Minggu, 26 Agustus 2007
bukan konsep tapi aplikasi
Bukan Konsep tapi aplikatif
Visi pelayanan mahasiswa mencakup visi kepemimpinan. Mahasiswa yang adalah calon pemimpin bangsa di bentuk melalui kelompok kecil, pembinaan, Kamp dan pelatihan-pelatihan. Dirindukan akan lahirlah seorang pemimpin. Dengan keunikannya student inisiatif dan responsiblity pelayanan mahasisa melewati proses kepemimpinan. Suatu pengelihatan yang sungguh mulia untuk misi Allah bagi dunia. Misi secara holistik. Lahirnya pemimpin bangsa inilah yang membawa angin segar sebagai pencegah pembusukan dan terang ditengah kegelapan dunia.
Kepemimpinan juga akan terbentuk melalui respon kita terhadap kondisi kampus. Kita bisa melihat, Dosen yang memaksakan membeli diktat, dosen yang hanya beberapa kali mengajar dari 16 kali target pertemuan, dosen yang juga meminta uang agar lancar dalam urusan ujian akhir dan dosen yang juga kadang ngalor ngidul dalam menyampaikan materi kuliah. Ditambah lagi Kebijakan kampus yang mengarah kepada kapitalisme, uang kuliah yang semakin tinggi, dan peralatan kampus yang seadanya, birokrasi kampus yang memiliki kebiasaan kompas sana dan kompas sini. Melihat kondisi ini sebnarnya banyak mahasiswa yang menjerit akan realita ini. Siapa yang akan mendengar jeritan mereka? Siapa yang memiliki belas kasihan untuk meberikan hati memperjuangkan aspirasi mereka? Bukankah kasih Kristuslah yang mampu mendengar jeritan kaum orang-orang terabaikan. Bukan kah juga kitalah orangnya, yang harus memberi hati bagi mereka?
Belajar dari Kaleb, salah satu pemimpin dari 12 kepala suku yang dihunjuk Musa untuk mengintai tanah Kanaan. Di dalam mengerjakan tugas tersebut mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang janji dan penyertaan Allah. Akan kuasa dan kehendak Allah. 10 pemimpin merasa tidak sanggup untuk melawan kota yang berkubu dan melawan keturunan raksasa itu. membuat Orang Israel langsung gundah akan kondisi itu karena mengangap tanah yang dijanjikan Tuhan yang berlimpah susu dan madu itu, ternyata dihuni oleh keturunan Bangsa Enak. Ditengah-tengah kondisi inilah di butuhkan pemimpin yang mampu mencari alternatif akan ketidak mungkinan itu. Kaleb dengan keberanianya berkata:...Tidak! kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkanya (Bil 13:30). Keberanian yang luar biasa. Kaleb dengan jelas mengenal Tuhan yang dia sembah.Tuhan yang memberikan janji bagi bangsa israel. Lahir dari mengikut Tuhan dengan sepenuh hati (Bil32:12). Melalui itu jugalah kaleb menghiraukan ”lontaran batu dan ejekan orang Israel”. Bagian ini adalah harga yang harus dibayar lunas oleh seorang pemimpin.
Beranjak ke status atau kewargaan kita sebagai orang-orang pilihan Allah. Tentunya kita juga meyadari akan posisi sebagai orang-orang yang sedang dipersiapkan Allah untuk menjalankan maksudnya bagi dunia. Orang-orang yang akan memimpin dunia. Orang-orang yang dituntut Allah untuk mengenalnya didalam janji bagi bangsaNya. Pelayanan mahasiswa juga menunjukan kerinduan hal itu yang nampak dari thema dari kamp yang biasa kita selengarakan. Tapi pertanyaannya, kapankah itu akan terwujud? Tidak akan pernah terwujud dengan kamp kalau kita hanya pelaku-pelaku yang diam, “sakit gigi”, atau tertidur ditengah-tengah kehancuran dunia ini.
Dengan menyadari status dan tugas serta belajar dari Kaleb seharusnyalah kita semua akan meyadari tugas sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang berani menantang arus zaman. Dibutuhakan kaleb-Kaleb baru yang berani maju untuk menjalankan kehendak Allah di dalam rencana-Nya. Seorang pemimpin yang berani melangkah diantara orang-orang yang gentar melangkah. Kembali bertanya, siapa yang mau melangkahkan kaki dan bersuara? Yang mendengar hendaklah ia menjawab. (sasti)
Visi pelayanan mahasiswa mencakup visi kepemimpinan. Mahasiswa yang adalah calon pemimpin bangsa di bentuk melalui kelompok kecil, pembinaan, Kamp dan pelatihan-pelatihan. Dirindukan akan lahirlah seorang pemimpin. Dengan keunikannya student inisiatif dan responsiblity pelayanan mahasisa melewati proses kepemimpinan. Suatu pengelihatan yang sungguh mulia untuk misi Allah bagi dunia. Misi secara holistik. Lahirnya pemimpin bangsa inilah yang membawa angin segar sebagai pencegah pembusukan dan terang ditengah kegelapan dunia.
Kepemimpinan juga akan terbentuk melalui respon kita terhadap kondisi kampus. Kita bisa melihat, Dosen yang memaksakan membeli diktat, dosen yang hanya beberapa kali mengajar dari 16 kali target pertemuan, dosen yang juga meminta uang agar lancar dalam urusan ujian akhir dan dosen yang juga kadang ngalor ngidul dalam menyampaikan materi kuliah. Ditambah lagi Kebijakan kampus yang mengarah kepada kapitalisme, uang kuliah yang semakin tinggi, dan peralatan kampus yang seadanya, birokrasi kampus yang memiliki kebiasaan kompas sana dan kompas sini. Melihat kondisi ini sebnarnya banyak mahasiswa yang menjerit akan realita ini. Siapa yang akan mendengar jeritan mereka? Siapa yang memiliki belas kasihan untuk meberikan hati memperjuangkan aspirasi mereka? Bukankah kasih Kristuslah yang mampu mendengar jeritan kaum orang-orang terabaikan. Bukan kah juga kitalah orangnya, yang harus memberi hati bagi mereka?
Belajar dari Kaleb, salah satu pemimpin dari 12 kepala suku yang dihunjuk Musa untuk mengintai tanah Kanaan. Di dalam mengerjakan tugas tersebut mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang janji dan penyertaan Allah. Akan kuasa dan kehendak Allah. 10 pemimpin merasa tidak sanggup untuk melawan kota yang berkubu dan melawan keturunan raksasa itu. membuat Orang Israel langsung gundah akan kondisi itu karena mengangap tanah yang dijanjikan Tuhan yang berlimpah susu dan madu itu, ternyata dihuni oleh keturunan Bangsa Enak. Ditengah-tengah kondisi inilah di butuhkan pemimpin yang mampu mencari alternatif akan ketidak mungkinan itu. Kaleb dengan keberanianya berkata:...Tidak! kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkanya (Bil 13:30). Keberanian yang luar biasa. Kaleb dengan jelas mengenal Tuhan yang dia sembah.Tuhan yang memberikan janji bagi bangsa israel. Lahir dari mengikut Tuhan dengan sepenuh hati (Bil32:12). Melalui itu jugalah kaleb menghiraukan ”lontaran batu dan ejekan orang Israel”. Bagian ini adalah harga yang harus dibayar lunas oleh seorang pemimpin.
Beranjak ke status atau kewargaan kita sebagai orang-orang pilihan Allah. Tentunya kita juga meyadari akan posisi sebagai orang-orang yang sedang dipersiapkan Allah untuk menjalankan maksudnya bagi dunia. Orang-orang yang akan memimpin dunia. Orang-orang yang dituntut Allah untuk mengenalnya didalam janji bagi bangsaNya. Pelayanan mahasiswa juga menunjukan kerinduan hal itu yang nampak dari thema dari kamp yang biasa kita selengarakan. Tapi pertanyaannya, kapankah itu akan terwujud? Tidak akan pernah terwujud dengan kamp kalau kita hanya pelaku-pelaku yang diam, “sakit gigi”, atau tertidur ditengah-tengah kehancuran dunia ini.
Dengan menyadari status dan tugas serta belajar dari Kaleb seharusnyalah kita semua akan meyadari tugas sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang berani menantang arus zaman. Dibutuhakan kaleb-Kaleb baru yang berani maju untuk menjalankan kehendak Allah di dalam rencana-Nya. Seorang pemimpin yang berani melangkah diantara orang-orang yang gentar melangkah. Kembali bertanya, siapa yang mau melangkahkan kaki dan bersuara? Yang mendengar hendaklah ia menjawab. (sasti)
tulisan saya
Topik: Eksposisi Tokoh Kaleb (Bil 13:1-14:10) (keberanian seorang pemimpin)
Berani tampil beda
Ada satu pemahaman bahwa di dalam narasi perjanjian lama kita akan melihat bagaimana Allah mengambil peran utama di dalam cerita itu. Pemahaman ini memang benar bahwa melalui setiap cerita, kita akan mengenal Allah melalui tokoh atau bangsa Isreal. Tetapi bukan berarti kita tidak bisa belajar dari tokoh tersebut. Meskipun memang terkadang, tokoh perjanjian lama menampilkan satu sikap hidup yang nagatif. Sebagai contoh, seorang Yusuf yang memamerkan jubah mahaindahnya di depan saudara-saudaranya yang sedang menggembalakan domba (Kej:37:23). Kita harus pahami bahwa setiap tokoh pasti memiliki berbagai segi yang di dalamnya kita akan melihat pekerjaan Tuhan yang mengubah hidup mereka. Hidup mereka yang diperbaharui oleh Allah Israel itulah yang menjadi satu teladan yang bisa kita aplikasikan untuk kehidupan kita saat ini.
Kaleb adalah salah satu tokoh hikayat perjanjian lama. Ia adalah seorang pemimpin suku di antara ke-12 suku yang ada di Israel (Bil 13:4), tepatnya suku Yehuda. Pada saat Kaleb menjadi kepala suku Yehuda ia dipilih oleh Musa menjadi salah seorang yang menjadi pengintai tanah Kanaan. Di dalam perjalanan bangsa Israel dari tanah Mesir kepada tanah Kanaan Allah berfirman kepada Musa untuk mengirim setiap pemimpin suku untuk mengintai negeri kanaan.
Tanah Kanaan yang di janjikan Tuhan pun mulai diintai oleh semua kepala suku di Israel (Bil 13:17-24). Mereka mulai mengintai negeri itu dengan melihat segala yang ada di negeri itu. Lembah ke lembah mereka jalani, gunung ke gunung mereka perhatikan sampai pada setiap segi tanah perjanjian itu mereka ketahui. Hasil negeri itu mereka ambil dengan memotong setandan anggur sebagai bukti bahwa negeri itu berlimpah susu dan madu. Ternyata, memang benar negeri itu berlimpah susu dan madu, negeri itu sangat kaya akan hasil anggur, gandum dan ternaknya yang melimpah ruah (Bil 13:27). Ini menjadi kabar yang sangat menggembirakan bagi bangsa Israel. Perjalanan para pengintai selama 40 hari itu, menghasilkan suatu kabar yang menggembirakan, negeri yang berlimpah susu dan madu.
Tetapi, negeri itu bukan hanya dilimpahi oleh susu dan madu tetapi juga didiami oleh bangsa-bangsa yang “besar”. Negeri itu didiami oleh bangsa keturunan Enak, orang Amalek, orang Yebus, orang Het, orang Amori dan orang Kanaan (Bil 13:28-19). Sepintas lalu mungkin kita akan berpikir, ada apa dengan orang itu? Atau kenapa rupanya kalau negeri itu didiami oleh bangsa-bangsa yangn besar. Penulis kitab bilangan menyebutkan bangsa ini adalah bangsa yang kuat-kuat dan ditambah lagi mereka mendiami bagian-bagian yang sangat strategis, yaitu pegunungan, dan lembah-lembah yang secara geografis akan sangat sulit untuk diruntuhkan. Dengan kata lain, bangsa Israel menyimpulkan bagaimana mungkin kita akan menduduki negeri yang berlimpah susu dan madu itu jika didiami oleh bangsa-bangsa yang seperti itu.
Kabar menggembirakan berubah menjadi satu kabar yang sangat menakutkan. Memang benar negeri yang dijanjikan Allah itu berlimpah susu dan madu tetapi mereka bertanya kenapa bangsa-bangsa yang seperti itu yang berdiam disana. Seperti bisa, orang Israel langsung meresponi dengan gusar dan mulai menyalahkan Allah Yahwe. Memang benar itu adalah tanah yang subur tetapi apa maksudnya negeri itu berkubu-kubu dan orang-orang besar tinggal disana. Ini adalah gambaran pertanyaan orang-orang yang mulai meragukan janji Allah. Bahkan hal inilah yang membawa mereka gelisah dan siap memberontak kepada janji Allah. Yakni kita harus mundur untuk bermimpi menduduki tanah perjanjian itu. Jadi bagaimana sekarang. Apa yang harus kita lakukan, kecuali mundur atau terpikir kembali ke tanah Mesir.
Para pemimpin suku yang mengintai tanah Kanaan itu terdiam melihat negeri yang di janjikan itu. Di tengah ketakutan, muncullah seorang Kaleb yang mencoba menenteramkan hati bangsa yang penakut ini. (Bil 13:30-31) Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" Kalimat yang sangat “langka”, keluar dari mulut seorang pemimpin. Meskipun di satu segi kalimat itu akan menghasilkan satu resiko. Kaleb harsu tahu itu. Tetapi apa pun itu, akan menjadi harga seorang pemimpin untuk bersuara ditengah kekacauan. Orang Israel mungkin akan berkata: hei..Kaleb bagaimana mungkin engkau berkata kita akan menduduki negeri itu, engkau tidak tahu siapa kita dan siapa yang menduduki negeri itu? Secara logika berpikir memang benar negeri yang di janjikan itu sangat kecil kemungkinan untuk diduduki. Bangsa yang berdiam, dilengkapi dengan kubu dan pertahanan yang sangat rapi dengan kata lain mustahil orang Isreal bisa menduduki negeri itu. Sehingga benarlah tindakan Kaleb itu sangat bodoh jika kita berpikir secara manusia. Tetapi ingat, jika berpikir sebagaimana rencana Allah maka jawaban kita akan berbeda. Bahkan sangat berbeda.
Kalimat yang diucapkan Kaleb di mentahkan dengan hasutan 10 pemimpin suku yang lain. Sebagian besar pemimpin suku mengatakan: "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita." (Bil 13:31-32). Tidak hanya itu, mereka juga semakin jauh dengan meyampaikan kabar busuk tentang negeri yang diintai itu. Katanya, ternyata negeri itu memiliki kebiasaan memakan penduduknya sendiri, orang itu memiliki perawakan yang sangat tinggi dan kami seperti belalang di hadapan mereka. Keturuanan Enak berada di sana, yang merupakan keturunan raksasa (Bil 13:32-33). Ketika mendengar tambahan berita bohong itu, bisa kita bayangkan bagaimana respon orang Israel mendengarnya. Semakian gundah, semakin kacau dan semakin ragu akan janji Tuhan. Suasanapun semakin tak terkendali. Dan ingat sekali lagi, di dalam suasana yang seperti ini sangat riskan untuk bertindak apalagi sesuatu itu berbeda menurut pandangan sebagian besar orang. Sangat beresiko.
Kita mungkin bertanya, apakah Kaleb menarik kembali pernyataanya bahwa “Kita akan maju dan menduduki negeri itu?”. Jawabanya tidak. Bahkan sangat mengejutkan Kaleb tidak berhenti sampai satu pernyataan itu tetapi Kaleb dan Yosua berdiri dan mengoyakan pakaiannya (Bil 14:6). Ini merupakan bukti berkabung atas bangsa yang penakut itu dan sebagai bukti perlawanan terhadap orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Mereka berkata: (Bil 14:7-9) dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. 8 Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. 9 Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka." Sekali lagi kalimat ini sangat beresiko dan “langka”.
Apa yang membuat Kaleb berkata demikian. Jika kita perhatikan kalimat itu mereka ucapkan dengan dasar pengenalan yang dalam akan Allah di dalam rencana dan janji-Nya. Mereka yakin jika TUHAN menjanjikan negeri itu maka negeri itu akan menjadi milik mereka. Hanya mereka, jangan memberontak kepada Allah. Keyakinan mereka bahwa Allah Israel akan mengalahkan semua bangsa itu bahkan akan menelan bangsa-bangsa yang besar itu sampai habis. Jangan takut kepada bangsa yang besar-besar itu dan bangsa yang berkubu itu, jika TUHAN menyertai kita. Melalui pengenalan itu mereka jelas tahu jika TUHAN menyertai, maka semua akan berjalan sebagaimana maksud dan rencanaNya. Allah Israel bukanlah Allah yang lupa akan janji dan bahkan Allah Israel sanggup mengalahkan semua bangsa-bangsa itu.
Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel (Bil 14:10-11). Resiko itu muncul dan harus dihadapi. Yakni, lontaran batu dari bangsa yang sudah meragukan TUHAN dan merasa dipermainkan oleh TUHAN. Apalagi bangsa yang bebal ini sangat mudah untuk dihasut dan setiap orang yang berani untuk menawarkan sesuatu yang berbeda disarankan berhati-hati. Tetapi penyertaan TUHAN yang Kaleb ketahui itu terbukti melalui kehadiraNya. Ketika resiko itu datang, Allah tidak hanya diam. Kemuliaan TUHAN Nampak di kemah pertemuan. Ini merupakan pertanda Allah hadir bersama-sama orang yang takut pada-Nya dan peringatan siapa saja yang memberontak kepada Dia.
Kaleb yang mengikut Tuhan dengan segenap hati, harus berhadapan dengan bangsa yang bebal. Tetapi justru, di dalam hal itulah kita melihat bagaimana keberanian seorang Kaleb menantang arus. Berani menentang pendapat dengan yang mayoritas dan berani tampil beda dari 10 orang pengintai yang lain. Ketika kondisi seperti ini yang terjadi seorang pemimpin akan mengalami pengujian, bagaimana ia mengikut TUHAN. Tetapi dengan jelas Kaleb menjatuhkan pilihannya: mengikut Tuhan dengan sepenuh hati.
Melihat realita kehidupan pemimpin Kristiani saat ini, bisa kita katakan sesuatu yang sangat langka menampilkan diri seperti yang ditunjukan oleh Kaleb. Untuk bisa mencari seorang pemimpin yang benar-benar memiliki keberanian untuk menampilkan suatu sikap yang berbeda dari apa yang dunia ini tawarkan sepertinya adalah sesuatu yang sangat sulit. Memang untuk bisa memilih berbeda dengan sebagaian besar orang di dunia ini maka sepertinya kita sedang berhadapan dengan satu singa lapar yang setiap saat siap menerkam kita. Seperti domba yang mencoba memberikan pendapat kepada kumpulan ribuan serigala. Tetapi kita harus mengingat, hal ini adalah kewajiban setiap pemimpin yang mau mengikut Tuhan dengan sepenuh hati.
Buah dari keberanian Kaleb adalah mereka akan menikmati Tanah perjanjian. Bahwasanya orang-orang yang telah berjalan dari Mesir, yang berumur dua puluh tahun ke atas, tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, oleh karena mereka tidak mengikut Aku dengan sepenuh hatinya, kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya (Bil 32:11-12). Pemimpin yang memberontak itu harus menerima kenyataan tidak akan mendapat bagian di dalam tanah yang berlimpah susu dan madu. Tetapi Kaleb dan Yosua akan memperoleh bagian dan menikmati tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madu itu. Ini merupakan upah setiap oarng yang mengikut Tuhan dan ini sangat jelas berada di dalam satu pililhan dimana setiap orang bebas memilih. Mengikut Tuhan atau mengikut dunia. Pemimpin yang mengikut dunia akan berpikir dan bertindak menurut ukuran dunia tetapi pemimpin yang mengikut Tuhan akan berpikir dan bertindak menurut kehendak dan rencana TUHAN. Prasasti Perangin-angin, anggota Perhimpunan suka menulia (perkamen} Medan dan staff perkantas medan.
Berani tampil beda
Ada satu pemahaman bahwa di dalam narasi perjanjian lama kita akan melihat bagaimana Allah mengambil peran utama di dalam cerita itu. Pemahaman ini memang benar bahwa melalui setiap cerita, kita akan mengenal Allah melalui tokoh atau bangsa Isreal. Tetapi bukan berarti kita tidak bisa belajar dari tokoh tersebut. Meskipun memang terkadang, tokoh perjanjian lama menampilkan satu sikap hidup yang nagatif. Sebagai contoh, seorang Yusuf yang memamerkan jubah mahaindahnya di depan saudara-saudaranya yang sedang menggembalakan domba (Kej:37:23). Kita harus pahami bahwa setiap tokoh pasti memiliki berbagai segi yang di dalamnya kita akan melihat pekerjaan Tuhan yang mengubah hidup mereka. Hidup mereka yang diperbaharui oleh Allah Israel itulah yang menjadi satu teladan yang bisa kita aplikasikan untuk kehidupan kita saat ini.
Kaleb adalah salah satu tokoh hikayat perjanjian lama. Ia adalah seorang pemimpin suku di antara ke-12 suku yang ada di Israel (Bil 13:4), tepatnya suku Yehuda. Pada saat Kaleb menjadi kepala suku Yehuda ia dipilih oleh Musa menjadi salah seorang yang menjadi pengintai tanah Kanaan. Di dalam perjalanan bangsa Israel dari tanah Mesir kepada tanah Kanaan Allah berfirman kepada Musa untuk mengirim setiap pemimpin suku untuk mengintai negeri kanaan.
Tanah Kanaan yang di janjikan Tuhan pun mulai diintai oleh semua kepala suku di Israel (Bil 13:17-24). Mereka mulai mengintai negeri itu dengan melihat segala yang ada di negeri itu. Lembah ke lembah mereka jalani, gunung ke gunung mereka perhatikan sampai pada setiap segi tanah perjanjian itu mereka ketahui. Hasil negeri itu mereka ambil dengan memotong setandan anggur sebagai bukti bahwa negeri itu berlimpah susu dan madu. Ternyata, memang benar negeri itu berlimpah susu dan madu, negeri itu sangat kaya akan hasil anggur, gandum dan ternaknya yang melimpah ruah (Bil 13:27). Ini menjadi kabar yang sangat menggembirakan bagi bangsa Israel. Perjalanan para pengintai selama 40 hari itu, menghasilkan suatu kabar yang menggembirakan, negeri yang berlimpah susu dan madu.
Tetapi, negeri itu bukan hanya dilimpahi oleh susu dan madu tetapi juga didiami oleh bangsa-bangsa yang “besar”. Negeri itu didiami oleh bangsa keturunan Enak, orang Amalek, orang Yebus, orang Het, orang Amori dan orang Kanaan (Bil 13:28-19). Sepintas lalu mungkin kita akan berpikir, ada apa dengan orang itu? Atau kenapa rupanya kalau negeri itu didiami oleh bangsa-bangsa yangn besar. Penulis kitab bilangan menyebutkan bangsa ini adalah bangsa yang kuat-kuat dan ditambah lagi mereka mendiami bagian-bagian yang sangat strategis, yaitu pegunungan, dan lembah-lembah yang secara geografis akan sangat sulit untuk diruntuhkan. Dengan kata lain, bangsa Israel menyimpulkan bagaimana mungkin kita akan menduduki negeri yang berlimpah susu dan madu itu jika didiami oleh bangsa-bangsa yang seperti itu.
Kabar menggembirakan berubah menjadi satu kabar yang sangat menakutkan. Memang benar negeri yang dijanjikan Allah itu berlimpah susu dan madu tetapi mereka bertanya kenapa bangsa-bangsa yang seperti itu yang berdiam disana. Seperti bisa, orang Israel langsung meresponi dengan gusar dan mulai menyalahkan Allah Yahwe. Memang benar itu adalah tanah yang subur tetapi apa maksudnya negeri itu berkubu-kubu dan orang-orang besar tinggal disana. Ini adalah gambaran pertanyaan orang-orang yang mulai meragukan janji Allah. Bahkan hal inilah yang membawa mereka gelisah dan siap memberontak kepada janji Allah. Yakni kita harus mundur untuk bermimpi menduduki tanah perjanjian itu. Jadi bagaimana sekarang. Apa yang harus kita lakukan, kecuali mundur atau terpikir kembali ke tanah Mesir.
Para pemimpin suku yang mengintai tanah Kanaan itu terdiam melihat negeri yang di janjikan itu. Di tengah ketakutan, muncullah seorang Kaleb yang mencoba menenteramkan hati bangsa yang penakut ini. (Bil 13:30-31) Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" Kalimat yang sangat “langka”, keluar dari mulut seorang pemimpin. Meskipun di satu segi kalimat itu akan menghasilkan satu resiko. Kaleb harsu tahu itu. Tetapi apa pun itu, akan menjadi harga seorang pemimpin untuk bersuara ditengah kekacauan. Orang Israel mungkin akan berkata: hei..Kaleb bagaimana mungkin engkau berkata kita akan menduduki negeri itu, engkau tidak tahu siapa kita dan siapa yang menduduki negeri itu? Secara logika berpikir memang benar negeri yang di janjikan itu sangat kecil kemungkinan untuk diduduki. Bangsa yang berdiam, dilengkapi dengan kubu dan pertahanan yang sangat rapi dengan kata lain mustahil orang Isreal bisa menduduki negeri itu. Sehingga benarlah tindakan Kaleb itu sangat bodoh jika kita berpikir secara manusia. Tetapi ingat, jika berpikir sebagaimana rencana Allah maka jawaban kita akan berbeda. Bahkan sangat berbeda.
Kalimat yang diucapkan Kaleb di mentahkan dengan hasutan 10 pemimpin suku yang lain. Sebagian besar pemimpin suku mengatakan: "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita." (Bil 13:31-32). Tidak hanya itu, mereka juga semakin jauh dengan meyampaikan kabar busuk tentang negeri yang diintai itu. Katanya, ternyata negeri itu memiliki kebiasaan memakan penduduknya sendiri, orang itu memiliki perawakan yang sangat tinggi dan kami seperti belalang di hadapan mereka. Keturuanan Enak berada di sana, yang merupakan keturunan raksasa (Bil 13:32-33). Ketika mendengar tambahan berita bohong itu, bisa kita bayangkan bagaimana respon orang Israel mendengarnya. Semakian gundah, semakin kacau dan semakin ragu akan janji Tuhan. Suasanapun semakin tak terkendali. Dan ingat sekali lagi, di dalam suasana yang seperti ini sangat riskan untuk bertindak apalagi sesuatu itu berbeda menurut pandangan sebagian besar orang. Sangat beresiko.
Kita mungkin bertanya, apakah Kaleb menarik kembali pernyataanya bahwa “Kita akan maju dan menduduki negeri itu?”. Jawabanya tidak. Bahkan sangat mengejutkan Kaleb tidak berhenti sampai satu pernyataan itu tetapi Kaleb dan Yosua berdiri dan mengoyakan pakaiannya (Bil 14:6). Ini merupakan bukti berkabung atas bangsa yang penakut itu dan sebagai bukti perlawanan terhadap orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Mereka berkata: (Bil 14:7-9) dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. 8 Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. 9 Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka." Sekali lagi kalimat ini sangat beresiko dan “langka”.
Apa yang membuat Kaleb berkata demikian. Jika kita perhatikan kalimat itu mereka ucapkan dengan dasar pengenalan yang dalam akan Allah di dalam rencana dan janji-Nya. Mereka yakin jika TUHAN menjanjikan negeri itu maka negeri itu akan menjadi milik mereka. Hanya mereka, jangan memberontak kepada Allah. Keyakinan mereka bahwa Allah Israel akan mengalahkan semua bangsa itu bahkan akan menelan bangsa-bangsa yang besar itu sampai habis. Jangan takut kepada bangsa yang besar-besar itu dan bangsa yang berkubu itu, jika TUHAN menyertai kita. Melalui pengenalan itu mereka jelas tahu jika TUHAN menyertai, maka semua akan berjalan sebagaimana maksud dan rencanaNya. Allah Israel bukanlah Allah yang lupa akan janji dan bahkan Allah Israel sanggup mengalahkan semua bangsa-bangsa itu.
Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel (Bil 14:10-11). Resiko itu muncul dan harus dihadapi. Yakni, lontaran batu dari bangsa yang sudah meragukan TUHAN dan merasa dipermainkan oleh TUHAN. Apalagi bangsa yang bebal ini sangat mudah untuk dihasut dan setiap orang yang berani untuk menawarkan sesuatu yang berbeda disarankan berhati-hati. Tetapi penyertaan TUHAN yang Kaleb ketahui itu terbukti melalui kehadiraNya. Ketika resiko itu datang, Allah tidak hanya diam. Kemuliaan TUHAN Nampak di kemah pertemuan. Ini merupakan pertanda Allah hadir bersama-sama orang yang takut pada-Nya dan peringatan siapa saja yang memberontak kepada Dia.
Kaleb yang mengikut Tuhan dengan segenap hati, harus berhadapan dengan bangsa yang bebal. Tetapi justru, di dalam hal itulah kita melihat bagaimana keberanian seorang Kaleb menantang arus. Berani menentang pendapat dengan yang mayoritas dan berani tampil beda dari 10 orang pengintai yang lain. Ketika kondisi seperti ini yang terjadi seorang pemimpin akan mengalami pengujian, bagaimana ia mengikut TUHAN. Tetapi dengan jelas Kaleb menjatuhkan pilihannya: mengikut Tuhan dengan sepenuh hati.
Melihat realita kehidupan pemimpin Kristiani saat ini, bisa kita katakan sesuatu yang sangat langka menampilkan diri seperti yang ditunjukan oleh Kaleb. Untuk bisa mencari seorang pemimpin yang benar-benar memiliki keberanian untuk menampilkan suatu sikap yang berbeda dari apa yang dunia ini tawarkan sepertinya adalah sesuatu yang sangat sulit. Memang untuk bisa memilih berbeda dengan sebagaian besar orang di dunia ini maka sepertinya kita sedang berhadapan dengan satu singa lapar yang setiap saat siap menerkam kita. Seperti domba yang mencoba memberikan pendapat kepada kumpulan ribuan serigala. Tetapi kita harus mengingat, hal ini adalah kewajiban setiap pemimpin yang mau mengikut Tuhan dengan sepenuh hati.
Buah dari keberanian Kaleb adalah mereka akan menikmati Tanah perjanjian. Bahwasanya orang-orang yang telah berjalan dari Mesir, yang berumur dua puluh tahun ke atas, tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, oleh karena mereka tidak mengikut Aku dengan sepenuh hatinya, kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya (Bil 32:11-12). Pemimpin yang memberontak itu harus menerima kenyataan tidak akan mendapat bagian di dalam tanah yang berlimpah susu dan madu. Tetapi Kaleb dan Yosua akan memperoleh bagian dan menikmati tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madu itu. Ini merupakan upah setiap oarng yang mengikut Tuhan dan ini sangat jelas berada di dalam satu pililhan dimana setiap orang bebas memilih. Mengikut Tuhan atau mengikut dunia. Pemimpin yang mengikut dunia akan berpikir dan bertindak menurut ukuran dunia tetapi pemimpin yang mengikut Tuhan akan berpikir dan bertindak menurut kehendak dan rencana TUHAN. Prasasti Perangin-angin, anggota Perhimpunan suka menulia (perkamen} Medan dan staff perkantas medan.
Langganan:
Postingan (Atom)