Liputan/refleksi Pertemuan Kombin/dept KK se-Medan (seri 1 artikel KK)
Pelipatgandaan KK dalam sebuah Ketimpangan.
Pelayanan mahasiswa hadir melalui sebuah kelompok kecil. Melalui metode pembinaan secara kelompok kecil pelayanan mahasiswa hadir dan berkembang di dalam dunia kampus. Dengan ciri pembinaan yang intensif, progresif dan interaktif kelompok kecil berdampak besar di dalam proses pembentukan murid dan keberlangsungan pelayanan mahasiswa. Murid yang bukan hanya sebatas ‘status’ tetapi murid yang mengalami perubahan nilai dan karater hidup menuju kepada kesempurnaan di dalam Yesus Kristus. Murid yang bertumbuh, murid yang dapat menjadi garam dan terang bagi dunia terbentuk melalui kelompok kecil.
Proses pemuridan di dalam KK terjadi dengan proses pelipatgandaan. Seorang anggota kelompok kecil diharapkan akan menjadi pemimpin KK nantinya. Pelipatgandaan yang terangkum di dalam karakter, kepemimpinan dan kompetensi. Sehingga di dalam proses itu seorang murid akan dapat memuridkan. Atau dengan kata lain proses itu bukan hanya ‘menggemukkan’ diri sendiri tetapi murid yang juga akan dapat membawa domba-domba menjadi murid Kristus.
Amanat Agung menjadi landasan bahwa setiap murid atau orang percaya hidup di dalam panggilan menjadikan semua bangsa murid Kristus. Status murid menjadikan kita ikut di dalam tanggungjawab menjadikan semua bangsa murid Kristus. Ikut di dalam penggenapan amanat itu yakni: Karena itu pergilah dan jadikanlah semua bangsa muridKu..
Beban dan visi Amanat Agung tergambar melalui teladan Tuhan Yesus. Ketika Tuhan Yesus mengembalakan ke 12 Rasul, Ia dengan jelas memahami visi dari pengembalaan itu yakni penjala ikan menjadi penjala manusia. Dengan hanya memfokuskan kepada ke 12 murid, Tuhan Yesus dapat mengubah seorang nelayan, seorang pemumut cukai, seorang “Pemberontak (Zelot)’ atau yang tidak terpelajar akan menjadi saksi dan mengajarkan kepada dunia tentang kebenaran di dalam diri Yesus Kristus. Itu adalah sebuah gambaran keberhasilan pembinaan/pemuridan yang di lakukan Tuhan Yesus di dalam kehidupan para murid.
Melihat teladan itu kelompok kecil juga memiliki dan mendemonstrasikan kerinduan yang sama. AKK yang saat ini dibina suatu saat akan membina. AKK yang saat ini dituntun untuk bertumbuh, suatu saat akan menuntun umat Tuhan untuk bertumbuh. Ini merupakan kerinduan kelompok kecil yaitu sebuah kelompok yang berlipatganda. Atau murid yang memuridkan. Kelompok kecil melihat dengan pembinaan yang khusus dengan 3-8 orang akan menghasilkan sebuah kelompok-kelompok yang baru. Bahkan kelompok kecil dapat memberikan kontribusi terhadap kegenapan penginjilan sedunia.
Tetapi, apa yang dirindukan kelompok kecil dan pelayanan mahasiswa ini, mengalami sebuah “ketimpangan”. Jika kita melihat kondisi pelayanan saat ini, maka proses murid yang memuridkan itu berjalan dalam ‘kecepatan terendah’. Dari lebih kurang 983 orang AKK binaan tahun ke-3 yang di harapkan sudah dapat memuridkan ternyata hanya 170 orang yang sudah memuridkan. Atau hanya 15 %. Bahkan tidak jarang kita menjumpai seorang AKK tidak memimpin sampai alumni. Jika dilihat juga dari yang sudah memuridkan yaitu 864 orang sebagian besar merupakan alumni. Ada apa dengan kondisi ini? di mana murid yang diharapkan memuridkan itu?
Di dalam pertemuan Kombin Se-medan masalah ini dibicarakan dan dibukakan oleh PMK Medan. Yakni kondisi pelipatgandaan pelayanan mahasiswa. PMK Medan menjadi fasilitator untuk mengumpulkan semua Kombin/Dept KK se kota Medan. Untuk berdiskusi dan mencari langkah konkrit menanggapi masalah ini. Di samping itu setidaknya pertemuan ini akan menyadarkan Kombin/Dept KK akan kondisi pelipatgandaan KK saat ini. Karena sadar atau tidak pelayanan mahasiswa sedang berada di dalam sebuah ketimpangan ini.
Bagaimana kita menanggapi masalah ini? atau di mana hulu masalahnya. Sebagai Kombin/dept KK apakah memang kita juga sedang ikut bermasalah di dalamnya. Sebagai Kombin/Dept KK yang sering dijuluki mengurusi ‘ujung tombak pelayanan mahasiswa’ apakah masih tergambar di dalam hati kita. Di tengah pelayanan mahasiswa menempatkan bahwa perjalanan KK adalah kunci keberhasilan dan keberlangsungan pelayanan mahasiswa, bukan kah seharusnya pengurus juga akan menempatkan KK sebagai bagain utama di dalam mengurusi pelayanan. Tetapi pertanyaannya adalah apakah sense itu masih terasa di tumbuh pengurus. Jika kita pengurus sudah mulai menomorduakan kelompok kecil, ini merupkan sebuah indikasi pengurus juga sedang ikut ambil bagian di dalam terciptanya ketimpangan pelipatgandaan KK.
Para PKK apakah saat ini masih melihat Kelompok kecil sebagai prioritas utama pelayanan? Ataukah para PKK juga sudah melihat KK itu sama dengan pelayanan menjadi petugas acara kebaktian, misalnya. Jika memimpin KK itu sama saja dengan bentuk pelayanan yang lain, maka jangan heran ketika mendengar di dalam satu semester KK hanya berjalan 1 atau 2 kali. Ini relaita ketimpangan di dalam pelayanan kita saat ini. Di samping itu juga PKK seriang sekali hanya mentransfer sebuah tradisi KK bukan Visi dari kerinduan KK. Sehingga PKK baru sering tidak tahu atau tidak memahami tanggungjawabnya sebagai pembuat murid.
Di samping kedua hal tersebut tentunya komitmen dari AKK juga berperan aktif menciptakan ketimpangan itu. Di dalam perjalanan Tuhan Yesus, injil menceritakan bahwa banyak orang ingin menjadi murid-Nya. Tetapi di dalam perjalanan itu, Tuhan Yesus menanamkan satu hal kepada setiap orang yang mau mengikut Dia. Komitmen. Luk 14:27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Bagaimana kerinduan AKK kita saat ini mengikuti kelompok kecil? Apakah saat kelompok itu menjadi saat yang terindah karena saat itulah AKK akan bertemu dengan sebuah komunitas/keluarga untuk bertumbuh bersama. Untuk bersekutu bersama. Untuk belajar bersama. Untuk bersaksi bersama.
Apa yang harus kita lakukan? Semoga melalui pertemuan ini, Kombin/dept KK se kota Medan menyadari hal ini. Jika pengurus sadar, maka pengurus akan memimpin para PKK untuk juga menyadari ketimpangan itu. Jika para PKK sadar maka ia akan menamkan hal itu di dalam kelompok kecilnya kepada AKK. Itulah kerinduan kita bersama: menyadari ketimpangan pelipatgandaan kelompok kecil kita. (sasti) to be continue..
Selasa, 29 April 2008
artikel VM pelayanan mahasiswa
Pengantar.
Visi dan misi memiliki kaitan yang sangat erat. Keduanya tak terpisahkan. Visi pada hakikatnya adalah jiwa dari gerakan sebuah misi. Harapannya, cita-citanya, obsesinya. Visilah yang melahirkan, menghidupkan, mengarahkan dan menopang misi. Tanpa visi tiada misi yang ada atau tersisa cuma tradisi, aktivitas. Sebaliknya tanpa misi, tiada visi yang ada atau tersisa cuma mimpi! Ancaman terbesar bagi gerakan pelayanan mahasiswa dewasa ini seperti yang dikemukakan oleh Samuel Escobar, adalah hilangnya penjiwaan akan visi dari para perintisnya. Jika ini yang terjadi, gerakan itu tidak akan bertahan, cepat atau lambat pasti akan berakhir. Seperti lilin yang kehilangan nyala api, sumbunya memang masih membara, namun cuma untuk sementara, selanjutnya….padam untuk selama-lamanya!
1. Visi
Visi terjemahan dari vision. Visi adalah penglihatan jauh ke depan yang berasal dari dan dibukakan oleh Allah kepada orang-orang yang dipilihnya ( Kis 26:19, Neh 2:12, EF 1:18 ). Meliputi pengertian yang jernih, jelas dan terang akan sesuatu. Visi merupakan perpaduan dari tiga komponen yakni :
Allah (kehendak dan rencana Allah).
Manusia (talenta dan kapasitas yang Allah berikan).
Situasi/kondisi (kebutuhan zaman yang Allah tunjukan).
“ Visi-MU, Aku, dan Zamanku.”
Mengapa visi itu penting.
Memberi arah yang jelas terhadap sasaran dan tujuan.
Memberi semangat atau gairah, kekuatan dan teguh menghadapi tantangan (Kis 26:19).
Menolong dan menentukan prioritas dalam pelayanan.
Siapa dan bagaimana memiliki visi.
Orang yang telah dilahirkan kembali (Yoh 3:3, Yeh 36 : 25-27).
Mengalami pertumbuhan secara progresif.
Sharing dengan pendiri atau yang memiliki visi (sifat visi menular).
Melalui Kelompok kecil.
Jadi, apa visi pelayanan mahasiswa.
Visi Pelayanan mahasiwa mencakup:
Visi Umum (keselamatan dalam rangka pembentukan murid Mat 28:19-20 ) mahasiswa sebagai objek kasih Allah adalah bagian dari kerinduan Allah menjadikan segala bangsa murid-Nya.
Kesempatan pembinaan/pemuridan yang efektif (mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa, masyarakat dan gereja ) Amsal 22:6. (student initiative and responsibility)
Pelayanan yang strategis untuk bermisi secara holistik. (holistic mission)
Menciptakan ke esa-an gereja dengan ciri interdenominasi dan berperan sebagai para church. (Efesus 4:3-6).
Dengan dasar ini lahirlah visi seperti visi Dr.Isabelo Magalit “saya memimpikan dari dunia mahasiswa ini akan datang pria dan wanita yang mengasihi Tuhan lebih dari apapun dan membenci dosa lebih dari apapun juga.”
Visi dan panggilan menjadi pengurus.
• Beban untuk mengerjakan visi ini di dasari oleh sebuah “melihat dengan belaskasihan” (Mat 9:36)
• Hidup di dalam harga “Salib” sebagai seorang Visioner. (Luk 14:27, Mat 8:20, Kis 26:19 bd Fil 3:10).
• Komitmen untuk hidup mengambil bagian di dalam penggenapan Visi kerajaan Allah bagi dunia ini. (Fil 1:21-22, bd. 3:14)
2. Misi Pelayanan Mahasiswa.
Untuk mewujudkan visi maka satu hal yang sangat berkaitan dengan itu adalah aksi atau gerakan. Visi yang teguh didasari oleh gerakan dan misi.
Jadi, Apa misi pelayanan Mahasiswa?
1. Pemberitaan Injil.
Penginjilan adalah dasar dari gerakan pertumbuhan iman. Tanpa kelahiran kembali dan tanpa pertobatan usaha pembinaan tidak akan berdampak. Penginjilan dapat dilakukan dengan persahabatan pribadi, PIPA atau dengan KKR. (Evangelism Movement)
2. Pembinaan.
Menjadikan kehidupan Kristus semakin nyata dalam kehidupan mahasiswa. Pembinaan dilakukan terhadap pengetahuan, karakter, nilai-nilai Kristiani dan keterampilan melalui Kelompok kecil sebagai strategi utama. (Small Group Movement)
3. Pelipatgandaan
Membentuk dan melatih kepemimpinan dengan segala bentuk ketrampilan melalui memotivasi mahasiswa untuk menggali potensi dengan mengembangkan diri. Bentuk utama pelipatgandaan ini ialah keteladanan, pelatihan, Kamp, dll. (how to Help others reach their full potential (Student Initiative and Responsibelitiy) )
4. Pengutusan
Mengutus mahasiswa binaan ke ladang pelayanan dimulai dari sesama mahasiswa kekampus kemudian ke berbagai aspek kehidupan kampus. Pengutusan juga dilakuakan di dalam dunia alumni dengan mempersiapkan ke berbagai ladang pelayanan seperti propesi, gereja, dan Misi dunia. (Holistic Mission)
3. Menjaga agar pelayanan mahasiswa tetap berada pada visi dan misinya.
1. Menciptakan / memelihara kesinambungan visi.
Menulakan visi dari pribadi ke pribadi
Walau visi dapat dijelaskan di atas kertas atau rekaman namun transfer visi selalu melibatkan manusia karena visi akan menjadi sesuatu yang menguasainya. Tentu saja firman Tuhan dan doa merupakan kunci dalam proses ini, tetapi suasana yang bersifat pribadi ini pun adalah kunci penting lainnya.
Tanggungjawab khusus generasi kita
Suatu gerakan dapat berkembang dan berhasil dikarenakan adanya orang-orang yang memahami maksud kekal Allah dan bagaimana menerjemahkan ke dalam realita sehari-hari “ The right man on the right time ”. Dunia mahasiswa adalah dunia yang dinamis, jadi kita tidak bisa mensakralkan suatu cara dan metode tertentu walau telah berhasil sebelumnya.
Perlunya mengorganisir para alumni dan pendukung.
Pelayanan mahasiswa yang sedang bertumbuh sangat perlu menjaga perlu menjaga hubungan dengan alumni dan para pendukung, pemimpin gereja, pemimpin universitas dsb.
Pelayanan mahasiswa sebagai bagian dari realitas yang luas.
Kita perlu menyadari bahwa pelayanan mahasiswa adalah bagian dari realita yang lebih luas yaitu kerajaan Allah dan umat Allah. Hal ini membuat kita memiliki pengertian tentang sejarah dan menjadi rendah hati. Perlu dijaga agar sikap yang menganggap bahwa hanya pekerjaan Tuhan yang sedang kita kerjakan yang paling penting, yang paling strategi dan paling patut untuk dihargai dan didukung. Kita harus selalu mengingat Tuhan bekerja di seluruh dunia pada setiap waktu dan tempat, dan kita hanya bagian kecil dari realita tersebut, tetapi tidak berarti kita tidak penting. Hal ini justru menghubungkan pelayanan kita dengan apa yang sedang dikerjakan orang lain diseluruh dunia. Sehingga ketika kita meninggalkan kampus dan pelayanan mahasiswa akan terjadi suatu transisi yang alamiah di dalam diri kita untuk terjun kedalam dunia alumni, aktivitas gereja, dan bersaksi bagi Kristus di masyarakat luas.
2. Melakukan pengamatan/penenlitian/analisa/yang melahirkan solusi/revisi.
Penutup:
Biarlah kita juga akan berkata seperti Paulus: Tetapi saya tidak peduli dengan hidup saya ini, asal saya dapat menyelesaikan tugas yang dipercayakan Tuhan Yesus kepada saya dan asal saya setia sampai pada akhir hidup saya untuk memberitakan Kabar Baik itu tentang rahmat Allah. Kis 20:24
Sumber:
1. Our Heritage (Keunikan dan Kekayaan Pelayanan Mahasiswa), Perkantas 2006.
2. Kumpulan makalah Pelayanan Mahasiswa, Perkantas.
Visi dan misi memiliki kaitan yang sangat erat. Keduanya tak terpisahkan. Visi pada hakikatnya adalah jiwa dari gerakan sebuah misi. Harapannya, cita-citanya, obsesinya. Visilah yang melahirkan, menghidupkan, mengarahkan dan menopang misi. Tanpa visi tiada misi yang ada atau tersisa cuma tradisi, aktivitas. Sebaliknya tanpa misi, tiada visi yang ada atau tersisa cuma mimpi! Ancaman terbesar bagi gerakan pelayanan mahasiswa dewasa ini seperti yang dikemukakan oleh Samuel Escobar, adalah hilangnya penjiwaan akan visi dari para perintisnya. Jika ini yang terjadi, gerakan itu tidak akan bertahan, cepat atau lambat pasti akan berakhir. Seperti lilin yang kehilangan nyala api, sumbunya memang masih membara, namun cuma untuk sementara, selanjutnya….padam untuk selama-lamanya!
1. Visi
Visi terjemahan dari vision. Visi adalah penglihatan jauh ke depan yang berasal dari dan dibukakan oleh Allah kepada orang-orang yang dipilihnya ( Kis 26:19, Neh 2:12, EF 1:18 ). Meliputi pengertian yang jernih, jelas dan terang akan sesuatu. Visi merupakan perpaduan dari tiga komponen yakni :
Allah (kehendak dan rencana Allah).
Manusia (talenta dan kapasitas yang Allah berikan).
Situasi/kondisi (kebutuhan zaman yang Allah tunjukan).
“ Visi-MU, Aku, dan Zamanku.”
Mengapa visi itu penting.
Memberi arah yang jelas terhadap sasaran dan tujuan.
Memberi semangat atau gairah, kekuatan dan teguh menghadapi tantangan (Kis 26:19).
Menolong dan menentukan prioritas dalam pelayanan.
Siapa dan bagaimana memiliki visi.
Orang yang telah dilahirkan kembali (Yoh 3:3, Yeh 36 : 25-27).
Mengalami pertumbuhan secara progresif.
Sharing dengan pendiri atau yang memiliki visi (sifat visi menular).
Melalui Kelompok kecil.
Jadi, apa visi pelayanan mahasiswa.
Visi Pelayanan mahasiwa mencakup:
Visi Umum (keselamatan dalam rangka pembentukan murid Mat 28:19-20 ) mahasiswa sebagai objek kasih Allah adalah bagian dari kerinduan Allah menjadikan segala bangsa murid-Nya.
Kesempatan pembinaan/pemuridan yang efektif (mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa, masyarakat dan gereja ) Amsal 22:6. (student initiative and responsibility)
Pelayanan yang strategis untuk bermisi secara holistik. (holistic mission)
Menciptakan ke esa-an gereja dengan ciri interdenominasi dan berperan sebagai para church. (Efesus 4:3-6).
Dengan dasar ini lahirlah visi seperti visi Dr.Isabelo Magalit “saya memimpikan dari dunia mahasiswa ini akan datang pria dan wanita yang mengasihi Tuhan lebih dari apapun dan membenci dosa lebih dari apapun juga.”
Visi dan panggilan menjadi pengurus.
• Beban untuk mengerjakan visi ini di dasari oleh sebuah “melihat dengan belaskasihan” (Mat 9:36)
• Hidup di dalam harga “Salib” sebagai seorang Visioner. (Luk 14:27, Mat 8:20, Kis 26:19 bd Fil 3:10).
• Komitmen untuk hidup mengambil bagian di dalam penggenapan Visi kerajaan Allah bagi dunia ini. (Fil 1:21-22, bd. 3:14)
2. Misi Pelayanan Mahasiswa.
Untuk mewujudkan visi maka satu hal yang sangat berkaitan dengan itu adalah aksi atau gerakan. Visi yang teguh didasari oleh gerakan dan misi.
Jadi, Apa misi pelayanan Mahasiswa?
1. Pemberitaan Injil.
Penginjilan adalah dasar dari gerakan pertumbuhan iman. Tanpa kelahiran kembali dan tanpa pertobatan usaha pembinaan tidak akan berdampak. Penginjilan dapat dilakukan dengan persahabatan pribadi, PIPA atau dengan KKR. (Evangelism Movement)
2. Pembinaan.
Menjadikan kehidupan Kristus semakin nyata dalam kehidupan mahasiswa. Pembinaan dilakukan terhadap pengetahuan, karakter, nilai-nilai Kristiani dan keterampilan melalui Kelompok kecil sebagai strategi utama. (Small Group Movement)
3. Pelipatgandaan
Membentuk dan melatih kepemimpinan dengan segala bentuk ketrampilan melalui memotivasi mahasiswa untuk menggali potensi dengan mengembangkan diri. Bentuk utama pelipatgandaan ini ialah keteladanan, pelatihan, Kamp, dll. (how to Help others reach their full potential (Student Initiative and Responsibelitiy) )
4. Pengutusan
Mengutus mahasiswa binaan ke ladang pelayanan dimulai dari sesama mahasiswa kekampus kemudian ke berbagai aspek kehidupan kampus. Pengutusan juga dilakuakan di dalam dunia alumni dengan mempersiapkan ke berbagai ladang pelayanan seperti propesi, gereja, dan Misi dunia. (Holistic Mission)
3. Menjaga agar pelayanan mahasiswa tetap berada pada visi dan misinya.
1. Menciptakan / memelihara kesinambungan visi.
Menulakan visi dari pribadi ke pribadi
Walau visi dapat dijelaskan di atas kertas atau rekaman namun transfer visi selalu melibatkan manusia karena visi akan menjadi sesuatu yang menguasainya. Tentu saja firman Tuhan dan doa merupakan kunci dalam proses ini, tetapi suasana yang bersifat pribadi ini pun adalah kunci penting lainnya.
Tanggungjawab khusus generasi kita
Suatu gerakan dapat berkembang dan berhasil dikarenakan adanya orang-orang yang memahami maksud kekal Allah dan bagaimana menerjemahkan ke dalam realita sehari-hari “ The right man on the right time ”. Dunia mahasiswa adalah dunia yang dinamis, jadi kita tidak bisa mensakralkan suatu cara dan metode tertentu walau telah berhasil sebelumnya.
Perlunya mengorganisir para alumni dan pendukung.
Pelayanan mahasiswa yang sedang bertumbuh sangat perlu menjaga perlu menjaga hubungan dengan alumni dan para pendukung, pemimpin gereja, pemimpin universitas dsb.
Pelayanan mahasiswa sebagai bagian dari realitas yang luas.
Kita perlu menyadari bahwa pelayanan mahasiswa adalah bagian dari realita yang lebih luas yaitu kerajaan Allah dan umat Allah. Hal ini membuat kita memiliki pengertian tentang sejarah dan menjadi rendah hati. Perlu dijaga agar sikap yang menganggap bahwa hanya pekerjaan Tuhan yang sedang kita kerjakan yang paling penting, yang paling strategi dan paling patut untuk dihargai dan didukung. Kita harus selalu mengingat Tuhan bekerja di seluruh dunia pada setiap waktu dan tempat, dan kita hanya bagian kecil dari realita tersebut, tetapi tidak berarti kita tidak penting. Hal ini justru menghubungkan pelayanan kita dengan apa yang sedang dikerjakan orang lain diseluruh dunia. Sehingga ketika kita meninggalkan kampus dan pelayanan mahasiswa akan terjadi suatu transisi yang alamiah di dalam diri kita untuk terjun kedalam dunia alumni, aktivitas gereja, dan bersaksi bagi Kristus di masyarakat luas.
2. Melakukan pengamatan/penenlitian/analisa/yang melahirkan solusi/revisi.
Penutup:
Biarlah kita juga akan berkata seperti Paulus: Tetapi saya tidak peduli dengan hidup saya ini, asal saya dapat menyelesaikan tugas yang dipercayakan Tuhan Yesus kepada saya dan asal saya setia sampai pada akhir hidup saya untuk memberitakan Kabar Baik itu tentang rahmat Allah. Kis 20:24
Sumber:
1. Our Heritage (Keunikan dan Kekayaan Pelayanan Mahasiswa), Perkantas 2006.
2. Kumpulan makalah Pelayanan Mahasiswa, Perkantas.
peduli bangsa..
Opini
Pasca Pilgubsu: Menantikan seorang pemimpin yang melayani.
Oleh: Prasasti Perangin-angin, S.Pd
Kami Siap melayani. Demikianlah moto Syampurno, pemenang Pilgubsu 2008. Melayani merupakan terjemaahan dari serve. Seorang yang sedang melayani disebut sebagai seorang pelayan (servant). Servant juga diartikan sebagai seorang abdi. Seorang yang mengabdikan dirinya kepada seseorang, atau sesuatu tugas dan tanggungjawab. Pelayan di dalam mengerjakan tugasnya dan tanggungjawabnya, bisanya akan hanya tunduk kepada tugas dan tanggungjawab tersebut. Hanya tunduk kepada ’tuan’ yang memberikan tanggungjawab atau tugas tersebut.
Di lihat dari defenisi ini maka bisa kita pastikan, itu merupakan sebuah pekerjaan atau berstatus rendah. Mengingat pada umumnya setiap orang akan mencari sesuatu pangkuan yang lebih tinggi. Sesuatu jabatan, sesuatu posisi yang dengannya ia akan menjadi seoarng atasan yang siap memerintah. Siap memberikan sebuah instruksi dan bawahanya akan mengerjakannya. Dan pada umunya seorang akan lebih suku menjadi bos daripada menjadi pelayan.
Tetapi meskipun demikian metode kepemimpinan yang melayani (servant hood leadership) banyak ditawarkan di dalam dunia kepemimpinan. Karena pemimpin yang berjiwa seorang pelayan akan diterima dan dihormati oleh pengikutnya. Sebagai contoh pada beberapa waktu yang lalu di Paraguay, seorang Uskup memenangkan pemilihan Presiden. Bisa kita simpulkan seorang Usukup bisa mengalahkan partai yang sudah selama berpuluh tahun berkuasa, tentunya sangat dipengaruhi oleh karkter dan hidupnya yang dekat dan melayani masyarakat.
Pemimpin Sumut telah terpilih, terlepas dari tingkat partisipasi pemilih yang sangat rendah dan banyak pemilih memilih jalan Golput. Tanggal 24 April 2008, KPU telah menuntukan pilihan kepada Syampurno sebagai yang terbaik dari calon yang lain. Dengan mengumpulkan 28,31% pasangan ini mengunguli pasangan Triben 21,69%, Waras 17,4%, PASS 16,58%, dan UMMA 16%. Atau bisa kita simpulkan dari seluruh pemilih yang mengunakan hak pilihnya pada tanggal 16 April yang lalu, Bang Syamsul dan Mas Gatot adalah yang terbaik di hati masyarakat Sumut dari calon yang ada. Sekedar mengingatkan sesuai dengan kesepakatan ke-5 calon pada awal kampanye maka hasil itu seharusnyalah bisa diterima oleh setiap calon yang mengumpulkan suara lebih sedikit atau kalah.
Di tetapkannya Syamsul dan Gatot menjadi Gubsu dan Wagubus 2008-2013 suka ata tidak suka, seluruh warga propinsi ini harus menyatakan berharap akan perwujudan pembangunan Sumut kedepan. Hal ini tentunya sangat penting, apalagi mengingat keberagaman di Sumut.Tanpa ada kesatuan langkah dan gerak maka para pemimpin ini tidak akan bisa mewujudkan apa yang menjadi program dan visi mereka. Menerima mereka sebagi pemimpin adalah satu sikap positif yang bisa ditunjukan seluruh penduduk Sumut.
Visi yang ditawarkan pasangan ini sewaktu kampanye cukup sederhana yakni warga bisa makan, sehat dan bersekolah. Dengan motto: kami siap melayani. Jika dilihat dari itu berarti mereka akan menunjukan jati diri sebagai seorang yang melayani. Untuk mewujudkan masyarakat Sumut yang bisa makan, bisa sekolah dan sehat sebagai seorang pelayan. Seorang pelayan yang akan mengabdikan dirinya kepada tugas dan tanggungjawab yakni membawa masyarakat Sumut bisa makan, bisa sekolah dan hidup sehat.
Mengingat pangalaman rata-rata pemimpin di republik ini, apakah Syampurno akan bisa menjalankan kepemimpinan yang melayani ini. Ataukah Sahabat semu suku ini juga akan berada dibarisan pemimpin itu. Pemimpin yang ”pikun” karena lupa akan janjinya. Janji yang selama ini di ucapakan itu hanyalah sebuah retorika berbicara layaknya sebagai calon ataukah itu memang lahir dari kerinduan untuk membangun Sumut. Atau pemimpin yang Yes ’bos’ juga.
Bagaimana menjadi pemimpin yang melayani. Memimpin dengan menunjukan komitment untuk menjadi seorang pemimpin yang rela menjadi pelayan masyarakat. Pemimpin yang bukan melayani dirinya sendiri tetapi melayani masyarakat sebagai bagian dari tanggung-jawab publik terhadap kepercayaan yang diberikan rakyat. Pemimpin yang bukan hanya duduk di ”menara gading”, tetapi yang rela bersama-sama dengan para petani yang terjepit karena mahalnya harga pupuk. Rela menjadi sahabat para pedagang yang semakin terpinggirkan karena munculnya tempat perbelanjaan yang modern. Menjadi teman bagi para guru yang mungkin hanya bergaji 500 ribuan sebulan padahal sudah sarjana.
Seorang pemimpin yang bukan hanya datang dan dikenal masyarakat sewaktu ada acara peresmian dan kegiatan-kegiatan besar saja. Tetapi pemimpin yang di dalam setiap kondisi, penduduk Sumut ini bisa merasakan kehadiranya. Seorang pemimpin yang akan menjawab kebutuhan pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang lain. Atau dengan kata lain pemimpin yang memberikan rasa nyaman dan mendatangkan kesejahteraan kepada masyarakat Sumut.
Yang tidak kalah penting adalah masyarakat menginginkan pemimpin yang menjadi musuh para koruptor. Menjadi pemimpin yang menjadi teladan bagi bawahannya. Sehingga para bawahan takut untuk berbuat sesuatu yang salah. Pemimpin yang berkomitmen memperjuangkan hak-hak yang terpinggirkan. Perubahan yang senantiasa dirindukan rakyat akan terjadi jika pak Syamsul dan Mas Gatot memiliki kepemimpianan yang melayani. Jadi jawaban apa yang akan ’kami siap melayani’ berikan?
Apakah kertas jawaban yang selama ini ditunjukan oleh para pemimpin kita juga akan menjadi kertas jawaban mereka? Kertas jawaban yang di dalamnya tertulis korupsi merajalela, para petani berkata harga pupuk naik, infrastruktur amburadul, rakyat misikin tidak bisa sekolah, rakyat misikin makan obat kadaluarsa atau kertas jawaban apa yang tertulis. Tidak usah muluk-muluk Pak, Mas, sebagai seorang pelayan masyarakat semoga rakyat akan makan, rakyat sehat dan bersekolah. (Penulis bekerja sebagai staf Pembina mahasiswa di Perkantas Medan, aktif sebagai anggota Perhimpunan Suka Menulis (Perkamen) di Medan)
Prasasti Perangin-angin, SPd
Jl.Sei Merah No.6 Medan
081361593182
Pasca Pilgubsu: Menantikan seorang pemimpin yang melayani.
Oleh: Prasasti Perangin-angin, S.Pd
Kami Siap melayani. Demikianlah moto Syampurno, pemenang Pilgubsu 2008. Melayani merupakan terjemaahan dari serve. Seorang yang sedang melayani disebut sebagai seorang pelayan (servant). Servant juga diartikan sebagai seorang abdi. Seorang yang mengabdikan dirinya kepada seseorang, atau sesuatu tugas dan tanggungjawab. Pelayan di dalam mengerjakan tugasnya dan tanggungjawabnya, bisanya akan hanya tunduk kepada tugas dan tanggungjawab tersebut. Hanya tunduk kepada ’tuan’ yang memberikan tanggungjawab atau tugas tersebut.
Di lihat dari defenisi ini maka bisa kita pastikan, itu merupakan sebuah pekerjaan atau berstatus rendah. Mengingat pada umumnya setiap orang akan mencari sesuatu pangkuan yang lebih tinggi. Sesuatu jabatan, sesuatu posisi yang dengannya ia akan menjadi seoarng atasan yang siap memerintah. Siap memberikan sebuah instruksi dan bawahanya akan mengerjakannya. Dan pada umunya seorang akan lebih suku menjadi bos daripada menjadi pelayan.
Tetapi meskipun demikian metode kepemimpinan yang melayani (servant hood leadership) banyak ditawarkan di dalam dunia kepemimpinan. Karena pemimpin yang berjiwa seorang pelayan akan diterima dan dihormati oleh pengikutnya. Sebagai contoh pada beberapa waktu yang lalu di Paraguay, seorang Uskup memenangkan pemilihan Presiden. Bisa kita simpulkan seorang Usukup bisa mengalahkan partai yang sudah selama berpuluh tahun berkuasa, tentunya sangat dipengaruhi oleh karkter dan hidupnya yang dekat dan melayani masyarakat.
Pemimpin Sumut telah terpilih, terlepas dari tingkat partisipasi pemilih yang sangat rendah dan banyak pemilih memilih jalan Golput. Tanggal 24 April 2008, KPU telah menuntukan pilihan kepada Syampurno sebagai yang terbaik dari calon yang lain. Dengan mengumpulkan 28,31% pasangan ini mengunguli pasangan Triben 21,69%, Waras 17,4%, PASS 16,58%, dan UMMA 16%. Atau bisa kita simpulkan dari seluruh pemilih yang mengunakan hak pilihnya pada tanggal 16 April yang lalu, Bang Syamsul dan Mas Gatot adalah yang terbaik di hati masyarakat Sumut dari calon yang ada. Sekedar mengingatkan sesuai dengan kesepakatan ke-5 calon pada awal kampanye maka hasil itu seharusnyalah bisa diterima oleh setiap calon yang mengumpulkan suara lebih sedikit atau kalah.
Di tetapkannya Syamsul dan Gatot menjadi Gubsu dan Wagubus 2008-2013 suka ata tidak suka, seluruh warga propinsi ini harus menyatakan berharap akan perwujudan pembangunan Sumut kedepan. Hal ini tentunya sangat penting, apalagi mengingat keberagaman di Sumut.Tanpa ada kesatuan langkah dan gerak maka para pemimpin ini tidak akan bisa mewujudkan apa yang menjadi program dan visi mereka. Menerima mereka sebagi pemimpin adalah satu sikap positif yang bisa ditunjukan seluruh penduduk Sumut.
Visi yang ditawarkan pasangan ini sewaktu kampanye cukup sederhana yakni warga bisa makan, sehat dan bersekolah. Dengan motto: kami siap melayani. Jika dilihat dari itu berarti mereka akan menunjukan jati diri sebagai seorang yang melayani. Untuk mewujudkan masyarakat Sumut yang bisa makan, bisa sekolah dan sehat sebagai seorang pelayan. Seorang pelayan yang akan mengabdikan dirinya kepada tugas dan tanggungjawab yakni membawa masyarakat Sumut bisa makan, bisa sekolah dan hidup sehat.
Mengingat pangalaman rata-rata pemimpin di republik ini, apakah Syampurno akan bisa menjalankan kepemimpinan yang melayani ini. Ataukah Sahabat semu suku ini juga akan berada dibarisan pemimpin itu. Pemimpin yang ”pikun” karena lupa akan janjinya. Janji yang selama ini di ucapakan itu hanyalah sebuah retorika berbicara layaknya sebagai calon ataukah itu memang lahir dari kerinduan untuk membangun Sumut. Atau pemimpin yang Yes ’bos’ juga.
Bagaimana menjadi pemimpin yang melayani. Memimpin dengan menunjukan komitment untuk menjadi seorang pemimpin yang rela menjadi pelayan masyarakat. Pemimpin yang bukan melayani dirinya sendiri tetapi melayani masyarakat sebagai bagian dari tanggung-jawab publik terhadap kepercayaan yang diberikan rakyat. Pemimpin yang bukan hanya duduk di ”menara gading”, tetapi yang rela bersama-sama dengan para petani yang terjepit karena mahalnya harga pupuk. Rela menjadi sahabat para pedagang yang semakin terpinggirkan karena munculnya tempat perbelanjaan yang modern. Menjadi teman bagi para guru yang mungkin hanya bergaji 500 ribuan sebulan padahal sudah sarjana.
Seorang pemimpin yang bukan hanya datang dan dikenal masyarakat sewaktu ada acara peresmian dan kegiatan-kegiatan besar saja. Tetapi pemimpin yang di dalam setiap kondisi, penduduk Sumut ini bisa merasakan kehadiranya. Seorang pemimpin yang akan menjawab kebutuhan pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang lain. Atau dengan kata lain pemimpin yang memberikan rasa nyaman dan mendatangkan kesejahteraan kepada masyarakat Sumut.
Yang tidak kalah penting adalah masyarakat menginginkan pemimpin yang menjadi musuh para koruptor. Menjadi pemimpin yang menjadi teladan bagi bawahannya. Sehingga para bawahan takut untuk berbuat sesuatu yang salah. Pemimpin yang berkomitmen memperjuangkan hak-hak yang terpinggirkan. Perubahan yang senantiasa dirindukan rakyat akan terjadi jika pak Syamsul dan Mas Gatot memiliki kepemimpianan yang melayani. Jadi jawaban apa yang akan ’kami siap melayani’ berikan?
Apakah kertas jawaban yang selama ini ditunjukan oleh para pemimpin kita juga akan menjadi kertas jawaban mereka? Kertas jawaban yang di dalamnya tertulis korupsi merajalela, para petani berkata harga pupuk naik, infrastruktur amburadul, rakyat misikin tidak bisa sekolah, rakyat misikin makan obat kadaluarsa atau kertas jawaban apa yang tertulis. Tidak usah muluk-muluk Pak, Mas, sebagai seorang pelayan masyarakat semoga rakyat akan makan, rakyat sehat dan bersekolah. (Penulis bekerja sebagai staf Pembina mahasiswa di Perkantas Medan, aktif sebagai anggota Perhimpunan Suka Menulis (Perkamen) di Medan)
Prasasti Perangin-angin, SPd
Jl.Sei Merah No.6 Medan
081361593182
Langganan:
Postingan (Atom)