Teladan seorang Paulus
(eksposisi Kis 20:17-24)
Kis 1:8 Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Ini merupakan sebuah amanat Tuhan Yesus kepada para murid. Visi Allah bahwa injil kerajaan Allah sampai ke ujung dunia yang akan digenapi melalui para Rasul. Dan Lukas sebagai penulis Kisah Para Rasul akan menuliskan itu untuk teofilus di Roma.
Di dalam perjalanan misi yang ke tiga Paulus berkonsentrasi untuk membangun pelayanan di Efesus. Selama hampir 3 tahun ia tinggal bersama jemaat Efesus. Ini dilakukannya sesuai dengan janjinya dengan jemaat itu sewaktu Paulus melakukan perjalanan misi yang kedua. Ketika itu ia berkata jika Tuhan berkehendak maka ia akan kembali kepada jemaat itu (Kis 24:20-21). Pasal 19 Lukas langsung menyambung cerita itu ketika ia tiba di Efesus (19:1). Jemaat yang semula sudah dimulai oleh Apolos dilanjutkan oleh Paulus. Hari-hari bersama dengan jemaat Efesus dijalani Paulus dengan mengajar, menyembuhkan dan mengusir roh jahat.
Prikop ini, menceritakan lanjutan perjalanan misi Pualus ke Roma. Sebelum ia meninggalkan wilayah Asia, Paulus menempatkan diri untuk bertemu dengan para penatua jemaat Efesus. Di saat pertemuan inilah kita akan melihat bagaimana Paulus kembali mengingatkan dan mensaksikan apa yang telah ia lakukan untuk jemaat di Efesus. Dari penuturan Lukas kita melihat sharing pelayanan ini sangat personal dan menyentuh hati (37,38). Dan ini tentunya sangat penting mengingat Paulus akan meregenerasikan tanggungjawab pelayanan kepada para penatua itu dan ini merupakan pertemuan mereka yang terakhir.
Paulus mensaksikan hidupnya. Bagaimana ia melayani mulai dari hari pertama ia bersama dengan mereka. Bagaimana aku hidup, tutur Paulus berbicara kepada mereka(18). Ini merupakan sebuah kesaksian hidup yang nyata bisa dilihat dan diteladani oleh para penatua selama 3 tahun waktu mereka bersama. Kesaksian seorang ‘senior’ kepada juniornya. Kesaksian seperti ini menarik untuk dicatat karena berbicara tentang hidup. Apalagi melihat zaman ini, kesaksian tentang hidup adalah kesaksian yang langka untuk ditunjukan para ‘senior’ pelayanan mahasiswa kepada generasi berikutnya. Kecenderungan yang kita saksikan adalah retorika bagaimana mengerjakan pelayanan. Bukan teladan hidup di dalam mengerjakan pelayanan.
Paulus melanjutkan sharingnya, dengan kerendahan hati aku terus melayani Tuhan. Dengan cucuran air mata aku mengajar. Pencobaan demi pencobaan harus aku hadapi dari kalangan orang yahudi. Bahkan mereka ingin membunuh aku. Kondisi ini tentunya mengingatkan kita kepada apa yang pernah Paulus alami sewaktu di Efesus yaitu ia harus menghadapi para perusuh oleh Demetrius (19:23). Para penatua itu pasti bisa melihat bagaimana cerita ini, bahwa di dalam mengerjakan panggilan pelayanan Paulus harus menghadapi sebuah situsi jauh dari nyaman. Kondisi ini sungguh jauh bertolak belakang yang ditunjukan oleh pelayanan Tuhan saat ini, yakni tetap pada zona nyaman. Pada hal seorang pelayanan Kristen adalah keluar dari zona nyaman.
Tetapi berbicara tentang penderitaan, apa yang dialami Paulus bukanlah sebuah hal yang baru di dalam perjalanan misinya. Di dalam sharing ini, Paulus juga membukakan pergumulan pelayanan yang pernah ia alami sebelumnya. Sewaktu aku ke Yerusalem aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan diriku. Hanya satu, bahwa penjara dan sengsara sedang menunggu aku disana (22-23). Tetapi meskipun demikian aku tidak menghiraukan semuanya itu, bahkan untuk pelayanan ini aku tidak pernah melalaikan tugasku sedikitpun, tuturnya (20). Bahkan menurut saya yang lebih “tidak masuk akal’ Paulus tidak peduli lagi dengan hidupnya demi visi itu tergenapi (24).
Apa yang terjadi dibalik ini semua sehingga Paulus bisa berkata demikian. Pertama adalah Paulus merupakan seorang tawanan roh (22). Tawanan berarti hidup di dalam sebuah kungkungan. Hidup di dalam sebuah perbudakan. Sehingga hidup bagi paulus adalah taat dan tunduk kepada pimpinan Roh yang menawan dia. Ketaatan dan pimpinan Roh adalah bagian hidup rasul Paulus. Di dalam pimpinan Roh, bagian Paulus adalah menaatinya. Mengingat masa regenerasi pelayanan mahasiswa saat ini, tentunya hidup sebagai tawanan Roh seharusnya menjadi bagian di dalam hidup kita. Kita menjadi koordinasi atau tidak itu berada di dalam sebuah “perbudakan” Roh Allah. Melihat beban pelayanan mahasiswa, bagaimana Roh Allah menuntun kita? dan lebih penting lagi bagaimana kita tunduk dan taat kepada pimpinan itu.
Alasan yang kedua ialah Visi atau pengelihatan. Semuanya kita pasti tidak asing dengan perkataan Paulus kepada Raja Agripa: Kis 26:19 Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat. Visi untuk menjadi saksi sampai keujung dunia adalah hidup Rasul Paulus. Sehingga apapun yang terjadi bagi dia adalah mengerjakan Visi itu. Mengenapi visi itu. Visi yang bukan sebatas di mengerti tetapi visi yang seperti seumpama sebuah cairan yang sudah tercampur dengan seluruh darahnya. Di mana visi itulah yang menjadi penggerak, jiwa, gairah dan semangat Paulus di dalam perjalanan misinya.
Kembali mengingat Regenerasi pelayanan mahasiswa saat ini. Dari tahun ke tahun kita sudah melewati puluhan generasi. Saat ini tentunya generasi yang baru akan muncul untuk terus melanjutkan kontinutitas pelayanan. Tetapi di dalam rangka melanjutkan estafet pelayanan, hal apa yang mendasari kita untuk terus mengerjakanya. ‘cairan’ apa yang ada di dalam ‘darah’ kita yang akan menjadi hidup kita. Menuntun kita untuk mengambil tanggungjawab pelayanan, meskipun di tengah “sengsara” dan “penjara” yang sedang menunggu kita. Atau alasan apa yang ada sehingga kita bersedia untuk hidup mengerjakan pelayanan ini?
Pertanyaan ini mungkin sudah pertanyaan yang kesekian kita dengarkan dan kita jawab di dalam sharing koordinasi. Jawaban kita adalah beban, ucapan syukur atas kasih setia Tuhan, visi pelayanan mahasiswa, ketaatan dan banyak jawaban yang lain dimana kesemuanya ‘sangat rohani’. Hampir tidak di antara kita akan berkata saya menjadi pengurus karena ingin coba-coba, mencari teman, mencari nama baik, dan alasan lain yang ‘tidak rohani’.
Tetapi permasalahanya adalah apakah jawaban akan alasan kita mengerjakan pelayanan itu hidup di dalam hidup kita adalah permasalahnya. Mengerti belum tentu menghidupi. Visi pelayanan mahasiswa mungkin semua kita mengerti bahwa pelayanan ini hadir untuk membentuk pemimpin yang akan mengubahkan kampus, bangsa, gereja bahkan dunia ini. Tetapi semua kita yang mengerti itu, apakah menghidupinya? Apakah ‘darah’ kita ini sudah dimasuki oleh ‘cairan’ visi pelayanan mahasiswa, sehingga kalau darah ini diteliti di dalamnya akan kelihatan visi pelayanan mahasiswa.
Kenapa koordinasi mudah sekali jenuh, bosan dan seperti tidak bergairah di dalam mengerjakan pelayanan. Mungkin ini adalah sebuah indikator bahwa mungkin kita hanya mengerti tetapi tidak menghidupi beban visi pelayanan mahasiswa. Ketika datang ‘sengsara’ dan ‘penjara’ itu kita tidak berdaya dan bahkan lari dari itu. Tetapi belajar dari teladan Paulus sengsara dan penjara itu, tidak menjadikan dia lari, malahan ia bersyukur akan peneritaan itu (Fil3:10).
Semoga teladan Paulus bisa mendorong kita untuk tidak sebatas mengerti tetapi menghidupi apa yang menjadi visi pelayanan mahasiswa. Sehingga Visi itu akan menjadi kekuatan dan ‘gairah’ kita untuk mengerjakan pelayanan mahasiswa. “Penjara” dan “sengsara” yang sedang menunggu itu akan kita hadapi bahkan kita seharusnya termotivasi untuk juga berkata: tidak akan pernah melalikan tanggungjawab pelayanan yang Dia percayakan pelayanan ini. Pada akhirnya semoga kita akan berkata seperti Paulus: Acts 20:24 Tetapi saya tidak peduli dengan hidup saya ini, asal saya dapat menyelesaikan tugas yang dipercayakan Tuhan Yesus kepada saya dan asal saya setia sampai pada akhir hidup saya untuk memberitakan Kabar Baik itu tentang rahmat Allah. amin (Prasasti Perangin-angin, Staf mahasiswa)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
brgt; tg ya
terimakasih juga semoga anda tetap bersemangat untuk melayani Tuhan
Posting Komentar