Cinta Yakub dan Rahel: Keindahan sebuah cinta.
Oleh: Prasasti Perangin-angin
Cinta mereka dimulai dari titah sang Ayah si Ishak. Janganlah mengambil istri keturunan kanaan, bersiaplah pergilah ke Padang-Aram (Kej 28:2). Di Aram Yakub akan menjumpai Laban pamannya. Menjumpai tulang Laban bagi orang batak, atau menjumpai mama Laban kalau orang karo. Anaknya Laban adalah pariban (batak) atau impal (karo) yang memang bisanya akan dijodohkan di dalam budaya batak atau karo. Ishak mengharapkan Yakub akan mengambil anak tulangnya Laban menjadi istrinya. Kita mungkin bertanya, kira-kira apa yang ada di dalam pikiran Yakub akan perintah itu. Kalau zaman sekarang dijodoh-jodohkan seperti ini sedikit kurang diminati di dalam kehidupan teman hidup anak pelayanan. Secara tertulis tidak ada dikatakan di dalam teks, tetapi yang pasti Yakub tanpa komentar mengikuti dan tunduk terhadap perintah ayahnya. Tetapi catatan penting bagi kita adalah titah itu dibarengi dengan doa. Sebelum Yakub berangkat Ishak memberkatinya, moga-moga Allah Yang Mahakuasa memberkati engkau (Kej 28:3). Ada berkat yang mengiringi langkah Yakub memulai perjalanannya menemukan teman hidupnya itu.
Ternyata buah dari doa dan ketundukan kepada keinginan sang ayah, memperjumpakan Yakub dengan sang pujaan hatinya. Yakni paribannya Rahel. Mereka bertemu di sebuah sumur di padang tempat para gembala akan memberi minum kawanan domba mereka. Karena mamanya Laban tidak memiliki anak laki-laki jadi impalnya Rahel yang harus mengembalakan ternak peliharaan mereka. Sehingga siang itu Rahel sebagaimana gembala yang lain mendatangi sumur itu.
Hal yang menarik untuk ditelusuri dari pertemuan itu adalah ada rindu di antara mereka. Bisa kita gambarkan Yakub begitu sibuk bertanya-tanya tentang paribannya itu kepada para gembala yang sedang menunggu di sumur itu. Perhatikan ketika pertama kali para gembala menujukan Impalnya Rahel, ia pun menciumnya dan memeluknya sambil menangis. Secara tradisi hal ini memang lazim dilakukan di kalangan orang Yahudi. Tetapi meskipun demikian menurut saya ada perasaan cinta saat pertama mereka bertemu. Karena di dalam bayangan Yakub seperti apakah gerangan anak tulangnya itu, yang akan menjadi isterinya sesuai dengan perintah ayahnya Ishak. Sehingga Yakub pun seperti tidak sadar diri sehingga ia melanggar kebiasaan para gembala itu. Yakub seperti ingin menampilkan tindakan-tindakan kepahlawanan meskipun itu melanggar adat kebiasaan (ayat 2-3 bd 10).
Setelah sebulan Yakub tinggal di rumah pamannya Laban, benih-benih cinta itu semakin tumbuh di dalam diri mereka. Kej 29: 18, dimulai dengan kalimat Yakub telah jatuh cinta kepada Rahel. Mulai dari padangan pertama di sumur sampai dengan sebulan tinggal di rumah Laban cinta itu semakin membara di dalam diri Yakub. Sehingga ketika Laban menawarkan upah kepada Yakub, dengan tegas ia berkata berikan Rahel menjadi istriku. Laban mengikat kontrak dengan Yakub, tujuh tahun lamanya ia akan bekerja menjadi gembala kawanan ternak Laban dan setelah itu Rahel akan menjadi miliki Yakub.
Hal yang sangat menarik dari perjalanan cinta itu adalah cinta Yakub kepada Rahel membuat mengubah segala akal sehat. Barangkali sama seperti yang dialami anak muda zaman sekarang kalau lagi jatuh cinta. Hujan badai akan kulewati, pagi ingat kamu, malam ingat kamu setiap saat ingat kamu, bahkan sampai tai kucingpun bisa terasa coklat. Katanya. Bagi Yakub tujuh tahun terasa beberapa hari, cinta yang sangat mengagungkan menurut saya. Secara hitung-hitungan matematika tujuh tahun bukanlah waktu yang pendek apalagi selama itu juga harus menantikan bisa memiliki sang pujan hati, tetapi cinta itu mengubah logika itu. Tetapi ternyata tujuh tahun itu tidak berarti apa-apa bagi Yakub demi sang kekasihnya Rahel. Terkadang saya berpikir jikalau saya harus menunggu tujuh tahun untuk bisa memiliki pacar saya sekarang apakah saya sanggup untuk menantinya. Tetapi bagi Yakub, cinta itu tidak selamanya sesuai dengan logika. Tujuh Tahun tidak terasa lama karena cinta.
Tentunya kita bertanya siapa Rahel sehingga Yakub begitu tergila-gila kepadanya. Pada Kej 29: 17 dikatakan Rahel bertubuh molek dan berwajah cantik (BIS). Setiap laki-laki barangkali bisa membayangkan bagaimana cantiknya Rahel ini. Sehingga bisa kita pahami betapa Yakub takut kehilangan wanita secantik Rahel. Sehingga wajarlah benih cinta itu semakin dalam tumbuh di dalam dirinya.
Sekarang bagaimana cerita cinta Yakub dan Rahel ini bisa menjadi gambaran bagi kita di bulan yang penuh cinta ini. Yakni Valentine day. Terlepas dari bagaimana sejarah dan kebiasaan tentang bulan februari menjadi bulan penuh cinta atau Valentine day ini, tetapi tidak ada salahnya jika di bulan yang penuh cinta ini kita juga merenungkan tentang cinta. Apa yang bisa kita renungkan melalui cerita ini?
Ternyata cerita cinta mereka dibungkus di dalam penyertaan Tuhan. Prikop percintaan ini akan menuntun kepada terwujudnya 12 keterunan Yakub yang akan menjadi umat Tuhan yang disebut Israel. Terlepas dari Yakub berpariban dengan Rahel, tetapi benih cinta itu timbul karena janji Tuhan akan memelihara kehidupan Yakub. Doa sang Ayah Ishak bahwa kiranya Allah yang menyertai setiap hal yang engkau lakukan adalah pembungkus cinta mereka. Tuhan yang memberkati cinta mereka. Sehingga bisa kita katakan cinta itu adalah anugerah. Cinta itu adalah pemberian Tuhan semata. Jadi mari hargai dan nikmati apa yang Tuhan berikan itu.
Bagi kita yang sudah memiliki pasangan hidup, mari di bulan yang penuh cinta ini kita mensyukuri akan anugrah yang telah Tuhan berikan itu. Sehingga cintalah pasangan kita dengan penuh kasih sayang. Bahkan sampai kepada menembus logika. Tujuh tahun terasa beberapa hari. Melalui cerita ini cinta itu semakin besar dari hari ke hari, cinta itu semakin dalam. Dan syukurilah bahwa Allah sudah menujukan cinta itu di dalam hidup kita.
Bagi kita yang belum menemukan ‘pariban’ kita yakinlah Tuhan akan menganugrahkanya juga kepada kita. Mintalah kepadanya sumber dari segala sumber maka Ia yang memiliki cinta itu sendirilah yang akan menganugrakan cinta itu kepada kita.
Ada orang mengatakan saat yang terindah adalah ketika kita menemukan cinta. Cinta itu begitu indah sehingga semua orang merindukanya, semua orang menginginkanya, semua orang ingin menikmatinya, dan semua orang ingin memilikinya. Cinta itu begitu manis sehingga dia senantiasa dinantikan. Barangkali di hari kasih sayang kita belum menemukan cinta sejati kita karena karena memang cinta tak dapat dipaksakan. Cinta itu akan muncul dengan sendirinya kalau memang sudah tiba waktu baginya untuk masuk ke dalam hati seseorang. Dan apabila ia sudah masuk maka tidak ada seorangpun yang dapat menyembunyikannya. Happy Valentine Day.
Minggu, 31 Januari 2010
opini
Opini:
Tahun 2010: Masihkah sulit mengurus kartu keluarga?
Oleh: Prasasti Perangin-angin, S.Pd
Sulitnya mengurus kartu keluarga di Medan Marelan. Adalah keluhan Andreas, SP penduduk Greenland Blok A-8 Medan Marelan di surat pembaca Harian Analisa (7-1-2010). Ini adalah gambaran bagaimana rendahnya mutu pelayanan publik yang dirasakan rakyat hidup di negara ini. Kita sudah 64 Tahun merdeka untuk mengurus kartu keluarga saja sangat sulit. Apakah ini yang kita dapatkan dari tahun ke tahun hidup di negara ini?
Kasus ini terkadang membawa kita kepada sebuah kesimpulan bahwa, ketika berurusan dengan instansi pemerintah maka kita akan menjumpai sebuah kesemerautan dan urusan yang harus berbelit-belit. Semua kita mungkin pernah mendengar dan mengalami. Kalau ada uang urusan itu akan diselesaikan dengan ‘selogan’ kalau bisa dipermudah ngapain dipersulit. Tetapi kalau tidak ada uang urusan itu akan dikatakan kalau bisa dipersulit ngapain dipermudah. Ini merupakan rahasia umum, semua kita yang pernah berurusan dengan kantor lurah, kantor polisi dan kantor instansi pemerintahan lainnya. Dan barangkali kita sendiri pernah merasakan seperti yang dirasakan Andreas, SP bertapa sulitnya berhadapan dengan pegawai negeri di negara ini.
Ada pengalaman teman saya ketika dia mengurus surat pindah dari satu kelurahan ke kelurahan yang lain di Kota Medan. Sebagai seorang warga negara yang baik dia berkata saya tidak akan mau membayar diluar prosedur yang sudah ditetapkan. Sehingga ketika mulai mengurus surat keterangan pindah itu, dia harus beberapa kali datang ke kantor kelurahan tersebut. Satu alasan pegawai di kantor tersebut surat tersebut belum selesai, karena belum ditandatangani oleh lurah. Kalau kita pikir-pikir bisa juga dalam beberapa minggu Pak Lurah tersebut tidak hadir sehingga tidak bisa menandatangani surat pindah itu. Setelah ketiga kalinya dia mendatangi kantor lurah tersebut akhirnya pegawai tersebut berkata hari ini akan selesai. Ternyata dia melihat pegawai tersebut mengerjakan surat itu pada hari itu juga, berarti selama ini tidak dikerjakan. Setelah selesai surat dan langsung ditandatangani lurah, pegawai tersebut dengan wajah cemberut meminta uang administrasi. Tetapi berapa pun bisa, ujarnya. Loh uang administrasi kok berapapun bisa? Ini uang administrasi atau uang apa ini, pikirnya.
Pengalaman lainnya setiap kita barangkali pernah merasakanya. Kita tahu bahwa mengurus KTP untuk Kota Medan itu gratis, tetapi jika kita jujur itu barangkali hanyalah sebatas selogan semata bahwa mengurus kartu kita tanda penduduk warga negara Indonesia itu gratis. Realitanya kita lihat sendiri. Begitu banyak kutipan yang harus kita keluarkan untuk mengurus kartu tersebut. Padahal seharusnya di kantor tersebutlah kita mendapatkan pelayanan masyarakat, karena itu adalah instansi yang dibentuk oleh negara. Ironisnya lagi begitu kita masuk ke wilayah kantor itu kita akan melihat tulisan kami ‘siap melayani anda’.
Sehingga seharusnyalah kita bertanya melayani seperti apa itu. Semua pegawai negeri Sipil itu dikatakan adalah pelayanan masyarakat. Jika kita dikatakan melayani dan pelayan masyarakat kenapa jika kita berhubungan dengan mereka tenaga atau fasilitas yang diberikan kepada kita itu seperti seorang pegawai perusahan nenek moyangnya. Sebagai rakyat kita sepertinya tidak berhak terhadap pelayanan yang seharusnya kita terima, sehingga kita harus membayar jasa dan fasilitas yang kita dapatkan. Perhatikan bukankah tugas mengetik surat tanda kita warga negara dan membuatnya adalah hak kita sebagai warga. Tetapi kenapa harus bayar biaya administrasi yang tidak jelas itu. Barang kali mereka berpikir itu bukanlah menjadi hak kita. Padahal jika kita telusuri sebenaranya tinta ketikan itu, tenaga mereka menuliskanya atau tenaga mereka menfotocopynya adalah uang rakyat yang diberikan melalui negara. Dan itulah tugas yang diberikan oleh negara kepada mereka. Jelas dinyatakan berdasarkan tugas hukum kepegawaian bahwa kedudukan pegawai negeri yaitu sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelengaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan.
Dari tahun ke tahun keluhan-keluhan seperti ini akan terus bermunculan. Tanpa adanya kesadaran dari pegawai itu sendiri tentang apa yang menjadi tugas dasar dia sebagai pegawai yang dibayar oleh negara ini. Sadarlah bahwa segala fasilitas dan tenaga anda itu sudah dibayar oleh rakyat melalui negara ini. Jadi pertanggungjawabkanlah itu dengan melayani warga dengan baik, dengan menjadi pelayan yang menganggap bahwa yang dilayani itu adalah berhak menerimanya. Sehingga terciptalah pelayanan yang melayani kepada masayarakat. Dan pada akhirnya nanti tahap demi tahap citra pegawai negeri sipili dan instansinya itu akan membaik melalui pelayanan yang melayani itu. Di samping itu rakyat kecil akan sangat merasakan apa artinya hidup di negara ini. Mulai dari pengurusan kartu keluagara, surat miskin, pendidikan gratis, subsidi yang tepat guna, atau pelayanan yang lainnya. Tetapi apakah arti hidup bernegara itu akan kita alami tahun 2010 ini? mari kita berharap bersama. (Penulis bekerja di Perkantas Medan, aktifis Campus Concren, dan aktif di Perhimpunan Suka Menulis (Perkamen) Medan)(diterbitkan di Harian Analisa)
Tahun 2010: Masihkah sulit mengurus kartu keluarga?
Oleh: Prasasti Perangin-angin, S.Pd
Sulitnya mengurus kartu keluarga di Medan Marelan. Adalah keluhan Andreas, SP penduduk Greenland Blok A-8 Medan Marelan di surat pembaca Harian Analisa (7-1-2010). Ini adalah gambaran bagaimana rendahnya mutu pelayanan publik yang dirasakan rakyat hidup di negara ini. Kita sudah 64 Tahun merdeka untuk mengurus kartu keluarga saja sangat sulit. Apakah ini yang kita dapatkan dari tahun ke tahun hidup di negara ini?
Kasus ini terkadang membawa kita kepada sebuah kesimpulan bahwa, ketika berurusan dengan instansi pemerintah maka kita akan menjumpai sebuah kesemerautan dan urusan yang harus berbelit-belit. Semua kita mungkin pernah mendengar dan mengalami. Kalau ada uang urusan itu akan diselesaikan dengan ‘selogan’ kalau bisa dipermudah ngapain dipersulit. Tetapi kalau tidak ada uang urusan itu akan dikatakan kalau bisa dipersulit ngapain dipermudah. Ini merupakan rahasia umum, semua kita yang pernah berurusan dengan kantor lurah, kantor polisi dan kantor instansi pemerintahan lainnya. Dan barangkali kita sendiri pernah merasakan seperti yang dirasakan Andreas, SP bertapa sulitnya berhadapan dengan pegawai negeri di negara ini.
Ada pengalaman teman saya ketika dia mengurus surat pindah dari satu kelurahan ke kelurahan yang lain di Kota Medan. Sebagai seorang warga negara yang baik dia berkata saya tidak akan mau membayar diluar prosedur yang sudah ditetapkan. Sehingga ketika mulai mengurus surat keterangan pindah itu, dia harus beberapa kali datang ke kantor kelurahan tersebut. Satu alasan pegawai di kantor tersebut surat tersebut belum selesai, karena belum ditandatangani oleh lurah. Kalau kita pikir-pikir bisa juga dalam beberapa minggu Pak Lurah tersebut tidak hadir sehingga tidak bisa menandatangani surat pindah itu. Setelah ketiga kalinya dia mendatangi kantor lurah tersebut akhirnya pegawai tersebut berkata hari ini akan selesai. Ternyata dia melihat pegawai tersebut mengerjakan surat itu pada hari itu juga, berarti selama ini tidak dikerjakan. Setelah selesai surat dan langsung ditandatangani lurah, pegawai tersebut dengan wajah cemberut meminta uang administrasi. Tetapi berapa pun bisa, ujarnya. Loh uang administrasi kok berapapun bisa? Ini uang administrasi atau uang apa ini, pikirnya.
Pengalaman lainnya setiap kita barangkali pernah merasakanya. Kita tahu bahwa mengurus KTP untuk Kota Medan itu gratis, tetapi jika kita jujur itu barangkali hanyalah sebatas selogan semata bahwa mengurus kartu kita tanda penduduk warga negara Indonesia itu gratis. Realitanya kita lihat sendiri. Begitu banyak kutipan yang harus kita keluarkan untuk mengurus kartu tersebut. Padahal seharusnya di kantor tersebutlah kita mendapatkan pelayanan masyarakat, karena itu adalah instansi yang dibentuk oleh negara. Ironisnya lagi begitu kita masuk ke wilayah kantor itu kita akan melihat tulisan kami ‘siap melayani anda’.
Sehingga seharusnyalah kita bertanya melayani seperti apa itu. Semua pegawai negeri Sipil itu dikatakan adalah pelayanan masyarakat. Jika kita dikatakan melayani dan pelayan masyarakat kenapa jika kita berhubungan dengan mereka tenaga atau fasilitas yang diberikan kepada kita itu seperti seorang pegawai perusahan nenek moyangnya. Sebagai rakyat kita sepertinya tidak berhak terhadap pelayanan yang seharusnya kita terima, sehingga kita harus membayar jasa dan fasilitas yang kita dapatkan. Perhatikan bukankah tugas mengetik surat tanda kita warga negara dan membuatnya adalah hak kita sebagai warga. Tetapi kenapa harus bayar biaya administrasi yang tidak jelas itu. Barang kali mereka berpikir itu bukanlah menjadi hak kita. Padahal jika kita telusuri sebenaranya tinta ketikan itu, tenaga mereka menuliskanya atau tenaga mereka menfotocopynya adalah uang rakyat yang diberikan melalui negara. Dan itulah tugas yang diberikan oleh negara kepada mereka. Jelas dinyatakan berdasarkan tugas hukum kepegawaian bahwa kedudukan pegawai negeri yaitu sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelengaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan.
Dari tahun ke tahun keluhan-keluhan seperti ini akan terus bermunculan. Tanpa adanya kesadaran dari pegawai itu sendiri tentang apa yang menjadi tugas dasar dia sebagai pegawai yang dibayar oleh negara ini. Sadarlah bahwa segala fasilitas dan tenaga anda itu sudah dibayar oleh rakyat melalui negara ini. Jadi pertanggungjawabkanlah itu dengan melayani warga dengan baik, dengan menjadi pelayan yang menganggap bahwa yang dilayani itu adalah berhak menerimanya. Sehingga terciptalah pelayanan yang melayani kepada masayarakat. Dan pada akhirnya nanti tahap demi tahap citra pegawai negeri sipili dan instansinya itu akan membaik melalui pelayanan yang melayani itu. Di samping itu rakyat kecil akan sangat merasakan apa artinya hidup di negara ini. Mulai dari pengurusan kartu keluagara, surat miskin, pendidikan gratis, subsidi yang tepat guna, atau pelayanan yang lainnya. Tetapi apakah arti hidup bernegara itu akan kita alami tahun 2010 ini? mari kita berharap bersama. (Penulis bekerja di Perkantas Medan, aktifis Campus Concren, dan aktif di Perhimpunan Suka Menulis (Perkamen) Medan)(diterbitkan di Harian Analisa)
Langganan:
Postingan (Atom)