Tuhan. Untuk taat kepada panggilan yang Tuhan percayakan. Karena yang lebih jauh lagi kita berpikir Tuhan yang berkuasa atau berotoritas atas seluruh hidup kita. Bagian kita jelas taat dan setia kepada panggilan itu, sampai selesai.
Tetapi sekarang kenapa ya, pemahaman itu sedikit demi sedikit, berubah di dalam hidup kita. Pikiran kita mulai dihinggapi dengan sebuah gaji yang tinggi, oleh sebuah masa depan, oleh sebuah kenyamanan. Di benak seperti berbicara “pikirkan tentang teman hidupmu, pikirkan tabunganmu, pikirkan ini dan itu”. Yang kesemunya pada satu topik pikirkan tentang dirimu. Kenapa alumni sudah mulai menghitung-hitung waktu memimpi kelompok kecil atau melayani jangan-jangan karena pikiran seperti itu yang full di dalam hidup kita. Arti panggilan untuk melayani dan hidup bagi Kristus itu di geser oleh hidup bagi diri sendiri. Coba kita evaluasi diri kita apakah kita masih bertanya, Tuhan apa yang harus aku lakukan demi VisiMu??
Justru yang terjadi adalah seorang alumi akan membela dirinya dengan berkata aku mengajar atau bekerja dengan baik itu adalah pelayanan saya saat ini. oke itu benar. Tetapi pertanyaannya, pelayanan yang bagaimana yang telah kita berikan bagi pekerjaan kita? kalau kita datang tepat waktu, mengerjakan tugas dengan baik, mengerjakan ini dan itu yang semuanya berhubungan dengan pekerjaan kita, saya berpikir bukankah orang lain juga mungkin mengerjakan itu. Tetapi jujur dulu kita apakah memang benar pembelaan kita itu? Atau kita kerja doang.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat Filipi bahwa akan banyak yang menjadi seteru salib Kristus (Fil 3:18). Menarik menggali seteru salib. Salib memang sebuah lambang yang hampir semua orang akan menghindarinya. Salib itu tidak populer bahkan dicemooh. Salib itu tidak nyaman justru mendatangkan masalah. Tetapi salib yang justru dihindari itu yang dipilih oleh Tuhan Yesus. Memang sedikit ‘gila’ mengapa Tuhan Yesus menjalani salib. Kok enggak menjalani yang lain saja ya.
Salib memang mendatangkan masalah. Karena itu harus menjadi gambaran dan panutan kepada setiap orang yang mau mengikut Dia. Yesus berkata setiap orang yang mau menjadi muridKu harus memikul salibnya. Dengan kata lain kalau tidak mau memikul salib tidak usah ikut Aku. Kira-kira demikian. Itu makanya banyak kok calon murid yang mundur menjadi murid Kristus karena harus memikul salib, menyangkal diri, atau harus melayani dan berkorban bagi sesama. Sebagai mana Kristus berkorban bagi dunia ini seperti itu juga setiap murid di tuntut berkorban bagi Dunia ini. Jelas dan tegas. Ikut Yesus tidak nyaman. Banyak tuntutannya. Banyak susahnya.
Kenapa ini yang saya ungkapkan. Karena pertanyaan kenapa berbeda jiwa melayani sewaktu mahasiswa dengan sewaktu alumni. Sangat berhubungan dengan apa yang sekarang kita pikirkan tentang hidup bersama dengan Kristus. Apakah hanya sebatas status? Atau memang seorang murid. Yesus mengajarkan tentang layanilah seorang akan yang lain. Tentang menghadirkan kerajanNya di dunia ini. Teman-teman Yesus tidak pernah menunjukan tentang hidup yang mementingkan dirinya sendiri. Tetapi hidup bagi orang lain, hidup bagi orang yang terkucilkan, hidup bagi domba yang tidak bergembala itu, hidup bagi ketaatan dan kesetiaan kepada Bapa.
Kalau demikian, bukankah seharusnya tidak ada perbedaan semangat melayani seorang mahasiswa dan alumni. Memang benar tantangan dunia alumni itu semakin berat. Tantangan hidup itu semakin kompleks. Tetapi saya pikir tetap tidak ada alasan bagi kita mencoba MPP (mundur pelan-pelan) dari panggilan hidup seorang murid Kristus.
Teman-teman, pelayanan alumni menantikan kita. Pelayanan mahasiswa mengharapkan dukungan kita. Di pelayanan gereja seharusnya nyata kehadiran kita. Di profesi kita seharusnya mulai kelihatan terang dan terasa garam itu. Hidup yang bermisi seharusnya menjadi hidup kita. Banyak hal yang harus kita kerjakan, marilah lihat itu dengan sebuah ketaatan dan kesetiaan mengerjakan panggilan yang Tuhan percayakan di dalam hidup kita. sehingga kerinduan kita semangat melayani sewaktu mahasiswa itu semakin hari akan semakin ‘mengigit’ di tengah dunia yang semakin busuk ini. Semangat terus.
Selasa, 16 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar